Konten dari Pengguna

Pasaran: Tradisi Mengaji Kitab Kuning di Pesantren pada Bulan Ramadan

Muthakin Al Maraky
Pendidik di Madrasah Al-Khairiyah Karangtengah Relawan di Komunitas Literasi Damar26
9 April 2023 7:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muthakin Al Maraky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Santri sedang fokus mendengarkan penjelasan guru (sumber gambar: koleksi pribadi, Muthakin Al-Maraky)
zoom-in-whitePerbesar
Santri sedang fokus mendengarkan penjelasan guru (sumber gambar: koleksi pribadi, Muthakin Al-Maraky)
ADVERTISEMENT
Bulan Ramadan merupakan bulan yang dirindukan. Bulan yang dinantikan kehadirannya oleh umat muslim di seluruh dunia. Jauh sebelum Ramadan tiba, do'a-do'a kerinduan akan bulan mulia itu mulai dibacakan.
ADVERTISEMENT
Allahumma Bariklana Fi Rajaba wa Sya’bana wa Ballighna Ramadhana (Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadan).
Sebelum dan saat Ramadan tiba, stasiun televisi swasta mulai menayangkan iklan khas Ramadan. Dari mulai iklan sirup hingga iklan sarung. Begitu juga dengan program acaranya, dari mulai sinetron hingga program talkshow, semua bernuansa Islam. Bernuansa Ramadan.
Menurut Andre Moller dalam bukunya yang berjudul Ramadan di Jawa: Pandangan dari Luar (2005), selama Ramadan masyarakat Indonesia dan ruang publik mengalami semacam Islamisasi temporer.
Banyak tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia di berbagai daerah untuk menyambut bulan agung ini. Misalnya saja di Minangkabau (Sumatra Barat) terdapat tradisi Balimau atau Mandi Balimau. Masyarakat datang ke sungai untuk mandi dengan jeruk nipis. Tujuannya yaitu untuk membersihkan diri--luar dan dalam (lahir dan batin).
ADVERTISEMENT
Bulan mulia Ramadan ini memiliki banyak nama, di antaranya: Bulan yang di dalamnya penuh keberkahan (Syahrul Mubarak), bulan pengendalian diri (Syahrus Syiam), bulan yang di dalamnya penuh kasih sayang (Syahrur Rahmah), bulan yang di dalamnya penuh kenikmatan (Syahru A’laa’), bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an (Syahrul Qur'an).
Animo masyarakat untuk menyambut Ramadan ini mulai terasa sejak awal bulan Sya'ban sampai akhir bulan Rajab. Jika di dunia entertainment Ramadan disambut dan diisi dengan apa yang saya sebutkan di atas, maka di dunia pesantren atau lembaga pendidikan Islam lainnya, bulan Ramadan akan disambut dan diisi dengan kegiatan keilmuan.
Di pesantren terdapat tradisi ngaji kitab kuning yang disebut dengan ngaji "pasaran" atau "pasanan". Istilah ngaji pasaran atau pasanan adalah sesuatu yang tak asing didengar bagi masyarakat muslim di Indonesia, khususnya warga pesantren. Ngaji pasaran sering disebut dan didengar manakala memasuki bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
Kata pasanan berasal kata "pasa", yang artinya puasa. Pasanan berarti mengaji sekaligus menghatamkan kitab-kitab kuning di bulan puasa (Ramadan). Namun ada juga yang menyebut mengaji kitab kuning di bulan Ramadan ini dengan istilah ngaji pasaran.
Istilah ngaji pasaran sendiri berasal dari banyaknya pesantren yang menyelenggarakan kegiatan khataman kitab kuning. Pesantren A, mengaji kitab-kitab tasawuf. Pesantren B, mengaji kitab-kitab fiqih. Pesantren C, mengaji kitab-kitab ilmu alat (nahwu, sharaf dan balaghah). Gambaran kegiatan ngaji kitab kuning di pesantren layaknya seperti kegiatan di pasar, tiggal si pembeli, santri itu sendiri memilih, hendak ke mana tujuannya.
Guru sedang memaknai dan menjelaskan isi kandungan kitab kuning (sumber gambar: koleksi pribadi, Muthakin Al-Maraky)
Ngaji pasaran atau pasanan merupakan kegiatan pengajian yang dikhususkan pada bulan Ramadan dengan sistem pembelajaran menggunakan metode bandongan atau bandungan. Bandongan adalah salah satu metode pembelajaran dalam pesantren.
ADVERTISEMENT
Posisi seorang guru (kiai/ustadz) berada di depan, menghadapi puluhan bahkan ratusan santri. Sang guru membaca, menerjemahkan, dan menerangkan makna kitab kuning yang sedang dikaji. Dan santri mendengarkan, memberi tanda baca dan menerjemahkan apa yang disampaikan oleh sang guru.
Santri yang mengikuti kegiatan ngaji pasaran biasanya beragam. Ada santri mukim yang memang tinggal di pesantren penyenggara, kemudian ada santri kalong yang datang ke pesantren hanya pada jadwal pengajian saja. Setelah pengajian selesai, biasanya santri kalong pulang lagi ke rumahnya.
Tak ada batasan usia untuk mengikuti kegiatan ngaji pasaran. Dari mulai remaja, hingga orang tua. Semua kalangan boleh mengikutinya. Bahkan, yang menarik dari ngaji pasaran yaitu pesertanya yang beragam. Dari mulai santri, guru, ustadz sampai buruh atau karyawan.
Santri sedang fokus memberi arti pada kitab kuning (sumber photo: koleksi pribadi, Muthakin Al-Maraky)
ADVERTISEMENT
Dalam satu bulan, pesantren penyelenggara menargetkan khatam beberapa kitab. Tiga sampai sepuluh kitab. Bahkan ada yang lebih dari itu. Seperti pengalaman teman saya yang pada saat itu mondok di wilayah Rembang. Selama mondok dan mengikuti kegiatan ngaji pasaran, ia mengkhatamkan lima sampai tujuh selama tujuh belas hari. Setelah khataman, para santri mendapatkan ijazah dan kegiatan pondok diliburkan.
Kitab-kitab yang dibaca pada kegiatan ngaji pasaran biasanya kitab-kitab yang tak begitu tebal. Seperti kitab Risalah Muawanah, Tanqihul Qoul, Ta’lim Muta’alim, Safinatun Najah, Kifayatul Awam, Matan Al-Jurumiyah, Matan Imrithi dan lain-lain. Namun ada juga pesantren yang mengaji kitab yang cukup tebal, seperti kitab Ihya Ulumuddin, Bulughul Maram, Al-Hikam, Riyadhus Shalihin dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Di tempat saya mengajar, pada Ramadan tahun ini siswa-siswi MTs dan MA Al-Khairiyah Karangtengah diwajibkan mengikuti kegiatan ngaji pasaran. Dari mulai tanggal 27 Maret sampai 16 April 2023/5 sampai 25 Ramadan 1444 ditargetkan mengkhatamkan tiga kitab.
Di antara kitab yang akan dikhatamkan pada ngaji pasaran yaitu kitab Arbain An-Nawaiyah karya Yahya bin Syaraf bin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Damsyqy, kitab Safinatun Najah karya Syaikh Salim bin Abdullah bin Saad bin Sumair Al Hadhrami dan kitab al-Ghayah wa at-Taqrîb karya al-Qâdhi Abu Syuja’.
Bertempat di aula pesantren Banu Al-Qomar Al-Khairiyah Karangtengah, saban hari pengajian pasaran dilaksanakan dari pukul 09.00 sampai 11.00 WIB. Siswa-siswi masing-masing memegang satu kitab. KH. Muktillah, S.Ag., MM.Pd. selaku guru yang akan membaca dan memaknai kitab terlebih dahulu mengirimkan do'a untuk sang pengarang kitab. Setelah itu, dimulailah kegiatan ngaji pasaran. Pada minggu ini sudah masuk kitab yang kedua, yaitu kitab Safinatun Najah.
ADVERTISEMENT
Begitu mulianya bulan Ramadan. Bulan yang di dalamnya terdapat ribuan kebaikan ini. Fadlan Fatazaka dalam bukunya Jamuan Ramadhan (2007), menggambarkan bahwa bulan Ramadan merupakan sebuah pesta yang di dalamnya terdapat banyak jamuan makanan nan lezat: puasa, shalat malam, dzikir, umroh, shadaqah, i'tikaf, tadarrus al-Qur'an dan termasuk giat belajar, menuntut ilmu. Semua amal kebaikan itu di bulan Ramadan akan dilipatgandakan jika dijalani dengan niat tulus dan ikhlas.