Konten dari Pengguna

Jika Bukan Kita, Siapa Lagi Yang Melestarikan Budaya Indonesia?

Arwa Syu'latul Muna
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
25 November 2023 17:39 WIB
clock
Diperbarui 4 Desember 2023 13:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arwa Syu'latul Muna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
www.freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
www.freepik.com
ADVERTISEMENT
Arus globalisasi diketahui berkembang pesat seiring dengan perkembangan teknologi secara global. Era globalisasi dapat menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat yang lebih modern. Akibatnya, masyarakat cenderung untuk memilih kebudayaan baru yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan budaya lokal. Tidak hanya itu, adanya globalisasi juga memungkinkan perluasan kontak budaya satu dengan budaya yang lainnya sehingga memperluas hubungan budaya yang berkembang di masyarakat. Adanya globalisasi yang didukung perkembangan teknologi informasi tersebutlah yang menjadikan masyarakat mulai tertarik dengan kebudayaan asing sebagai suatu tren baru dan mulai melupakan kebudayaan bangsa sehingga akhirnya terjadi fenomena budaya lokal yang menghilang.
ADVERTISEMENT
Di era saat ini, perkembangan teknologi informasi yang benar-benar berkembang pesat sangat berdampak pada kebudayaan yang dimiliki oleh suatu negara. Menjadi suatu fenomena yang memprihatinkan ketika anak bangsa saat ini sudah mulai lupa bahkan tidak tahu menahu mengenai kebudayaan daerahnya masing-masing. Hal ini bisa dipicu oleh beberapa hal seperti meluasnya informasi yang tersebar di dunia maya sebagai dampak dari meluasnya digitalisasi sehingga anak-anak memilih kebudayaan asing dimana dianggap lebih menarik dan unik. Masuknya budaya barat ini pun kemudian menyebabkan tergerusnya budaya lokal. Adapun sejumlah fenomena menjadi penanda bahwa kebudayaan lokal mulai memudar seperti masyarakat yang lebih banyak menggemari lagu luar negeri dibandingkan lagu daerah, bahkan tidak sedikit generasi muda yang tidak tahu menahu terkait lagu asli yang berasal dari daerahnya. Selanjutnya, banyak masyarakat yang lebih menggemari makanan ala bangsa barat serta mengikuti ataupun melestarikan tren berpakaian yang menjadi budaya luar negeri.
www.freepik.com
Budaya merupakan suatu istilah yang sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Maka istilah ini seringkali hadir baik itu dalam obrolan sehari-hari, maupun dalam bahasan-bahasan yang lebih formal. Bahkan sejak menduduki sekolah dasar pun banyak pelajaran yang berkaitan dengan budaya, seperti diantaranya ialah pendidikan bahasa, pengetahuan sosial, maupun kesenian. Budaya ini selain menjadi cara hidup menusia, budaya juga menjadi salah satu aspek yang menentukan identitas yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat, termasuk negara (Fitriyadi, 2020).
ADVERTISEMENT
Pemuda saat ini lebih condong kepada budaya modern karena mengganggap lebih serasi pada jiwa mereka dan merupakan tren pada saat ini. Anggapan keserasian budaya modern pada jiwa pemuda sekarang menimbulkan penerimaan secara langsung kebudayaan dari luar tanpa adanya penyaringan dari Lokalitas Kebudayaan. Perkembangan budaya modern saat ini tidak dapat ditolak, melainkan disaring dengan budaya lokalitas yang kental pada setiap daerah (Rachmadian, 2016).
Bukti pertama yang menunjukkan bahwa terdapat fenomena tergerusnya kebudayaan lokal yaitu penggemar lagu luar lebih banyak dibandingkan penggemar lagu daerah. Kepopuleran musik pop yang asalnya dari bagian barat memang membuat banyak masyarakat Indonesia tergila-gila dengan musik dari luar. Generasi muda yang saat ini hidup di zaman digitalisasi menyukai musik modern yang awalnya memang berkembang di Barat. Hal inilah yang menyebabkan banyak masyarakat terutama generasi muda cenderung menggemari lagu luar negeri. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang rela membeli tiket mahal untuk menonton konser dari penyanyi luar negeri yang mengadakan konser di Indonesia ataupun di negara asalnya.
www.freepik.com
Fenomena maraknya kepopuler lagu luar negeri di kalangan masyarakat Indonesia menjadi hal yang miris sebab eksistensi lagu daerah sebagai budaya bangsa mulai pudar. Generasi muda banyak yang tidak hapal dan tidak tahu lagu-lagu daerah yang dimiliki oleh tiap daerah di Indonesia. Kepopuleran lagu daerah memang sudah mulai redup semenjak masyarakat lebih menggemari lagu dari luar negeri bahkan mengidolakan banyak penyanyi sebagai idola yang sangat disukai. Beberapa masyarakat juga memiliki anggapan bahwa seseorang yang menyukai lagu daerah dibilang jadul sehingga mayoritas masyarakat mengikuti tren khususnya anak muda yang mengikuti tren berupa mengidolakan penyanyi luar negeri karena takut jika dicap ketinggalan jaman.
ADVERTISEMENT
Bukti hilangnya kebudayaan bangsa Indonesia ini juga bisa dilihat dari masyarakat saat ini yang sudah tidak tahu menahu mengenai makanan tradisional. Makanan tradisional seperti rawon, gudeg, mie aceh, jenang krasikan, clorot dan beberapa makanan tradisional lainnya sudah jarang dinikmati oleh masyarakat. Kebanyakan masyarakat merasa asing dengan masakan lokal atau tradisional namun merasa familiar dengan berbagai makanan yang menjadi budaya luar seperti pizza, spageti, dimsum, tomyum, sushi, dan berbagai makanan lain yang asalnya dari luar negeri namun kemudian masuk ke pasar Indonesia. Apabila disuguhkan dengan makanan tradisional dan makanan yang menjadi budaya luar negeri, masyarakat Indonesia cenderung memilih untuk mengonsumsi makanan luar negeri karena dianggap lebih enak dan sesuai tren perkembangan zaman. Bahkan masyarakat menganggap jika mengikuti selera luar negeri maka mereka menjadi seseorang yang keren dan modern.
www.freepik.com
Saat ini, masyarakat cenderung menyukai makanan cepat saji yang merupakan menu asing. Walaupun banyak yang memadukan makanan tradisional dengan makanan asing namun saat ini yang paling dominan dan sedang diburu ialah makanan ala luar negeri. Anak muda menyukai makanan praktis dna cepat saji karena lebih enak dan praktis. Hal ini didapatkan dari pengaruh globalisasi dan berdampak pada kebudayaan bangsa sehingga fenomena makanan budaya barat yang lebih digemari oleh masyarakat ini menjadi suatu hal yang miris. Banyak masyarakat yang merasa malu mengonsumsi makanan lokal dan tradisional, sementara di sisi lain akan merasa keren dan bangga apabila berhasil mencicipi makanan luar negeri.
ADVERTISEMENT
Pakaian dari budaya luar lebih banyak dilestarikan, khususnya budaya barat. Budaya westernisasi atau kebarat-baratan ini muncul ketika perkembangan teknologi dan arus globalisasi yang semakin cepat. Westerninasi ini menyebabkan kebudayaan bangsa Indonesia mulai terkikis dan luntur karena tergerus arus dari teknologi. Ketika masyarakat mulai menyukai kebudayaan barat (westernisasi) maka budaya Indonesia sebagai kebudayaan lokal mulai pudar di kalangan masyarakat. Hal ini ditunjukkan dari perilaku banyak masyarakat yang menggunakan tren fashion seperti masyarakat barat yaitu baju terbuka dimana tidak sesuai dengan normal dan kepantasan di Indonesia. Masyarakat Indonesia dalam berpakaian seringkali mengikuti style seperti orang barat, style korea, dan beberapa jenis style berpakaian lainnya yang merupakan budaya luar negeri. Tidak hanya dari cara berpakaian, pemilihan brand pakaian, tas, sepatu, juga menjadi pola konsumtif masyarakat yang menandakan bahwa masyarakat memiliki kegemaran membeli produk luar negeri.
ADVERTISEMENT
Banyaknya masyarakat yang mengikuti gaya berpakaian orang luar negeri menandakan bahwa kebudayaan lokal mulai tergusur dengan kebudayaan asing. Ketika terdapat semakin banyak nilai-nilai budaya asing yang merajalela, maka kebudayaan lokal di Indonesia semakin menghilang. Ketertarikan terhadap budaya asing yang dianggap lebih keren dan sedang tren inilah yang secara langsung menjadi pemicu tergerusnya budaya lokal akibat tidak ada lagi generasi penerus yang melestarikan budaya daerah. Oleh karena itu, dalam upaya mengatasi problem terkait tergesernya budaya lokal ini perlu memperoleh sinergi dari berbagai pihak untuk menghidupkan kembali kebudayaan daerah di nusantara.
Melihat dari kondisi ini, pengaruh arus globalisasi terhadap budaya lokal di Indonesia dapat berdampak positif dan negatif. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pelestarian kebudayaan lokal di Indonesia agar tidak hilang dan tergerus oleh arus globalisasi dengan cara melestarikan nilai-nilai budaya lama, mengembangkan kearifan lokal, dan memperkaya budaya lokal dengan budaya lain yang masuk ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Fitriyadi, I., & Alam, G. (2020). Globalisasi Budaya Populer Indonesia (Musik Dangdut) di Kawasan Asia Tenggara. Padjadjaran Journal of International Relations, 1 (3), 251-269.
http://jurnal.unpad.ac.id/padjir/article/view/22223
Rachmadian, A. (2016). Pengaruh Masuknya Budaya Asing Terhadap Pelestarian Kebudayaan Tari Tradisional Wayang Topeng Malangan Di Malang Raya, Jawa Timur. Jurnal Pariwisata Pesona, 1(2), 6–21. https://doi.org/10.26905/jpp.v1i2.516