Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Papua Merasakan Nikmatnya BBM Satu Harga
22 Desember 2017 17:41 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari Ayesha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Program BBM Satu Harga di Papua sudah berjalan baik. Pemerintah daerah melihat masyarakat setempat sudah menikmati di berbagai titik pengoperasian.
ADVERTISEMENT
“Progam Pak Jokowi ini sudah bagus dan dijalankan dengan baik oleh Pertamina. Masyarakat sudah menikmati harga yang sama,” kata Firom M. Balinal, Kabag Umum Setda Kabupaten Puncak, di Ilaga, Kamis (21/12/2017).
Dampak harga BBM yang sama ini, menurut Firom sangat dirasakan masyarakat Ilaga. Harga kebutuhan pokok seperti sayur di pasar menjadi lebih terjangkau, anak-anak menjadi lebih semangat dalam belajar di malam hari karena BBM untuk genset lebih murah, dan ekonomi lebih bergairah.
Kalaupun ada yang harus ditingkatkan, menurut Firom adalah penambahan pasokan. Namun dia menyadari, bahwa penerbangan ke wilayah yang berada pada ketinggian 7.500 kaki memang tidak mudah. BBM harus diangkut dengan pesawat Air Tractor yang hanya berkapasitas 4KL sekali angkut.
ADVERTISEMENT
“Belum lagi kalau cuaca tidak bagus, risiko sangat tinggi. Apalagi, penerbangan juga melayani rute lain,” kata Firom.
Seperti halnya titik lain di Papua, lembaga penyalur BBM Satu Harga yang dioperasikan Pertamina di Ilaga, memang menjual dengan harga sama. Yaitu Rp6.450 untuk Premium dan Rp5.150 untuk Solar. Kalau pun ada yang menjual lebih tinggi, kata Firom, itu dilakukan di luar lembaga resmi yang dioperasikan BUMN tersebut.
“Pasokan memang harus ditambah. Karena, ada juga masyarakat dari luar Ilaga yang turut membeli,” ujarnya.
Terpisah, pengamat ekonomi Universitas Cendana (Uncen) Jayapura Ferdinand Risamasu, menilai positif langkah Pemerintah dan Pertamina yang menjalankan program ini. Hal terpenting, lanjutnya, adalah faktor kelangsungan pasokan BBM itu sendiri.
“Karena sebagai kebutuhan sehari-hari, permintaan BBM sangat tinggi. Apalagi, bukan hanya masyarakat yang membeli namun juga pedagang eceran di luar Pertamina,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Sumber: Tribunnews