Konten dari Pengguna

Pengangguran dan Kesenjangan, Tantangan Pembangunan di Indonesia

abdul muis ashidiqi
Lulusan jurusan biologi dengan keahlian penulisan ilmiah, keterampilan laboratorium, dan desain grafis. Pengalaman meliputi publikasi penelitian tentang keanekaragaman serangga dan pembuatan konten untuk berbagai platform
14 Januari 2025 16:18 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari abdul muis ashidiqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi foto pengangguran oleh Tumisu (pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi foto pengangguran oleh Tumisu (pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Pengangguran, momok yang menghantui setiap negara, tak terkecuali di Indonesia. Statistik yang terpampang bukan hanya sekedar angka, di baliknya tersimpan jutaan kisah pilu tentang perjuangan hidup manusia, mimpi yang terkubur, dan potensi yang sia-sia. Ironisnya, masalah pengangguran seringkali terlihat seperti lingkaran setan yang sulit dituntaskan.
ADVERTISEMENT
Salah satu mata rantai utama dalam lingkaran ini adalah kesenjangan antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri. Sistem pendidikan kita acapkali tertinggal dalam merespons dinamika pasar kerja. Lulusan dicetak dengan bekal teori yang melimpah, namun minim keterampilan praktis yang relevan dengan kebutuhan industri. Akibatnya, mereka kesulitan bersaing di bursa kerja yang semakin kompetitif.
Di sisi lain, kurangnya akses terhadap pelatihan dan pengembangan keterampilan sering kali juga menjadi batu sandungan. Banyak pencari kerja, terutama dari kalangan ekonomi menengah ke bawah, terkendala biaya dan akses informasi untuk meningkatkan kompetensi mereka. Program-program pelatihan yang ada seringkali tidak terintegrasi dengan baik dengan kebutuhan dunia kerja, sehingga efektivitasnya pun dipertanyakan.
Tak bisa dipungkiri, pertumbuhan ekonomi yang tidak merata turut memperparah masalah pengangguran. Pembangunan yang terpusat di kota-kota besar menciptakan jarak kesempatan kerja antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Akibatnya, terjadi urbanisasi besar-besaran yang justru menambah beban di wilayah perkotaan, sementara potensi sumber daya di daerah menjadi terabaikan.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana kita memutus lingkaran setan ini? Reformasi sistem pendidikan menjadi kunci utama. Kurikulum harus dirancang agar lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan zaman. Pendidikan vokasi perlu diperkuat dan diintegrasikan dengan dunia industri. Kemitraan antara sekolah, universitas, dan perusahaan harus dijalin secara erat untuk menciptakan program magang dan pelatihan yang efektif.
Selain itu, pemerintah perlu memperluas akses terhadap pelatihan dan pengembangan keterampilan, terutama bagi kelompok rentan seperti pengangguran usia muda, perempuan, dan penyandang disabilitas. Program-program pelatihan harus dirancang secara terarah, berbasis kompetensi, dan terintegrasi dengan bursa kerja.
Pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan juga menjadi krusial dalam menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Investasi di berbagai sektor, khususnya di daerah, perlu didorong untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan menciptakan peluang kerja yang merata.
ADVERTISEMENT
Masalah pengangguran bukanlah sekadar angka statistik. Ia adalah persoalan kemanusiaan yang menuntut solusi komprehensif dan berkelanjutan. Dibutuhkan sinergi antara pemerintah, dunia pendidikan, dan sektor swasta untuk memutus lingkaran setan ini, agar masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Indonesia dapat tercipta.