Konten dari Pengguna

Konsep Ilmu Padi Untuk Meredam Kesombongan

Jusrihamulyono AHM
Trainer PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis Antologi Puisi dan Opini. /@penakaryajf (tiktok)
14 Maret 2024 23:31 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jusrihamulyono AHM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah pepatah yang selalu menyelimuti ingatan anak dari sang orang tuanya "Jadilah seperti padi, semakin berisi maka semakin merunduk”. Filosofi sangat mendalam akan sikap tawadhu akan hal yang dimilikinya secara atas rata-rata dari orang sekitarnya. Semakin banyak harta, bukan berarti bisa berbuat sewenang-wenang. Semakin banyak ilmu, tentu tidak merendahkan pendapat yang lain. Semakin berprestasi tidak euforia secara berlebihan. Ilmu padi ini memberi kesan mendalam akan menghilangkan rasa sombong pada diri.
ADVERTISEMENT
Kata ilmu padi diserap akan fakta lapangan yang menggambarkan sebuah prestasi yang tidak terbantahkan lagi. Pasalnya frasa ilmu padi ini berkembang di masa sekarang yang melekat kepada orang "on fire" atau menyala. Keberadaan ilmu padi menggambarkan akan potensi yang dimiliki oleh manusia tanpa batas, hanya saja butuh penyeimbang terhadap rasa cepat puas atas setiap prestasi yang dicapainya.
Melekatnya kata ilmu padi sebagai bentuk respek kepada pemain untuk tidak cepat mengangkat kepala. Konteks yang lain sebagai bentuk respon ucapan selamat atau rasa hormat akan tekadnya yang berjuang. Akhirnya "ilmu padi" melekat di setiap postingan kemenangan atau prestasi yang disuarakan di kolom media sosial pemain serta pendukung di dalam status medsos ataupun di kolom komentarnya.
ADVERTISEMENT
Menariknya ilmu padi kini menjadi virus kebaikan yang disandarkan kepada orang istimewa dari segi permainan yang bagus hingga politisi yang berpengaruh. Kebahasaan untuk memerangkan sikap padi dalam dunia politik juga sebagai bentuk respon akan logowo (merasa dewasa) terhadap pertarungan kekuasaan kursi. Kalah menang itu urusan belakang, asalkan terhormat menjadi kata kunci integritas pencapaian reputasi. Ilmu padi mengantarkan pelaku politik untuk berperilaku jujur, sederhana, serta tidak sombong.
Setiap ada kemenangan baik secara individu maupun kelompok ditandai dengan tagar yang dituliskan "ilmu padi". Konotasi yang menggambarkan jati diri akan posisi atas namun tidak lupa merunduk ke bawah. Kata "ilmu padi" atau "Manyala abangku" menjadi salah satu hashtag postingan yang lagi ramai di platform chattingan. Tidak sampai situ, tambahan emoji padi dan api menjadi pelengkap terkait beribu makna yang ingin ditampilkan.
ADVERTISEMENT
Belajar dari Padi
Pepatah yang selalu hidup yang kemungkinan tidak akan dimakan usia itulah padi. Indonesia sebagai lumbung padi sebagai pangan utama menjadikan simbolik akan keberadaan ilmu padi. Inilah alasannya padi sebagai guru yang mahal akan norma kehidupan untuk diterapkan dalam bersosial. Tidak bisa dipungkiri akan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya menjadi harmonis akibat nilai padi yang aktualisasikan. Dari segi individu, padi menggambarkan akan sikap Marwah diri yang tidak congkak pada sesuatu.
Padi secara umur tidak lama, berkisar 5 hingga 6 bulan secara ilmu pertanian. Namun, perjalanan usia padi memang tidak panjang, namun keberadaannya ditunggu dan ketidak beradaannya dicari. Alangkah manisnya hidup bagaikan padi yang tinggal di lingkungan masyarakat dengan keberadaan kita dibutuhkan dan perginya kita adalah kerinduan bagi mereka. Inilah sosok yang langkah dalam kehidupan modern sekarang. Semua merasa pahlawan, hingga menyikut persaudaraan.
ADVERTISEMENT
Padi ditanam dengan cara yang unik, para petani menggunakan teknik belakang. Penanaman semacam ini hanya untuk tanaman padi. Para petani berjalan dengan cara membelakangi arah depan dengan fokus pada garis lurus tempat benih padi ditancapkan. Ilustrasi ini berjalan mundur bukan yang keliru, namun sebuah cara memberikan fleksibilitas di setiap menuju kesuksesan. Sisi lain, memberi makna akan kata belakang tidak semuanya cerita buruk.
Padi semakin berumur semakin merunduk, sebuah makna simbolik untuk kata "tua" baik berdasarkan usia ataupun matang secara materil tidak menjadikan diri seseorang untuk menginjak sesama manusia. Pasalnya di masa modern ini, saling menghargai dan menghormati menjadi karakter kepribadian yang sulit di jumpai di tengah pesatnya peradaban manusia. Justru semakin tinggi kasta dan harta menjadikan tegak kepala semakin tinggi ke langit. Padi mengajarkan akan hakikat kehidupan kemapanan akan segala hal yang dimiliki tidak menjadikan diri bermarwah sedikitpun, melainkan sebuah kemaknaan dan kebermanfaatan untuk sekitar.
ADVERTISEMENT
Padi menjadi makanan pokok untuk lidah Indonesia. Nasehat ini pas untuk diri akan kemanfaatan dan menjadikan diri sebagai orang yang dibutuhkan akan keberadaan. Semakin habis stok padi, maka semakin kebingungan untuk mencari pengganti untuk mengonsumsi makanan pokok. Inilah maksud akan hidup keberlanjutan dan keterhubungan yang diajarkan oleh padi untuk manusia itu sendiri. Saling mencintai dan dicintai akar dari padi yang tidak pernah mengganggu akar lainnya.
Simbolik Semangat Padi
Orang yang disandarkan penghargaan akan sebuah keberhasilan yang telah diraihnya diberikan gelar dalam status dengan lambang padi ataupun tagar ilmu padi. Semangat membara ini akan rasa kewibawaan yang digelari untuk menutup rasa sombong yang bisa lahir kapan saja. Rasa ilmu padi mampu menyetir sosok siapapun untuk tetap bersikap dingin. Apalagi ditambah kata Manyala menambah rasa keperkasaan yang tidak dapat terkalahkan.
ADVERTISEMENT
Mengalahkan setiap kompetitor di ajang perhelatan digelari akan padi dan api. Simbolik semangat juang untuk tetap konsisten terhadap yang dipertontonkan. Memang kata ilmu padi menjadi gelar baru yang tidak sembarangan untuk disandangkan. Apapun yang ditampilkan tidak mengurangi rasa menghargai dan menghormati sesama rivalnya. Fokus terhadap tujuan untuk menggapai kata sukses tanpa harus merendahkan yang lain.
Penulis beranggapan bahwa modal padi yang dikonsumsi setiap hari menjadi ilmu yang meresap di darah daging kita dengan sebuah instruksi kehormatan tanpa menghardik yang kekurangan. Posisi puncak tetap menjadi landasan persepsi akan ada sosok di belakang yang menopang keberhasilan kita. Turut campur tangan orang lain di setiap usaha kita menjadi perihal permisalan akan padi yang mampu berdiri tegak karena tegak bersamanya dengan padi yang lainnya.
ADVERTISEMENT