Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dari NTT, Bangun Optimisme Untuk Ketahanan Pangan Nasional
13 Agustus 2023 7:31 WIB
Tulisan dari Munawar Khalil N tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) berulang tahun yang kedua pada 29 Juli 2023. Momentum perayaan ulang tahun lembaga pemerintah non kementerian yang dibentuk berdasarkan Perpres 66 tahun 2021 ini kemudian digelar pada Sabtu (12/08/2023) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pemilihan lokasi di wilayah timur Indonesia ini bukan tanpa alasan. Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, NTT merupakan salah satu wilayah dengan kekhasan pangan lokal seperti sorgum dan jagung. Ini memberikan pesan kepada semua pihak agar melihat pangan lokal sebagai potensi yang kuat dalam menjaga ketahanan pangan yang berbasis kemandirian pangan. UU Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan mendefinisikan kemandirian pangan sebagai kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi pangan yang beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat
ADVERTISEMENT
Di tengah El Nino yang mengancam ketahanan pangan dan peringatan FAO tentang ancaman krisis pangan global, pangan lokal menjadi pilihan rasional yang perlu mendapat dukungan semua pihak. Ini penting karena negara kita merupakan negara dengan keragaman sumber daya pangan yang besar, bahkan Indonesia menjadi negara terbesar ketiga di dunia dalam hal keanekaragaman sumber hayatinya.
Keberpihakan pada pangan lokal sudah ditegaskan Presiden Joko Widodo dalam salah satu pidatonya pada bulan Juni 2022. Presiden menyebut sorgum sebagai pangan lokal masyarakat NTT. Presiden meminta sumber pangan lokal yang sudah established di masing-masing daerah harus dikembangkan, dan tidak ada kewajiban di suatu wilayah untuk mengonsumsi nasi.
Beras masih menjadi pangan pokok yang mayoritas dikonsumsi masyarakat. Sederhanaya bisa kita lihat dari keseharian. Kita juga sering dengar istilah belum makan kalau belum makan nasi. Ini menunjukkan ketergantungan terhadap beras masih cukup tinggi. Ini tentunya menjadi persoalan karena ketersediaan beras sangat penting dalam menjaga stabilitas pangan.
ADVERTISEMENT
Ini tentunya menjadi persoalan karena ketersediaan beras sangat penting dalam menjaga stabilitas pangan. Beras tidak bisa dilihat hanya sebagai komoditas pangan biasa, tetapi menjadi penting dan strategis karena bisa memengaruhi stabilitas ekonomi dan ketahanan negara. Ini bisa kita lihat dari kontribusi beras yang signifikan terhadap inflasi dan garis kemiskinan. Di antara komoditas pangan strategis, harga beras berkontribusi 23,73 % terhadap garis kemiskinan. Oleh karena itu dalam perhelatan HUT NFA ke-2, sangat relevan menggaungkan semangat kembali ke pangan lokal sebagai bagian dari upaya menjaga ketahanan pangan.
Sinergi dan Kolaborasi Mewujudkan Merdeka Pangan
Kuncinya terletak pada seberapa kuat sinergi dan kolaborasi yang terbangun di antara stakeholder pangan. Karena itu, dalam gelaran HUT NFA ke-2 tersebut, tema yang diangkat adalah Sinergi dan Kolaborasi Mewujudkan Merdeka Pangan. Mengapa merdeka pangan? karena perayaan tersebut berdekatan dengan momentum HUT Kemerdekaan RI ke-78 yang menyuntikkan semangat kemerdekaan di semua bidang, termasuk di bidang pangan. Merdeka pangan memiliki muatan kemandirian dan kedaulatan pangan. Kemandirian meniscayakan kemampuan memproduksi pangan dari dalam negeri, sedangkan kedaulatan bermakna kemerdekaan untuk memilih dan menentukan kebijakan pangan.
ADVERTISEMENT
Untuk mewujudkan merdeka pangan, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi menegaskan sinergi dan kolaborasi adalah keniscayaan. NFA tidak bisa bekerja sendiri, membutuhkan unsur pentahelix yang terdiri dari kementerian dan lembaga, akademisi/pakar, pelaku usaha dan asosiasi, komunitas yang tumbuh di masyarakat, hingga media. Maka dalam perjalanan dua tahun NFA, keterlibatan berbagai unsur dalam menyukseskan kerja-kerja ketahanan pangan terpresentasikan dalam berbagai kegiatan yang digelar dalam perayaan HUT NFA ke-2 ini.
Di antaranya sarapan jagung bose, kuliner khas NTT dinikmati bersama oleh masyarakat, memberikan pesan tersendiri bahwa tanpa nasi pun kita bisa kenyang. Jagung bose merupakan olahan jagung berupa bubur jagung yang ditambahkan isian sei sapi dan ikan yang dilengkapi sayur daun kelor serta jus buah segar. Menu seperti ini memenuhi unsur Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA) seperti yang tengah digencarkan NFA.
ADVERTISEMENT
Gerakan makan telur bersama sebanyak 15 ribu butir telur rebus yang dibagikan kepada pengunjung juga menekankan pesan tersendiri bahwa pemenuhan protein sangat penting bagi tubuh. Pemberian bantuan pangan untuk Keluarga Risiko Stunting (KRS) berupa daging ayam dan telur ayam dengan tujuan mendukung penurunan stunting serta menekan rawan pangan dan gizi.
Ada juga Gerakan Pangan Murah (GPM) yang menyediakan bahan pangan yang terjangkau bagi masyarakat. Tidak kurang dari 9 kontainer kolaborasi bersama Perum Bulog dan ID FOOD digelontorkan untuk masyarakat di Kupang dan sekitarnya. Adanya GPM ini terus digencarkan di seluruh daerah untuk menjaga agar inflasi tetap terkendali dan menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan.
Usia lembaga pemerintah non kementerian yang berfokus pada sektor pangan ini memang masih sangat belia. Bahkan sebetulnya secara operasional baru berjalan sejak Arief Prasetyo Adi dilantik sebagai kepala NFA pada Februari 2022. Artinya belum genap dua tahun NFA menjalankan tugas dan fungsinya mengorkestrasi tata kelola pangan nasional. Sederet tantangan tentu menghadang. Masih banyak PR yang harus diselesaikan. Namun momentum perayaan HUT NFA ke-2 di Kupang selayaknya memberikan semangat baru baik bagi insan NFA maupun seluruh masyarakat, bahwa ketahanan pangan berbasis kemandirian dan kedaulatan pangan tidak akan bisa terwujud jika tidak dibangun di atas fondasi kebersamaan yang kuat.
ADVERTISEMENT