Konten dari Pengguna

Bertani di Era Modern, Antara Teknologi dan Kearifan Lokal

abdul muis ashidiqi
Lulusan jurusan biologi dengan keahlian penulisan ilmiah, keterampilan laboratorium, dan desain grafis. Pengalaman meliputi publikasi penelitian tentang keanekaragaman serangga dan pembuatan konten untuk berbagai platform
14 Januari 2025 13:50 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari abdul muis ashidiqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto petani oleh Sippakorn Yamkasikorn (www.pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Foto petani oleh Sippakorn Yamkasikorn (www.pexels.com)
ADVERTISEMENT
Indonesia, negeri agraris yang subur, seharusnya menjadi lumbung pangan dunia. Namun, realitas di lapangan seringkali berbanding terbalik. Petani, tulang punggung negeri ini, masih berkutat dengan segudang masalah klasik. Ironisnya, di era teknologi yang serba canggih ini, sektor pertanian seolah hanya bisa jalan di tempat.
ADVERTISEMENT
Salah satu masalah utama yang menghantui petani adalah kurangnya akses terhadap teknologi modern. Banyak petani masih mengandalkan metode tradisional yang kurang efisien. Padahal, teknologi pertanian telah berkembang pesat, mulai dari bibit unggul, sistem irigasi modern, hingga penggunaan drone untuk penyemprotan pestisida. Akibatnya, produktivitas pertanian menjadi rendah dan sulit bersaing di pasar global.
Selain itu, kurangnya regenerasi petani juga menjadi ancaman serius. Generasi muda enggan terjun ke sawah karena dianggap kurang menjanjikan. Mereka lebih memilih bekerja di sektor industri atau jasa yang menawarkan gaji lebih tinggi dan gaya hidup modern. Jika kondisi ini terus berlanjut, siapa yang akan menjadi penerus para petani di masa depan?
Masalah lain yang tak kalah pelik adalah alih fungsi lahan pertanian. Lahan-lahan produktif semakin tergerus oleh pembangunan infrastruktur dan perumahan. Hal ini tentu saja mengancam ketahanan pangan nasional. Ironisnya, di saat lahan pertanian semakin sempit, impor pangan justru semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana solusinya?
Pertama, pemerintah harus lebih serius dalam memodernisasi sektor pertanian. Berikan akses yang mudah bagi petani untuk mendapatkan teknologi modern, misalnya melalui program subsidi atau penyuluhan. Dorong juga riset dan inovasi di bidang pertanian agar dapat menghasilkan teknologi yang tepat guna dan ramah lingkungan.
Kedua, tingkatkan minat generasi muda terhadap pertanian. Gali potensi pertanian sebagai lapangan pekerjaan yang menjanjikan. Berikan pelatihan dan pendampingan bagi pemuda tani agar mereka mampu mengelola usaha pertanian secara modern dan profesional.
Ketiga, tegakkan aturan tentang perlindungan lahan pertanian. Cegah alih fungsi lahan pertanian secara ilegal. Berikan insentif bagi petani yang tetap mempertahankan lahannya.
Namun, teknologi saja tidak cukup. Kearifan lokal juga perlu dilestarikan. Petani Indonesia memiliki pengetahuan tradisional yang berharga, seperti sistem terasering, rotasi tanaman, dan penggunaan pupuk organik. Kearifan lokal ini perlu diintegrasikan dengan teknologi modern agar pertanian Indonesia semakin berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Bertani bukan sekadar menanam dan memanen. Bertani adalah seni, ilmu, dan kearifan. Sudah saatnya kita menghargai profesi petani dan bersama-sama mewujudkan Indonesia sebagai negara agraris yang maju dan mandiri.