Konten dari Pengguna

Pergaulan Bebas Generasi Emas

Jusrihamulyono AHM
Trainer PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis Antologi Puisi dan Opini. /@penakaryajf (tiktok)
2 Februari 2024 14:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Jusrihamulyono AHM tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dalam upaya untuk menciptakan SDM unggul yang pintar, kreatif, jujur, dan bisa bersaing dalam mencapai visi Indonesia Emas tahun 2045, pemerintah telah menetapkan anggaran pendidikan senilai Rp 660,8 triliun. Foto: Dok. Kemenkeu
zoom-in-whitePerbesar
Dalam upaya untuk menciptakan SDM unggul yang pintar, kreatif, jujur, dan bisa bersaing dalam mencapai visi Indonesia Emas tahun 2045, pemerintah telah menetapkan anggaran pendidikan senilai Rp 660,8 triliun. Foto: Dok. Kemenkeu
ADVERTISEMENT
Identitas dalam dunia nyata berbanding terbalik dengan dunia maya. Nampak dalam keseharian menjadi orang yang baik namun lihai menebar kepribadian yang palsu dalam dunia maya, begitupun sebaliknya. Antara yang dusta dan benar kini sulit untuk dibedakan. Salah merasa benar dan benar tidak ingin disalahkan. Konflik sosial juga kini semakin terasa hingga penumpahan darah menjadi titik akhir.
ADVERTISEMENT
Hubungan sesama semua disetting sedemikian rupa sehingga berkesan baik-baik saja. Pergaulan kini menjadi tantangan setiap kalangan. Kalangan anak-anak menjadi rawan jadi korban atas pergaulan bebas. Kalangan remaja menjadi korban kecanduan pergaulan bebas. Dunia gawai menjadi alat pelampiasan muramnya dunia nyata.
Perubahan perilaku masyarakat di era modern. Mengantarkan generasinya dalam kebiasaan baru serta cepat dan mudah. Salah satunya adalah dengan kebiasaan berupa gawai. Gawai atau yang dikenal oleh masyarakat yaitu penggunaan ponsel dan laptop yang berlebihan. Yang lebih unik adalah di mana segala pertanyaan di dalam dunia nyata bisa dan seakan-akan terjawab di dunia maya.

Dampak Perubahan

Jika melihat berbagai kecanduan yang menyerang generasi di masa kini selain narkoba kecanduan gawai menjadi alarm darurat. Kecanduan gawai ini mampu mengerahkan generasi kepada tindakan seperti media sosial, games daring, cybersex dan cyberporn, serta belanja dan judi online. Kegiatan ini jika dilihat sepintas sangat memudahkan lini kehidupan kita. Namun, dibalik semua kemudahan ini memberikan sisi negatif pada mental generasi.
ADVERTISEMENT
Media sosial merekayasa pola sosial yang jauh semakin dekat dan dekat seolah-olah menghilang. Grup media sosial mampu mengadopsi semacam struktural perangkat desa. Sehingga peran kehidupan bertetangga layaknya terasa seperti pada grup-grup media sosial. Para pemeran sosmed cenderung mengontrol kehidupannya di balik ruangan. Artinya, silaturahmi dengan tetangga dunianya nyata terkalahkan dengan hubungan di dunia maya.
Sisi rekayasa lain pada lingkungan Gawai pada kecanduan games daring. Dari sisi positif sebagai penetral stres jika digunakan dengan bijak tanpa berlebihan. Akan tetapi, yang nampak sekarang generasi kita menjadikannya sebagai rutinitas yang menggantikan kewajibannya sebagai peserta didik. Hanya saja ini berdampak sebagian kecil yang berprofesi sebagai gamer.
Rekayasa lingkungan yang sering menjerat kehidupan sehari-hari kita yaitu pergaulan bebas melalui sosmed. Hal ini sering diberitakan di siaran berita akan maraknya kenakalan remaja dan hamil di luar nikah. Tentu ini peran dari media yang tanpa batas akan video yang bebas. Pelecehan seksual juga semakin tidak tak terbendung akibat peran gawai. Pada lingkungan cybersex dan cyberporn yang merajalela mampu mengubah mindset generasi akan kemudahan berhubungan badan.
ADVERTISEMENT
Rekayasa keharmonisan keluarga luntur akibat adanya pinjaman online. Alih-alih membantu secara instan namun merusak secara permanen. Tidak sedikit hubungan suami-istri harus berpisah atas perkara pinjol. Sangat disayangkan kecanduan pinjaman mengakibatkan terputusnya hubungan keluarga. Pada akhirnya semua berantakan dan berefek pada kelanjutan kehidupan seorang anak yang mengancam mentalitasnya.

Kendali Pergaulan

Kendali pergaulan bermula akan turut serta dalam pendidikan karakter. Di mana harus dibangun dengan tiga fase. Tiga fase itu yaitu, fase informal, fase non formal, fase formal. Kendati penulis dengan mindset sederhana memahami ini sebagai langkah awal dalam pengendalian pergaulan generasi. Fase informal yang dimaksud adalah gerakan kesadaran lini keluarga dalam mengontrol pergaulan sanak famili. Peran orang tua sangat berpengaruh dalam hal ini.
ADVERTISEMENT
Fase formal atau dikenal dengan pendidikan formal. Generasi dengan status pelajar tentu tetap diwaspadai dalam masa kembangnya baik secara intelektual, interpersonal serta interpersonal. Ketiga kategori ini menjadikan generasi membentuk habitatnya. Sebab itu, pengawasan guru di sekolah menjadi peran utama. Guru tidak boleh kebobolan akan tindakan negatif yang terjadi di kalangan siswa pada jam sekolah. Untuk menghindari tawuran antar sekolah.
Fase non formal ini sering dikaitkan dengan lingkungan masyarakat. Kendali masyarakat akan sangat membantu dalam pola menciptakan gaya sosial. Semakin aktif lingkungan masyarakat mencontohkan dan melibatkan generasi mudanya di dalam kegiatan masyarakat seperti gotong royong desa, bersih-bersih desa, pawai dengan baju adat, dll.
Gerakan bersatu dari keluarga, pendidik, dan masyarakat dalam mencetak generasi yang cerdas dalam intelektual serta sopan santun dalam berinteraksi menjadi titik fokus sejak dini. Gerakan akan kesadaran dan penegasan kini harus lebih ditingkatkan lagi demi membentuk generasi kepribadian yang elok dalam pergaulannya.
ADVERTISEMENT