Konten dari Pengguna

Oerip Soemohardjo : Jenderal Yang Legowo

Museum TNI-AD Dharma Wiratama
Museum Pusat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Dharma Wiratama adalah museum khusus yang mendokumentasikan bakti prajurit TNI Angkatan Darat.
12 September 2022 13:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Museum TNI-AD Dharma Wiratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Dok, Museum TNI AD Dharma Wiratama
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Dok, Museum TNI AD Dharma Wiratama
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Oerip Sumohardjo dilahirkan di Purwerejo pada 22 Februari 1893 dengan nama Muhammad Sidik. Ayahnya bernama Soemohardjo, seorang kepala sekolah dan ibunya salah seorang anak Bupati Trenggalek, Raden Tumenggung Widjojokoesoemo. Sesuai dengan tradisi, orang tuanya menginginkan Oerip menjadi bupati sehingga disekolahkan ke Osvia atau dikenal juga dengan nama Sekolah Pendidikan Pegawai Pribumi. Akan tetapi, pendidikan yang dijalani Oerip di Osvia tidak sesuai dengan pendidikannya ke Akademi Militer di Meester Cornelis (Jatinegara), Batavia (Jakarta).
ADVERTISEMENT
Setelah selesai menjalani pendidikan kemiliterannya, Oerip Soemohardjo dilantik sebagai Letnan KNIL dan malang melintang sebagai perwira di berbagai tempat, baik di pulau Jawa, Sumatera, maupun Sulawesi. Meskipun berstatus sebagai perwira KNIL, tetapi tidak secara mutlak meninggalkan bangsanya sendiri. Sejauh menurut pandangannya terjadi ketidakadilan bagi pribumi, Letnan Oerip Soemohardjo dipastikan akan melakukan protes meskipun berhadapan dengan kemungkinan pemecatan dari KNIL.
Setelah sekitar 20 tahun berdinas di KNIL, pada 1938, Mayor Oerip Soemohardjo mengundurkan diri akibat berselisih paham dengan Bupati Purwerejo dan menolah dipindahkan ke Gembong.
Pada masa penjajahan Jepang, Oerip ditawan selama 3,5 bulan dan satus-satunya perwira KNIL dari kalangan pribumi dengan pangkat Mayor. Setelah dibebaskan, Oerip kembali ke kampung halamnya dan melanjutkan hobinya berkebun. Ketika bangsa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, Pemerintah tidak langsung membentuk tentara kebangsaan sehingga Oerip Soemohardjo berkata, "Aneh sebuah negara zonder tentara". Oleh karena ancaman terhadap kedaulatan negara semakin nyata, pada 5 Oktober 1945, Pemerintah menerbitkan maklumat No. 2/X/45 tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan Supriyadi ditunjuk sebagai Pemimpin Tertinggi TKR serta Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan pangkat Letnan Jenderal. Selain itu, Letnan Oerip Soemohardjo pun diberi tugas untuk menyusun organisasi TKR karena berpengalaman ketika menyusun kembali kesatuan KNIL di Ambarawa yang sebelumnya telah dibubarkan. Dengan pengalamannya itu, Letjen Oerip Soemohardjo menyusun organisasi TKR dengan dua komando utama, Komando Jawa (10 Divisi) dan Komando Sumatera (4 Divisi). Sebagai kepala staf umum TKR, Letjen Oerip Soemohardjo memiliki juga tugas untuk menyatukan keompok bekas tentara Peta dan KNIL di bawah satu komando.
Foto : Dok, Museum TNI AD Dharma Wiratama
Untuk mewujudkannya itu, Letjen Oerip SOemohardjo menerima dengan legowo ketika peserta Konferensi TKR memilih Kolonel Soedirman sebagai panglima, padahal dirinya jauh lebih senior dari pada Kolonel Soedirman. Sebagai kepala Staf Umum TKR, Letjen Oerip Soemohardjo memerintahkan pembukaan Militaire Academie (MA) di Yogyakarta yang kelak berkembang menjadi Akademi Militer di Magelang.
ADVERTISEMENT
Oleh karena kesehatan yang tidak memungkinkan aktif di dunia kemiliteran, pada 1948, Letjen Oerip Soemohardjo pensiun dini dan tidak lama kemudian meninggal dunia 17 Novemver 1948. Sebagai bentuk penghargaan atas jasa-jasanya, jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara Semaki Yogyakarta dan pemerintah menaikkan pangkatnya menjadi Jenderal (Anumerta) Kedaoelatan Rakjat, 18 November 1948.