Konten dari Pengguna

Pertempuran Lima Hari di Semarang: Bagaimana Kisahnya?

Museum TNI-AD Dharma Wiratama
Museum Pusat Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Dharma Wiratama adalah museum khusus yang mendokumentasikan bakti prajurit TNI Angkatan Darat.
12 Desember 2023 12:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Museum TNI-AD Dharma Wiratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pertempuran Lima Hari di Semarang: Bagaimana Kisahnya?
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan peristiwa bersejarah dimana bangsa Indonesia dan tentara Jepang bertempur di Semarang. Sesuai dengan namanya, Lima Hari di Semarang berlangsung selama lima hari antara tanggal 15–20 Oktober 1945, pada masa peralihan kekuasaan Jepang ke Belanda. Peristiwa ini terjadi setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, yang disusul dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun Jepang sepertinya belum bisa menerima kekalahan sehingga membuat Indonesia belum aman. Pertempuran Lima Hari Semarang dipicu oleh penolakan Jepang untuk menyerahkan senjata kepada pemuda. Selain itu, tahanan perang Jepang yang kabur dari penjara juga membuat marah masyarakat. Selain itu, terbunuhnya dokter Kariadi yang saat itu menjabat sebagai kepala laboratorium pusat Rumah Sakit Rakyat (RS Purasara) juga menjadi pemicu pecahnya pertempuran.
ADVERTISEMENT
Pertempuran Lima Hari Semarang diawali dengan berita kemerdekaan Indonesia yang membuat para pemuda bersemangat mengambil alih senjata di pos-pos Jepang. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian menjadi Pasukan Keamanan Rakyat (TKR) mengawali kegiatan perlucutan senjata Jepang di beberapa lokasi di Jawa Tengah. Perpindahan senjata Jepang memang berjalan lancar dan tanpa kekerasan di beberapa daerah, namun tidak demikian di Semarang. Kidobutai (Pusat Angkatan Darat Jepang di Jatingale) tampaknya tidak mau menyerahkan senjatanya, meskipun ada jaminan dari Gubernur Wongsonegoro bahwa senjata tersebut tidak digunakan untuk melawan Jepang. Jepang hanya menyerahkan sedikit senjata, dan senjata tersebut sudah cukup tua. Setelah pendaratan Sekutu di Jawa dimulai, kecurigaan BKR dan Pemuda Semarang semakin meningkat.Mereka takut Jepang akan menyerahkan senjata kepada Sekutu dan percaya bahwa mereka harus segera mendapatkannya sebelum Sekutu mendarat di Semarang.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 14 Oktober 1945, tentara Jepang sekali lagi menolak menyerahkan senjata mereka, sehingga membuat marah para pemuda. Tahanan Jepang yang bekerja di Kilang Gula Sipilin akan dipindahkan ke Biru, namun mereka melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai yang dipimpin oleh Jenderal Nakamura dan Mayor Kido. Gesekan antara Jepang dan pemuda tersebut dari Sepirin hingga Jatingal. Di Jatingal, pasukan Jepang yang berhasil dipukul mundur bergabung dengan pasukan Kidōbutai yang ditempatkan di sana. Suasana Kota Semarang memanas di tengah rumor pasukan Kidobutai Jatingaleh hendak melancarkan serangan balik terhadap pemuda Indonesia.
Selain itu, ada kabar Jepang berupaya membunuh warga Semarang dengan meracuni Waduk Seranda, yaitu sumber air minum. Jepang memperburuk keadaan ketika melucuti senjata delapan petugas polisi Indonesia yang menjaga lokasi untuk mencegah keracunan air minum. Bahkan Dr Kariadi yang ingin memeriksa sumber air ditemukan tewas di Jalan Pandanaran Semarang karena dibunuh oleh tentara Jepang.Keesokan harinya, tanggal 15 Oktober 1945, Tentara Pemuda Semarang dengan dukungan Tentara Keamanan Rakyat menyambut 2.000 tentara Jepang di Kota Semarang. Pertempuran ini terjadi di empat lokasi di Semarang, yaitu daerah Kintelan, Pandanaran, Jombang dan Lawang Sewu (Simpang Lima). Bentrokan yang terjadi di Simpang Lima atau kini Tugu Muda ini disebut-sebut memakan korban jiwa paling banyak dan berlangsung paling lama.
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 16.30 tanggal 16 Oktober 1945, tentara Jepang berhasil merebut Penjara Buru. Setelah itu, anak buah Mayor Kido semakin kalut dan terus melancarkan serangan hingga tanggal 19 Oktober 1945. Pada tanggal 19 Oktober 1945, kedua belah pihak melakukan gencatan senjata, namun hal ini tetap tidak meredakan situasi genting. Pada akhirnya Pertempuran Lima Hari Semarang berakhir setelah Tuan Kasman Singodimejo dan Tuan Sartono mewakili Indonesia merundingkan gencatan senjata dengan Panglima Angkatan Darat Jepang, Letkol Nomura. Dalam perundingan tersebut juga hadir perwakilan Sekutu, Jenderal Bethel. Pada tanggal 20 Oktober 1945, Sekutu melucuti semua senjata Jepang, menandai berakhirnya Pertempuran Lima Hari di Semarang.Diperkirakan sekitar 2.000 orang tewas dalam pertempuran lima hari di Semarang. Teori lain menyebutkan kurang dari 300 orang tewas dalam insiden tersebut. Di pihak Jepang, sejarawan Jepang Kenichi Goto menulis bahwa 187 orang tewas dalam pertempuran tersebut. Sementara itu, Mayor Kido melaporkan 42 tentara tewas, 43 luka-luka, dan 213 hilang.
ADVERTISEMENT
Penulis: I Gusti Made
Sumber Referensi :
https://www.academia.edu/17134594/Pertempuran_Lima_Hari_Semarang
https://tirto.id/kronologi-sejarah-pertempuran-5-hari-di-semarang-dan-tokohnya-ga6i