Konten dari Pengguna

AI Merusak Kerangka Berpikir

Jusrihamulyono AHM
Trainer PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis Antologi Puisi dan Opini. /@penakaryajf (tiktok)
17 Juli 2024 10:54 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jusrihamulyono AHM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Artificial Intelligence (AI). Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Akademisi dan praktisi pendidikan berfokus pada penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan. Dalam praktik kecerdasan buatan, fenomena ini tidak hanya memiliki dampak positif tetapi juga dampak negatif, yang merusak reputasi pengajar dan reputasi lembaga. Kecerdasan buatan hanya digunakan untuk menyederhanakan tugas administrasi, sehingga mendatangkan waktu yang lebih efisiensi menyelesaikan tugas yang lain.
ADVERTISEMENT
Nilai integritas pendidikan bukan seberapa cepat penyelesaian administrasi lembaga semata. Namun, pendidikan itu berefek pada pembinaan serta pengayoman generasi yang berefek pada fungsinya kelak sebagai makhluk sosial. Hal ini yang disayangkan karena fokus pendidikan semata menafikan program pendidikan profil pancasila.
Dari ini sebatas jargon sebuah program unggulan kementerian pendidikan profil pancasila namun realitas peserta didik tidak mendapatkan pemahaman nilai integritas kehidupan. Pendidikan era sekarang fokus pada pendidikan kognitif dan pengabaian pendidikan emosional.

AI Merusak Kreatif

Kegunaan AI secara positif yang mampu menilai secara otomatis dan real time. Positif ini tidak dapat menggantikan posisi seorang pendidik dalam memberikan pengetahuan dengan sentuhan perasaan dan bimbingan.
Kelebihan penggunaan dengan prioritas berlebihan mampu mengurangi kedekatan antara pendidik dan peserta didik. Tidak mengherankan hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik sedikit terjarak akibat aplikasi yang memaksakan adanya pekerjaan sistem individual. Kendati pikiran yang melemah akibat keasyikan dalam menikmati asyiknya kecanggihan buatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Manfaat kecerdasan buatan untuk pendidikan menurut Dwi Robiul , Ivan Arya dan Azka Zakariyya (2023) keseimbangan yang bijak antara teknologi dan kehadiran manusia, serta regulasi yang cermat, diperlukan untuk memastikan bahwa AI diintegrasikan dengan benar dan memberikan manfaat tanpa menimbulkan risiko yang tidak diinginkan.
Menjadi sorotan yang lain penggunaan yang berlebihan dalam penyelesaian artikel yang terakreditasi pada seberapa akademisi demi mendapatkan tunjangan apresiasi publikasi. Kejadian ini sorotan yang masih belum mendapatkan respons sempurna dari pemangku kepentingan.
Masih terasa akan banyaknya AI sebatas digunakan mengajar dan seorang pendidik sendiri tidak melakukan pengembangan diri. Hal ini sangat tidak sebanding akan kemanfaatan dan tujuan. Kecerdasan buatan semakin menggantikan tingkah moralitas dalam transfer keilmuan dari guru ke murid.
ADVERTISEMENT
Ini terjadi tidak lain dari pola pikir asal selesai. AI sendiri di ambang sebuah kebutuhan atau kehancuran. Terlepas dari kecanggihan namun bagaimana cara menggunakan dengan bijak masih dalam persoalan nilai integritas personal.
AI yang berlebihan tidak mudah untuk dilepas dalam seketika di saat kebutuhan menjadi padat di kehidupan modern ini. Itulah fungsi AI dalam pendidikan, di mana pembelajaran yang mengharuskan kreatif serta inovatif. Bila tidak diimbangi dengan kecakapan penggunaan AI yang bijak dalam pembelajaran tentu mengarahkan ketergantungan yang membuat kecerdasan diri itu menjadi pasif hingga tidak berfungsi lagi.

AI Bukan Masa Depan

Masa depan adalah pembentukan generasi sebagai alat sumber daya manusia. Meskipun AI dapat memberikan bantuan dalam pembelajaran, interaksi manusia dan peran guru dalam mendukung perkembangan siswa tidak boleh tergantikan sepenuhnya. Kemanfaatan yang kadang-kadang mengubah kebiasaan para pendidik bahkan metode dalam pengajaran menjadi efisien untuk wilayah yang terakomodir dengan akses internet.
ADVERTISEMENT
Di era penggunaan AI yang pesat dalam memaksimalkan penggunaan teknologi yang semakin cepat memberi kekhawatiran atas jaminan privasi. Kejadian yang masih hangat akan berita hacker dengan mudah membobol data keamanan nasional apalagi data instrumen kelembagaan pendidikan yang masteradmin masih cukup lemah. Kejadian ini menjadi asumsi dari penulis bahwa AI bukan alat masa depan yang efektif akibat integritas personal semakin sulit untuk dipercayai.
Dengan kemampuan mengumpulkan data siswa serta mahasiswa, guru serta dosen, akademisi peneliti, serta praktisi membuka peluang data mereka bocor bila tidak diamankan secara regulasi negara. Penyalahgunaan data yang jutaan ini menjadi ancaman besar bagi keberlangsungan privasi. Integritas pendidik kini termanjakan hingga merasa sudah pengabaian kode etik pendidikan. Keganjalan ini menghantui akan nasib dalam mencerdaskan generasi bangsa yang berintegritas.
ADVERTISEMENT