Konten dari Pengguna

Persatuan dan Ukhuwah Islamiyah

A Mujahidin
Mahasiswa Prodi ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Berpikir tanpa kejumudan, bergerak tanpa kekerasan, bermanfaat untuk kekitaan.
18 Agustus 2024 10:56 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A Mujahidin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi hari kemerdekaan Ri ke-79/foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi hari kemerdekaan Ri ke-79/foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
17 Agustus 2024, bangsa Republik Indonesia memperingati hari kemerdekaan yang ke-79. Berbagai kegiatan dan perlombaan diadakan oleh seluruh elemen masyarakat. Mulai dari dari upacara bendera, tabur bunga di makam pahlawan, perlombaan atraksi, hingga refleksi-refleksi ilmiah. Semuanya di dasarkan dan diniatkan untuk merayakan, mensyukuri, serta memetakan harapan dan tantangan kedepannya. Melalui HUT RI ini, ada hal menting yang perlu kita aktualisasikan yaitu, merawat dan mengokohkan rasa persatuan dan kesatuan antar anak bangsa.
ADVERTISEMENT
Dalam era industri beserta berbagai dinamikanya ini, semangat persatuan dan kesatuan perlu kita perteguhkan kembali. Problem pemerataan pembangunan, pendidikan, ekonomi, dan keamanan harus di lalui dengan kekokohan dan persatuan bersama.
Sebab, Indonesia bukan hanya berdiri secara linier melainkan dengan corak yang plural dan beragam. Oleh sebab itu, keragaman bangsa Indonesia harus dijadikan sebagai barometer untuk bergandeng tangan bekerja sama, bukan untuk saling mencerca atau mengunggulkan satu golongan karena ego dan nafsu pribadi. Terlebih lagi bangsa Indonesia beberapa bulan kedepan aka mengadakan tahapan pilkada serentak. Kompetisi ditahun politik jangan sampai merusak persatuan bangsa tetapi sebaliknya, ajang tersebut harus dimaknai sebagai upaya merumuskan hajat bersama untuk membangun negeri ini dan menggapai indonesia emas. “kemajemukan harus bisa diterima, tanpa ada perbedaan”. (KH. Abdurrahman Wahid)
ADVERTISEMENT
Perbedaan adalah rahmah
“Setiap orang ingin hidup senang dan sejahtera sendiri tanpa peduli nasib orang lain, inilah yang menjadi penyebab pertentangan di umat manusia dan sulitnya persatuan di antara berbagai kelompok umat islam” (KH. Ahmad Dahlan).
Allah SWT mejadikan umat manusia secara beragam. Mulai dari jenis kelamin, suku, warna kulit, bahasa, status ekonomi, dan srata sosial di tengah masyarakat. Keberagaman ini adalah realita umat manusia agar satu individu dengan individu yang lain dapat saling kenal mengenal. Dengan diksi lain, perbedaan adalah sebuah realitas yang menjadi identitas dan melahirkan kualitas yang progresif.
Dalam internal sesama muslim, tidak sedikit dalil-dalil yang menjelaskan tata cara hidup bermasyarakat. Mulai dari anjuran untuk memulikan tamu yang datang kerumah, menghormati orang tua, memudahkan urusan orang lain, dan tolong menolong dalam kebaikan dan ketaatan. Nabi Muhammad Saw dengan sangat indahnya mengumpamakan umatnya laksana satu jasad. jika ada salah satu bagian yang mengalami sakit, maka seluruh badan merasakannya. Hal ini sebgaimana uraikan dalam hadis shahih riwayat imam muslim:
ADVERTISEMENT
Artinya: “perumpamaan orang mukmin didalam saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi itu ibarat satu jasad. Ketika ada satu bagian yang merasa sakit, maka sekujur tubuh yang lainnya akan ikut merasakannya.” (H.R. Muslim)
Dari bunyi hadist tersebut, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa persatuan dan kesatuan antar sesama muslim adalah sebuah keniscayaan, antar sesama muslim harus saling mencintai dan mengasihi., Ibarat satu jasad yang saling menopang. Dibalik perbedaan bentuk dan fungsinya, setiap bagian tubuh sangatlah berguna bagi yang lain. Demikian pula sesama saudara muslim, msekipun kita berbeda ras, suku, budaya, pendapat, tetapi kita tetaplah Indonesia.
ilustrasi merawat persatuan bangsa/ foto: Shutterstock
Nabi Muhammad sebagai teladan
Selain menghormati perbedaan dan menegakkan keadilan, dakwah nabi Muhammad juga mencontohkan pentingnya mencintai tanah air. Dimana tanah dipijak untuk hidup, di situlah kita memilikitanggungjawab untuk menjaganya. Hal ini terlihat dari piagam madinah yang diperjuangkan oleh nabi Muhammad saw. Dengan wasilah membuat kesepakatan bersama, diharapakan keamanan dan ketertiban dapat terwujud terlebih ditengah masayarakat yang beragam suku, ras, dan agamanya.
ADVERTISEMENT
Membangun kota madinah berdasarkan konsesus yang tertuang dalam piagam madinah menjadi validitas kuat bahwa nabi Muhammad saw mengajarkan cinta tanah air. Dengan memperlihatkan bahwa agama dan naionalisme tidak bertentangan, melaikan islam mendorong pentingnya jiwa nasionalisme.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, semangat mencintai tanah air mengilhami para ulama, mahasiswa, dan pendiri bangsa untuk mengobarkan panji-panji pergerakan meraih kemerdekaan. Semangat tersebut terus bergelora saat kemerdekaan Indonesia dinodai oleh iblis-iblis penjajah, hingga akhirnya tepat 17 agustus 1945 sirene kemerdekaan dikumadangkan. Merdeka!!!