Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Dilema Identitas Remaja dalam Budaya Populer
8 Januari 2024 9:28 WIB
Tulisan dari Muslimah Ima tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dilema identitas dalam arus budaya populer terjadi ketika populer menjadi ancaman dalam penguatan identiatas nasional masyarakat urban, khususnya bagi remaja. Budaya populer, yang mencakup artifak seperti makanan, musik, program televisi, arsitektur, pergaulan, dan periklanan, bersifat politik dan mempengaruhi sikap hedonisme, konsumerisme, dan pragmatis dalam diri masyarakat urban. Budaya pop sendiri sangat mudah berkembang oleh masyarakat urban, karena akses media popiler sangat mudah untuk dijangkau, mengingat perkembangan teknologi yang kini semakin berkembang pesat. Usia remaja awal menurut WHO yaitu rentang 10-11 tahun, dimana masa tersebut merupakan masa awal seseorang mencari jati diri atau identitasnya.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa isu yang terkait dengan dilema identitas dalam arus budaya populer salah satunya yaitu budaya populer dapat menghilangkan kerangka acuan tradisional masyarakat seperti etnis, agama, suku, budaya, dan nilai-nilai atau falsafah hidup bangsa. Pancasila juga merupakan salah satu kerangka acuan yang digunakan oleh masyarakat Indonesia.
Remaja kini lebih mengikuti hal-hal yang diaggap viral atau sedang tren sehingga kerangka acuan yang biasanya digunakan sedikit demi sedikit mulai ditinggalkan seperti halnya penggunaan pakaian, kini mereka lebih memilih pakaian-pakaian yang trendy dibandingkan pakaian yang menutup aurat. Selain itu, budaya populer juga mempengaruhi identitas nasional masyarakat urban. Karena itu budaya populer mampu menghilangkan kerangka acuan tradisional dan menggantinya dengan identitas yang lebih bersifat remeh, pragmatis dan komersial.
ADVERTISEMENT
Media massa mendukung budaya populer seperti anime dan fashion yang kemudia menjadi cara bagi remaja untuk mencari identitas dan jati diri mereka. Konsumsi secara berkelanjutan dalam budaya populer membentuk kebudayaan baru bagi kehidupan masyarakat, sehingga memicu lahirnya budaya populer. Salah satu contohnya yaitu wibu. Wibu merupakan istilah yang biasa digunakan untuk julukan seseorang yang sangat menyukai budaya jepang. Biasanya mereka menggunakan pakaian sesuai dengan karakter kesukaan mereka, bahkan tak jarang mereka juga mengikuti gaya hidup dan cara bicaranya.
Identitas yang saling bersaing dan hilangnya identitas kolektif yang menyebabkan meningkatnya fragmentasi identitas pribadi, yang mencerminkan dilema identitas dalam arus budaya populer. Dalam menghadapi dilema identitas dalam arus budaya populer, penting untuk memahami bagaimana budaya populer mempengaruhi identitas nasional dan cara masyarakat menyesuaikan diri dengan kecenderungan global. Terdapatnya proses yang bertahap yang membuat hilangnya kerangka acuan tradisional dalam diri remaja. Kerangka acuan tradisional berupa agama, lingkungan maupun masyarakat sekitar dianggap mengalami kemunduran sehingga terkikis oleh perkembangan zaman yang semakin modern.
ADVERTISEMENT
Ancaman budaya populer terhadap identitas remaja tidak dapat dibiarkan begitu saja karena dapat mengganggu kestabilan identitas masyarakat urban. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan menginternalisasi budaya masyarakat (local wisdom) sehingga masyarkat urban secara tidak langsung akan mengikuti kebudayaan yang berada disekitar mereka. Selain itu dapat dilakukan filterisasi kebudayaan asing, sehingga masyarakat urban dapat memilih kebudayaan yang selaras dengan kebudayaan yang berada didaerah mereka dan tidak menghilangkan ataupun menghilangkan kebudayan yang telah ada.