Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kerentanan Rantai Pasok: Hambatan atau Penggerak Maturitas Industri Farmasi
7 November 2024 12:07 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muhammad Jasrif Teguh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Harapan akan transformasi sistem kesehatan nasional semakin menguat dengan terpilihnya pasangan Prabowo-Gibran. Komitmen kuat mereka terhadap kualitas layanan kesehatan termasuk rantai pasok farmasi, tergambar dalam visi Asta Cita dan program prioritas serta menjadi angin segar bagi pelaku industri farmasi dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, langkah konkret dan inisiatif Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang baru dalam meningkatkan maturitas industri farmasi semakin memperkuat keyakinan bahwa pemerintah serius dalam mewujudkan cita-cita tersebut.
Dengan potensi besar yang dimiliki oleh 240 industri farmasi di Indonesia, diharapkan kebijakan baru ini dapat segera diimplementasikan secara menyeluruh, sehingga Indonesia dapat semakin mandiri dalam memenuhi kebutuhan obat-obatan bagi rakyat.
Peran Regulator
Sebagaimana diketahui, BPOM sebagai regulator utama dalam pengawasan sektor farmasi, memiliki peran krusial dalam menjaga mutu dan keamanan produk obat yang beredar di masyarakat. Dengan memastikan penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), BPOM konsisten menetapkan standar yang tinggi bagi seluruh pelaku industri.
ADVERTISEMENT
Konsep maturitas yang digaungkan BPOM mengacu pada kemampuan industri dalam mengelola sistem manajemen mutu dan manajemen risiko mutu secara efektif dan berkelanjutan. Ini berarti, tidak hanya produk jadi yang harus berkualitas, tetapi juga seluruh proses produksi dan distribusi hingga ke konsumen harus terkendali.
Untuk mendorong industri mencapai level maturitas yang lebih tinggi, pelaku industri mengaharapakn BPOM dapat berperan lebih aktif sebagai fasilitator, memberikan pendampingan, dan memberikan insentif seperti percepatan perizinan.
Kemitraan yang kuat antara BPOM dan industri farmasi akan sangat bermanfaat, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan obat dalam negeri, tetapi juga untuk meningkatkan daya saing produk farmasi Indonesia di pasar global.
Rantai Pasok
Untuk mencapai kemandirian farmasi dan meningkatkan daya saing industri, perlu dilakukan evaluasi mendalam terhadap rantai pasok. Pertanyaan mendasar yang perlu dijawab adalah bagaimana memastikan ketersediaan bahan baku, kelancaran produksi, dan distribusi obat yang tepat waktu, terutama bagi industri farmasi dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Salah satu hambatan utama adalah kerentanan rantai pasok farmasi terhadap berbagai gangguan, mulai dari ketergantungan pada impor bahan baku, perubahan kebijakan/peraturan, hingga pandemi.
Ketergantungan Indonesia pada impor bahan baku obat (BBO) mencapai sekitar 90%, membuat industri farmasi rentan terhadap fluktuasi harga global dan gangguan pasokan.
Sebenarnya, upaya untuk memperkuat produksi BBO lokal telah dilakukan pemerintah, namun masih menghadapi sejumlah kendala. Persyaratan kualitas BBO yang tinggi, pengujian yang mahal dan lama, proses registrasi yang kompleks, serta kapasitas produksi yang terbatas menjadi hambatan utama.
Selain itu, sinkronisasi regulasi TKDN farmasi yang belum kondusif, proses change source, dan infrastruktur logistik untuk pendistribusian obat-obatan ke seluruh wilayah Indonesia yang belum memadai juga masih menjadi tantangan.
ADVERTISEMENT
Faktor penggerak
Untuk mengatasi beragam tantangan tersebut, diperlukan langkah-langkah komprehensif. Pertama, pemerintah perlu menciptakan ekosistem yang kondusif dengan memberikan subsidi atau berupa insentif pajak, menyederhanakan regulasi, dan membangun infrastruktur yang mendukung.
Kedua, industri farmasi harus meningkatkan investasi dalam riset dan pengembangan, membangun kemitraan strategis dengan pemasok lokal dan global, serta mengadopsi teknologi informasi seperti sistem perencanaan kebutuhan material dan sistem tracking and tracing untuk meningkatkan efisiensi.
Ketiga, diperlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, industri, dan universitas untuk mengatasi tantangan bersama.
Diharapkan rantai pasok yang tangguh dapat diwujudkan melalui integrasi yang baik antara berbagai tahap dalam rantai pasok, mulai dari pengadaan bahan baku, produksi hingga distribusi produk akhir.
ADVERTISEMENT
Penerapan sistem manajemen yang terintegrasi dengan sistem pengendalian mutu yang ketat untuk menjaga kualitas produk. Serta tak lupa dibutuhkan fleksibilitas yang baik untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan bisnis.
Membangun rantai pasok yang andal pada gilirannya akan berdampak pada upaya mencapai kemandirian farmasi, meningkatkan daya saing produk farmasi di pasar global, dan memastikan ketersediaan obat bagi masyarakat. Selain itu, rantai pasok yang efisien dapat mengurangi biaya produksi dan meningkatkan profitabilitas industri.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat sinergi yang kuat antara rantai pasok dan maturitas industri farmasi. Rantai pasok yang efisien dan tangguh menjadi fondasi bagi industri farmasi untuk berkembang dan berinovasi. Sebaliknya, industri farmasi yang matang akan mendorong peningkatan efisiensi dan efektivitas rantai pasok.
ADVERTISEMENT
Keduanya saling melengkapi dan memperkuat, sehingga diperlukan pengembangan yang seimbang untuk mencapai kemandirian industri farmasi yang berdaya saing tinggi.
Pada akhirnya, dengan dukungan dan komitmen pemerintahan baru yang kuat dan kolaborasi seluruh pemangku kepentingan, kita patut optimis bahwa ketersediaan obat-obatan berkualitas dan terjangkau akan semakin terjamin.