Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Budaya Akhlak dan Kinerja Perusahaan
31 Januari 2022 18:26 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Muhammad Jasrif Teguh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
AKHLAK diharapkan tidak hanya menjadi sekadar jargon atau tag line, lebih dari itu, sebagai budaya di semua BUMN untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan memberikan kontribusi terbaiknya bagi masyarakat dan negara.
ADVERTISEMENT
Sejak diterapkan sebagai budaya BUMN pada 2020 lalu, AKHLAK tidak hanya menjadi core values, tapi juga menjadi landasan reformasi pengelolaan BUMN untuk merespons perubahan dan tuntutan lingkungan bisnis yang berubah dengan cepat.
ALKHLAK merupakan akronim dari Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Dalam Islam, kata akhlak bahasa Arab berasal dari kata khuluk yang berarti tingkah laku, perangai, atau tabiat.
Sedangkan menurut Imam Al Ghazali, akhlak merupakan tingkah laku yang melekat pada diri seseorang yang dapat memicu perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.
Dalam konteks Indonesia, kata akhlak telah diadopsi secara umum menjadi budi pekerti dan tingkah laku.
Dalam konteks positif itulah akhlak selaras dengan makna positif AKHLAK yang ditetapkan menjadi core values di seluruh grup entitas BUMN, termasuk anak, cucu, cicit, dan seterusnya.
ADVERTISEMENT
Dalam penerapannya haruslah dilaksanakan di semua level mulai dari yang tertinggi sampai ke tingkat pelaksana.
Pada prosesnya diharapkan budaya AKHLAK ini dapat berkontribusi pada tidak hanya pengelolaan organisasi, tapi lebih jauh diharapkan berkontribusi pada peningkatan kinerja perusahaan termasuk kualitas layanan yang diterima oleh masyarakat.
Namun perlu dicatat, dalam konteks budaya perusahaan secara umum, tidak semua budaya perusahaan adalah kekuatan positif. Budaya seperti manipulatif, korupsi, takut mengambil risiko, silo, lambat mengikuti perubahan merupakan beberapa contohnya.
Banyak perusahaan di masa lalu, seperti Bank of America, General Motors dan Blackberry, telah mengalami kesulitan akibat budaya perusahaan mereka.
Samsung beberapa tahun lalu memutuskan untuk mengubah budaya perusahaannya yang kaku dengan berfokus pada produk dan keuntungan yang terkonvergensi daripada mengembangkan bisnisnya lebih jauh karena telah mengalami tingkat keuntungan yang rendah selama beberapa tahun.
ADVERTISEMENT
Dalam organisasi modern, budaya perusahaan dapat meningkatkan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dan dengan demikian kinerja organisasi yang berkelanjutan.
Dalam hal ini budaya organisasi dapat meliputi 3 aspek yaitu berharga, langka, dan tidak dapat ditiru dengan sempurna (Barney, 1991).
Sedangkan menurut Schein sebagai salah satu tokoh terkenal di bidang budaya organisasi, budaya organisasi terdiri dari tiga elemen pokok yaitu artefak, values dan asumsi dasar yang dalam hal konteks BUMN dapat mewujud dalam bentuk logo, AKHLAK dan visi misi BUMN yang baru.
Dalam praktiknya, budaya AKLAK dapat meningkatkan kinerja setidaknya melalui tiga saluran yaitu koordinasi dan kontrol yang ditingkatkan di dalam perusahaan, peningkatan keselarasan tujuan antara perusahaan dan stakeholder, dan peningkatan produktivitas dan perilaku karyawan.
ADVERTISEMENT
Pertama, budaya perusahaan meningkatkan koordinasi dan kontrol di dalam perusahaan yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi dan kinerja dalam suatu organisasi.
Budaya perusahaan membantu karyawan untuk berinteraksi dan terlibat satu sama lain dan dengan demikian meningkatkan pemanfaatan berbagi informasi. Dalam hal ini terwujud dalam nilai Amanah, harmoni dan Kolaboratif.
Contohnya budaya dalam mengelola terjadinya error atau kesalahan akan memfasilitasi komunikasi dan koordinasi penanganan kesalahan dan dengan demikian meningkatkan kinerja perusahaan. Tanpa sistem kontrol yang baik, organisasi akan kesulitan bertindak.
Beberapa BUMN bergerak dalam bidang yang berkaitan langsung dengan manfaat suatu produk atau jasa ke masyarakat sebagai pelanggan akhir.
Kontrol yang didukung oleh sistem, struktur organisasi dan tata kelola yang baik adalah salah satu contoh sistem kontrol. Namun, dalam praktiknya tidak selalu semuanya berjalan sebagaimana harusnya.
ADVERTISEMENT
Ketika sistem kontrol tradisional gagal mengatur, budaya perusahaan memainkan peran penting untuk melengkapinya.
Kedua, budaya perusahaan penting karena memotivasi karyawan untuk berkomitmen pada tujuan bersama. Ini tercermin melalui nilai Amanah dan Loyal. Lebih lanjut, AKHLAK juga harus tercermin dalam strategi perusahaan.
Misalnya, strategi perusahaan untuk bersaing dengan cara berinovasi dibanding dengan bersaing melalui perang harga dengan perusahaan swasta atau UMKM.
Ini tentu menyiratkan perlunya budaya perusahaan yang baru dan benar-benar berbeda yang akan menarik berbagai jenis talenta unggul dan menetapkan norma yang berbeda untuk memenuhi tujuan ini.
Ketiga, budaya perusahaan dapat mengembangkan kompetensi dan komitmen karyawan terhadap perusahaan dengan meningkatkan ikatan mereka dengan perusahaan. AKHLAK tidak hanya digunakan sebagai identitas tapi juga perekat budaya kerja.
ADVERTISEMENT
Misalnya, budaya perusahaan dapat memengaruhi prioritas karyawan dan mendorong mereka untuk memberikan layanan yang terbaik dan melindungi konsumen daripada hanya mengerjakan rutinitas.
Zhao (2018) menemukan bahwa perusahaan dengan budaya perusahaan yang kuat akan mengungguli perusahaan yang tidak memiliki budaya perusahaan yang kuat yang tercermin melalui profit yang besar.
Dalam konteks global, beberapa contohnya adalah Apple, Tesla dan Google. Sedangkan di Indonesia contohnya seperti Astra, Gojek, BCA, Mandiri dan Telkom.
Dalam hal ini, budaya perusahaan yang kuat melibatkan komitmen semua pemangku kepentingan utama, termasuk pemegang saham, top manajemen, karyawan, dan pelanggan.
Secara kolektif, budaya perusahaan yang baik akan memotivasi karyawan untuk bekerja menuju tujuan perusahaan dan dengan demikian meningkatkan nilai perusahaan dan kinerja keuangan.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, budaya yang buruk dapat menjadi hambatan untuk menuai keuntungan bagi perusahaan.
Di era disrupsi, baik yang didorong oleh revolusi industri 4.0 maupun disrupsi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, hendaknya menjadikan transformasi yang digulirkan oleh BUMN berlandaskan pada core values AKHLAK dan didukung oleh transformasi human capital agar BUMN mampu bersaing dalam tataran global dan mampu berkontribusi lebih baik lagi bagi perusahaan dan perekonomian nasional.