New Normal, Nakes Jangan Menyerah

Mundakir Zhafran
Saya adalah dosen DpK di Universitas Muhammadiyah Surabaya. Saat ini diamanahi sebagai Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, dan juga sebagai ketua AIPNEMA.
Konten dari Pengguna
2 Juni 2020 11:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mundakir Zhafran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tenaga medis Foto: sasint
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tenaga medis Foto: sasint
ADVERTISEMENT
New normal menjadi istilah baru dalam menghadapi pandemi Covid-19 akhir-akhir ini. Pro kontra terkait istilah tersebut juga terjadi. Apakah memang sudah waktunya masyarakat harus menjalani kehidupan normal baru di tengah masih tingginya penyebaran Covid-19? Bagaimana pelaksanaannya dalam kehidupan sehari-hari sementara kebijakan PSBB masih diberlakukan?.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari pro kontra tersebut, yang jelas bagi tenaga kesehatan harus tetap terus berjuang memberikan pelayanan pasien Covid-19 yang terus bertambah. Dalam minggu terakhir ini juga tersebar informasi bahwa salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya membuat surat edaran tidak menerima pasien rujukan terhitung sejak 26 Mei 2020.
Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan SDM yang menangani perawatan, dan pelayanan di fokuskan pada pasien yang sedang dalam perawatan. Sebelumnya juga beredar kabar bahwa tenaga medis dan tenaga laborat terinfeksi Covid-19 sehingga RS tersebut sementara menghentikan atau membatasi pelayanan kepada pasien.
Bisa dibayangkan bila kondisi tersebut juga dialami oleh RS rujukan lain. Ini berarti layanan yang tersedia akan semakin berkurang sementara jumlah pasien terus meningkat, maka pola penanganan pasien yang terjadi di Italia bisa saja dilakukan yaitu menskrining pasien mana yang mempunyai potensi hidup lebih besar yang akan dilakukan tindakan.
ADVERTISEMENT
Meski pemerintah telah menambah beberapa tempat layanan baru, namun ketersediaan tenaga kesehatan yang merawat akan menjadi persoalan tersendiri.
Apalagi banyak ahli memprediksi bahwa dalam waktu dekat akan banyak pasien Covid 19 seiring dengan peristiwa mudik hari raya dan isu pelonggaran PSBB yang menyebabkan masyarakat “bebas” memadati tempat keramain beberapa waktu lalu.
Sangat bisa dimaklumi bila tenaga kesehatan kita mulai lelah meskipun tidak akan menyerah karena komitmen dan sumpah profesi yang mereka miliki. Namun adanya tagar Indonesia menyerah beberapa waktu lalu menjadi sinyal bahwa mereka mulai protes terhadap situasi dan kondisi yang ada.
Seakan mereka ingin menyampaikan “Kami di sini berjuang dan berkorban demi menyelamatkan pasien Covid-19, namun di luar sana Anda tidak peduli”. Fenomena tersebut tentu tidak bisa diabaikan apalagi memang perjuangan mereka masih harus terus berlanjut seiring dengan “teror” meninggalnya teman sejawat mereka tenaga kesehatan yang terus bertambah karena terinfeksi Covid-19. Untuk itu, dukungan dan perhatian sepantasnya harus terus diberikan kepada para tenaga kesehatan kita.
ADVERTISEMENT
Penuhi kebutuhan tenaga kesehatan
Hasil kajian The Center For Community Health Research And Policy (CCHRP) Universitas Muhammadiyah Surabaya dari beberapa rumah sakit di Jawa Timur, secara umum Nakes berharap beberapa kebutuhan dasar mereka terpenuhi agar tidak mengganggu dan menurunkan semangat mereka dalam merawat pasien Covid-19.
Pertama, Nakes membutuhkan Alat Pelindung Diri (APD), dengan prosedur pemasangan dan pelepasan APD yang jelas dan terstandard supaya tidak berakibat fatal. Tak hanya itu, rumah sakit juga diharapkan bisa menyediakan ruangan khusus untuk pemakaian APD dengan alur yang pasti sehingga tidak terjadi silang kontaminasi dengan yang lain.
Penggunaan APD tidak hanya disiapkan untuk petugas kesehatan yang langsung memberikan layanan kesehatan pasien Covid-19 saja, namun juga perlu bagi petugas kesehatan lain di rumah sakit yang merawat pasien Covid-19.
ADVERTISEMENT
Wafatnya perawat AP beberapa waktu lalu harus menjadi pelajaran berharga bagi tenaga kesehatan. Dia adalah perawat yang tidak memberikan perawatan langsung pasien Covid-19 namun positif Covid.
Kedua, Rumah Sakit dan instansi layanan kesehatan perlu mengkaji ulang kebutuhan tenaga perawat jaga dengan rasio pasien. Tingginya beban kerja menjadi faktor menurunnya tingkat keselamatan pasien maupun perawat.
Waspada dan jeli dalam melakukan pengkajian riwayat kesehatan dan pemilahan pasien sejak awal. Banyak ditemui kasus pasien COVID-19 yang lolos dan tidak masuk ruang isolasi sehingga berisiko menularkan kepada Nakes atau pasien lain.
Harapan lain adalah rumah sakit tidak melibatkan perawat yang berusia lebih dari 45 tahun dan juga mempunyai penyakit penyerta untuk menangani pasien COVID-19. Melakukan cek kesehatan sebelum dan sesudah melakukan tugas jaga, memberikan dukungan gizi dan vitamin yang memadai, dan tentunya ada jaminan finansial baik berupa peningkatan insentif ataupun tunjangan lain.
ADVERTISEMENT
Nakes juga mengapresiasi adanya inisiasi untuk memberikan dan penyediaan tempat istirahat yang layak selama tidak menangani pasien dan juga hal rekreatif lain agar terhindar dari kejenuhan.
Ketiga, Nakes berharap agar kebijakan yang diputuskan pemerintah bisa dilaksanakan secara konsisten. Para pejabat tidak mengeluarkan pernyataan yang dapat membingungkan masyarakat. Hal tersebut dapat melemahkan semangat tenaga kesehatan. Para pemimpin pemerintahan juga diharapkan bisa adil dan dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam penangangan Covid-19.
Keempat, Nakes berharap masyarakat menghentikan tindakan diskriminasi dan stigmatisasi pada petugas kesehatan, tetap tinggal di rumah, mengakses informasi yang valid dan jika ada hal belum diketahui bisa bertanya kepada otoritas kesehatan atau pihak yang diberikan kewenangan. Dinas kesehatan tentunya juga punya peranan untuk memberikan pendidikan kesehatan yang utuh, tepercaya tentang penyakit ini baik kepada pasien maupun keluarga dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Memberikan pengakuan yang layak terhadap Nakes atas kerja dan kontribusinya dengan cara memenuhi kebutuhan mereka merupakan hal vital dan bentuk dukungan yang nyata. Layanan kesehatan akan terus diperlukan baik kepada pasien Covid-19 maupun tidak.
Pelayanan pasien berkualitas tinggi, holistik dan komprehensif akan dapat memberikan dampak yang baik pada masyarakat, dan sangat penting dalam peningkatan derajat kesehatan. Pemenuhan kebutuhan mereka dalam memberikan layanan kesehatan khususnya pasien Covid-19, akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan moral, semangat dan percaya diri tenaga kesehatan untuk tidak menyerah dengan keadaan.
*) Dekan FIK UM Surabaya: Ketua AIPNEMA; dan Koord. Devisi Preventif dan Kuratif MCCC Jatim.