Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Hari Buku Nasional Dan Sejumput Harapan
17 Mei 2018 17:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
Tulisan dari Muntamah Sekar Cendani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Berhubung hari ini hari buku nasional, aku ingin cerita tentang hal-hal yang berbau buku. Buku adalah sesuatu yang membuatku tidak bisa menahan diri, bukulah yang membuatku tahu dunia luar, yang paling membekas adalah aku mengetahui indahnya desa Hallstatt, desa penghasil garam di Austria selain biduannya yang fenomenal, Conchita Wurst.
ADVERTISEMENT
Buku adalah jendela dunia itu memang benar, dari buku kita belajar banyak hal, dengan membaca banyak buku mendidik kita untuk lebih bijaksana menyikapi peristiwa yang terjadi disekitar kita. Dengan wawasan luas kita bisa lebih terbuka pada perbedaan dan perubahan-perubahan yang terjadi.
Pada hari buku nasional yang dirayakan tanggal 17 Mei tahun ini bertepatan dengan 1 ramadhan 1439 Hijriyah. Perayaan hari buku yang dirayakan setiap tahun memang tidak semeriah hari film atau hari musik. Namun begitu bukan berarti sepi dari kegiatan-kegiatan yang digerakkan oleh pegiat literasi di Indonesia. Linimasa juga meriah dengan ucapan dan tagar #HariBukuNasional. Para pecinta buku tentu saja merayakan hari buku dengan cara masing-masing.
Aku sendiri, pada hari buku ini hanya bisa merayakannya lewat media sosial Twitter, posting-posting tentang buku dan harapan-harapanku, selama ini aku memang aktif di Twitter dan sudah berhenti main FB sejak beberapa tahun yang lalu. Sebagai pecinta buku, tidak afdhol rasanya jika di hari buku ini tidak ikut merayakannya meski hanya merayakan hari buku dimedia sosial kukira sudah cukup karena untuk membuat kegiatan rasanya tidak mungkin. Nunggu hari minggu saat libur momennya sudah lewat.
ADVERTISEMENT
Bercerita tentang buku, ada tempat-tempat yang mengasyikkan selain perpustakaan. Dulu aku bersama temanku sering pergi ke toko buku bekas, pernah sekali di daerah Mid Level, Central. Disana banyak buku-buku bekas yang bagus-bagus berbahasa inggris, meski tidak membelinya cukup puas bisa melihat-lihat.
Suatu hari saat libur, aku pergi ke pasar loak di Sham Shui Po, dulu ada toko buku bekas, yang jualan kakek nenek, karena aku libur sendirian aku suka berlama-lama disana, melihat tumpukan buku-buku dikios yang luber ke jalanan, menikmati bau buku-buku buluknya yang menggoda iman. Dan disanalah aku mendapatkan buku bekas Maryamah Karpov karya Andrea Hirata seharga sepuluh dolar Hong Kong. Hanya sepuluh dolar saja. Bertahun berlalu sampai sekarang aku masih bertanya-tanya, siapa yang meloakkan buku itu. Sayangnya toko buku bekas itu sekarang sudah tidak ada lagi.
ADVERTISEMENT
Sham Shui Po memang tempat orang belanja selain Mong Kok, harganya juga lumayan miring. Aku kesana biasanya untuk membeli bahan-bahan kerajinan, dulu, saat masih rajin membuat sesuatu. Tapi sekarang kalau kesana hanya untuk mengunjungi pasar loak, kesukaanku mengunjungi pasar loak tidak pernah berubah, ada sesuatu yang unik dan istimewa disana. Barang-barang kuno dan antik semuanya sungguh memesona.
Beberapa waktu yang lalu aku juga jalan ke Sham Shui Po, karena jalan sendiri jadi bebas lewat mana pun, kesasar pun bukan masalah, aku iseng lewat jalan yang lain, keluar dari MTR pintu C2. Mengikuti kemana kaki melangkah, aku lurus saja sampai pada sebuah toko buku bekas, rasanya senang sekali menemukan toko buku itu. Baru pertama kali melihat toko buku bekas itu,tapi sepertinya toko itu sudah lama ada disana. Melihat-lihat buku disitu aku menuju tumpukan buku berbahasa inggris, setidaknya aku bisa mengerti sedikit, sedikit bisa membacanya. Aku menemukan buku Germinal karya Emile Zola disana, rasanya wah sekali, tentu saja aku sudah punya buku itu yang terjemahan bahasa Indonesia. Di toko ini aku hanya melihat-lihat tidak membeli satu pun buku karena bulan itu jatah jajanku sudah habis untuk belanja buku di Indonesia. Setidaknya setiap bulan ada alokasi dana untuk membeli buku meski seringnya membengkak tak terkira, suka kalap kalau sudah melihat buku.
ADVERTISEMENT
Kecintaan orang memang berbeda-beda, kecintaan kepada buku juga tidak bisa dibendung begitu saja. Masing-masing punya cara, meski pun budaya literasi kita masih rendah, ini adalah pekerjaan rumah bagi kita semua. Tidak mudah menularkan budaya membaca dan menumbuhkan minat baca, namun bukan hal yang tidak mungkin, kecintaan membaca harus kita tanamkan sejak dini pada anak-anak supaya seiring perkembangannya anak-anak bisa memiliki minat baca yang tinggi sehingga semakin cakap dalam menggapai prestasi.
Terakhir, Selamat Hari Buku Nasional 17 Mei 2018. Salam literasi.