Riwayat Bendungan Karangdoro Peninggalan Belanda di Banyuwangi

BANYUWANGI CONNECT
membacalah walau sebentar
Konten dari Pengguna
10 Oktober 2017 19:43 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari BANYUWANGI CONNECT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bendungan Karangdoro yang berada di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari ini merupakan Bangunan peninggalan penjajah Belanda yang menghubungkan dengan perkebunan Desa Barurejo, Kecamatan Siliragung. Bangunan ini sangat menarik, berupa jembatan yang cukup panjang dan bendungan yang cukup elok. Selain itu di sekitar bendungan itu berupa kebun yang banyak tumbuh pohon kakao. Bendungan ini sangat Disukai Turis Eropa terutama dari belanda, juga sering dijadikan tempat prewedding dan jujugan masyarakat untuk berwisata.
ADVERTISEMENT
Bendung Karangdoro merupakan salah satu bangunan irigasi peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1921 yang dapat mengairi sawah seluas 16.044 Ha. ukuran bendung ini tergolong fantastis saat itu, Berguna untuk mengatur dan memanfaatkan aliran sungai Kalibaru. Dibangun oleh insinyur pribumi. Dia adalah Ir Sutejo, yang berasal dari Jawa Tengah. Ir Sutejo sebagai pelaksana teknisnya, keahlian beliau dibidang bangunan pengairan didapat secara otodidak. Ir Sutejo Juga dikenal oleh masyarakat sekitar memiliki kemampuan spritual yang lebih.
Di masa Masa pembangunan Bendungan juga menyisakan kisah pilu yang pernah bangsa ini alami, bendungan ini dulu di bangun oleh kaum “PERANTAIAN”. Nama PERANTAIAN sendiri adalah sebutan bagi mereka orang orang yang melakukan tindak kriminal di era pemerintahan kolonial belanda /tahanan belanda. Orang orang ini di datangkan langsung dari berbagai pejuru pelosok negeri seperti Kalimantan,Sumatra, Sulawesi, Papua dll.
ADVERTISEMENT
Pembangunan Bendungan melibatkan pekerja kasar dari pribumi yang statusnya sebagai tahanan Belanda. Orang-orang pribumi ini tidak diupah. Bendungan Karangdoro ini pula yang menjadi cikal bakal munculnya nama Desa Karangdoro. Diberi nama Bendungan Karangdoro sekaliagus untuk mengabadikan sejarahnya.
Dalam Sejarah yang tercantum di Koran belanda, Bahwa pernah terjadi musibah banjir besar di Bendungan Karangdoro pada 1929. Musibah itu menyebabkan kerugian materi dan jiwa dari hulu hingga hilir sungai Kalibaru. Peristiwa itu oleh masyarakat setempat dikenang dengan nama tragedi “Belabur Senin Legi”.
Bendungan karangdoro Rusak berat hingga perlu di renovasi lagi, sekitar tahun 1935 dimulai pembangunan Bendungan ini. Bendung Karangdoro sendiri secara resmi difungsikan pada tahun 1942. Dan diresmikan di jaman penjajahan Jepang. Sekitar tahun 1963 dimulai tradisi “Bubak Bumi” adalah ritual penghormatan kepada para leluhur yang berjasa pada pembangunan Bendung Karangdoro.
ADVERTISEMENT