Konten dari Pengguna

Menelisik Aspek Moral Nilai Luhur "Maja Labo Dahu"

A Mujahidin
Mahasiswa Prodi ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berpikir tanpa kejumudan, bergerak tanpa kekerasan, bermanfaat untuk kekitaan.
21 Oktober 2024 13:29 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A Mujahidin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
kebersamaan mahasiswa/i Bima-Dompu di perantauan Jakarta/ dok. pribadi
zoom-in-whitePerbesar
kebersamaan mahasiswa/i Bima-Dompu di perantauan Jakarta/ dok. pribadi
ADVERTISEMENT
Di Negeri ini aku belajar tentang bagaimana menikmati dan mensyukuri ciptaan Tuhan yang begitu limpah dan indah. Ribuan pulau, bahasa, suku, budaya dan segalah kekayaan lainnya yang ada di dalamnya. Semua itu tidak sama, semua berbeda, seperti itulah Indonesia. kemana pun kita pergi, kita akan menemukan ketakjuban betapa indah dan harmonisnya hidup masyarakatnya ditengah keberagamaan ini. Aku bangga, aku bahagia ada dinegeri ini. Tidak terbesik sekali pun dalam benak ku untuk meminta kepada tuhan agar melahirkanku di negeri lain. Indonesia bagiku adalah surga yang nyata dibumi tuhan ini, seperti itu juga gambaran geografis Bima.
ADVERTISEMENT
Adat bagi orang Bima
Koentjaraningrat mengungkapkan, adat merupakan wujud ideal dari kebudayaan yang berfungsi sebagai tata kelakuan. Adat adalah tata cara. Adat menyangkut kebiasaan. Adat membentuk pola hidup dari pandangan hidup bermasyarakat.
Dalam pandangan orang bima, adat merupakan pedoman yang harus ditaati. Ketaatan dan kepatuhan serta kebiasaan terhadap adat merupakan nilai yang sangat tinggi bagi kehidupan masyarakat bima. Setiap individu yang menyimpang dari norma dan asas adat yang telah disepakati, akan memperolah sanksi. Sanksinya dapat berupa cemoohan, dikucilkan atau mengucilkan diri. Dengan kata lain, adat dalam pandangan orang bima merupakan pengendali dan patokan dalam bertindak.
Adat bagi orang bima merupakan contoh nyata. Bukan barang yang abstrak, tetapi kongkit. Karena hal dan perbuatan tersebut adalah perwujudan dari sikap dan tingkah lakunya. Dalam ungkapan bima di sebutkan “di saninu dodo badou mamboto”(untuk menjadi cermin bagi orang banyak). Secara denotatif, kata “saninu” di artikan sebagai alat untuk melihat wajah. Sedangkan secara konotatif, “saninu” merupakan gambaram seseorang untuk melihat jati dirinya. Secara general dapat dikatakan, Watak masyarakat bima yang hakiki sudah tercermin/tergambar dalam bahasa dan kebudayaannya.
ADVERTISEMENT
Arti maja labo dahu
Pustaka² yang membahas nilai luhur maja labo dahu/ dok. pribadi
Secara general kata “Maja labo dahu” (malu dengan takut) , bukan malu dan takut. Maknanya aadalah malu dengan takut sama-sama tampak dihati dan pikirin setiap orang. Dimana rasa malau, pasti ada rasa takut. Meskipun ada pandangan bahwa tidak selamanya rasa malu dan takut datang secara simultan di hati setiap individu. Mungkin hal ini secara porsi dan takaran yang dialami serta dirasakan setiap orang berbeda-beda.
Nilai yang terkandung dalam “maja labo dahu” tinggi dan dan mulia kedudukanya dalam pembangunan moral orang bima secara spesifik. Keluhuran nilai maja labo dahu mampu mempertahankan jati diri dan martabat setiap orang, karena nilai yang dikandungnya sangat luhur dan mengangkat citra manusia. maja labo dahu (malu dengan takut) berisi petuah orang-orang tua yang secara turun-temurun berlanjut sampai pada zaman sekarang. Prinsip yang dipegang dalam “maja labo dahu” meliputi: hidup aman,sejahtera, beribadah kepada allah, menutupi hidup tiga kali sehari, tidak melakukan hal-hal negative terhadap orang tua, saudara, tetangga, dan masyarakat umumnya. Dalam hal ini, Maja labo dahu dijadikan sebagai tameng dan penangkal terhadap sifat-sifat terlarang.
ADVERTISEMENT
Maja labo dahu, memiliki nilai filosofis yang dalam dan makna yang luas. Ungkapan ini sesuai dengan nafs al-qur’an. Kata “dahu” (takwa) hal ini dapat di tafsirkan bahwa dahu merupakan sifat takutnya manusia terhadap sang pencipta alam semesta. Nilai maja labo dahu merupakan nilai yang bersumber pada ajaran agama islam dengan landasan rukun islam dan rukun iman. Dengan implementasinya adalah ta'at kepada allah swt, menyekolahkan anak dan naik haji. Orang-orang tua bima pada umumnya adalah berlatar belakang petani, berdagang, bekerja disawa dll, dilakukan asal halal dan yang paling fundament bisa mendapatkan uang. Tujuan utamanya orang tua bertani, berternak, berdagang, adalah untuk menyambung hidup dan untuk menyekolahkan anak, setelah itu naik haji.
ADVERTISEMENT
Kristalisasi nilai luhur “maja labo dahu” dalam orang bima, telah di implementasikan di usia dini. Dimana anak diantar ke rumah guru ngaji untuk memperdalami pemahaman alqur’an. Anak-anak disamping diajarkan al-quran, juga di ajarkan pula tentang tata krama, sopan santun, menghargai guru, dan sifat-sifat muamallah lainya. Sifat maja labo dahu (malu dan takut) juga pernah di ajarkan oleh Aisyah sebagaimana dalam riwayatnya menayatakan “sebaik-baik wanita adalah wanita kaum anshar, karena mereka tidak malu bertanya untuk memperdalami ilmu”.Dalam hal ini maja labo dahu yang diajarkannya adalah yang mengarah kearah yang positif, yaitu tentang orang yang tidak malu bertanya terhadap orang lain dalam memperdalami kapasitas pengetahuannya.