Konten dari Pengguna

Psikologi Anak: Pujian dan Pola Pikir

Muthia Nur Shabrina
Mahasiswa Manajemen Aset Publik yang juga memiliki ketertarikan terhadap Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen Organisasi.
29 Juli 2024 9:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muthia Nur Shabrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Parents Praising Their Kid. An AI Generated Photos by Pixlr
zoom-in-whitePerbesar
Parents Praising Their Kid. An AI Generated Photos by Pixlr
ADVERTISEMENT
Pola pikir anak dapat terbentuk dari cacian dan pujian sehingga memuji tentu merupakan hal yang baik jika dibandingkan dengan memarahi anak. Pertanyaannya, apakah memuji adalah sebuah tindakan yang benar? Ketika seorang ayah memuji anaknya dengan kalimat, “Wah! Nilainya bagus! Anak ayah pinter banget!”, pernahkah terbayang apa yang terjadi pada anak yang tidak pintar?
ADVERTISEMENT
Bukankah setelah menerima pujian, seseorang akan senang dan akan berusaha untuk mendapatkannya lagi? Namun, bagaimana jika anak yang sama berakhir gagal pada ujian berikutnya dan tidak mendapatkan pujian?
Banyak orang meyakini pola pikir berkembang atau growth mindset merupakan pola pikir yang paling baik untuk dianut agar dapat lebih adaptif terhadap perubahan. Berbeda dengan nama seseorang yang dapat diketahui dengan sebuah pertanyaan, pola pikir merupakan suatu hal yang abstrak sehingga tidak dapat diketahui hanya dari jawaban di mulut saja. Seseorang bisa saja berkata bahwa ia berpola pikir berkembang, namun pada kenyataannya ia masih terjebak pada tindakan-tindakan pola pikir tetap atau fixed mindset.
Lalu, pertanyaannya adalah, bagaimana pola pikir ini terbentuk?
Pola pikir merupakan sebuah cara dalam berpikir yang akan menciptakan keyakinan dalam bertindak, dan membentuk persepsi seseorang terhadap kejadian yang dialaminya. Cara manusia berpikir terbentuk dari rentetan kejadian yang terjadi pada dirinya sendiri maupun yang diamatinya.
ADVERTISEMENT
Pola pikir juga dapat terbentuk dari pola asuh orang tua pada anaknya. Psikolog Carol Dweck, pada bukunya yang berjudul Mindset, membagi pola pikir menjadi 2 jenis yaitu berkembang dan tetap. Dijelaskan juga bahwa salah satu peran orang tua dalam membentuk pola pikir anaknya adalah melalui pujian.
Pada dasarnya, memuji sering diniatkan untuk memberi semangat pada seseorang. Namun, pada anak kecil, dampaknya bisa lebih dari sekadar semangat. Ketika pujian didasarkan dari hasil seorang anak meraih sesuatu, hal ini bisa membuat ia merasa dihargai hanya ketika dirinya berhasil.
Namun, dampak buruknya adalah anak tersebut akan takut untuk mengalami ketidakberhasilan, takut menghadapi kegagalan, lalu sifat eksploratifnya akan berkurang. Tidak hanya hubungan anak dan orang tua, tapi hubungan guru dengan murid juga berperan dalam pembentukan pola pikir anak.
ADVERTISEMENT
Guru dengan fixed mindset dapat mengatakan bahwa muridnya meraih nilai 100 dalam matematika memang karena ia jenius. Namun sayangnya, pada suatu kelas, juga terdapat murid-murid yang memiliki nilai matematika di bawah 70. Pujian guru bagi murid jenius tadi akan diartikan lain bagi murid dengan nilai rendah.
Murid dengan nilai rendah akan mendengar pujian tersebut seperti “Yang bisa meraih nilai bagus hanya orang yang jenius. Aku dengan nilai 70 tentu bukan orang jenius, jadi aku tidak akan bisa mendapatkan nilai bagus,”
Maka dari itu, untuk mendidik anak agar berpola pikir berkembang, perlu dilakukan koordinasi yang baik antara orang tua, guru, pelatih dan subjek pada lingkungan lainnya yang berhubungan langsung dengan perkembangannya.
ADVERTISEMENT
Sejatinya, pola pikir berkembang membuat seseorang tidak takut untuk gagal karena memiliki pandangan bahwa semua orang boleh gagal sebab semua orang akan terus berkembang dan berubah.
Sikap yang diambil oleh seseorang ketika ia mengalami kegagalan, akan berdampak pada kesehatan mentalnya. Hal ini sejalan dengan artikel pada Jurnal Clinical Psychology Review (2020) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pola pikir berkembang dengan tekanan psikologis seseorang. Dapat diartikan bahwa orang yang memiliki pola pikir berkembang akan memiliki tingkat stress yang lebih rendah.
Lalu, apakah orang tua dan guru tidak boleh memuji anak dan muridnya?
Tentu saja boleh. Hanya saja pujian tersebut baiknya tidak berfokus pada tingkat kepintaran ataupun bakat anak. Pujian tersebut lebih baik difokuskan terhadap proses atau pembelajaran yang telah berhasil mereka lalui. Dengan pujian seperti ini, jika seorang anak mengalami kegagalan pun, mereka akan tetap termotivasi karena telah berhasil melalui proses yang panjang dan telah mendapatkan sebuah pengalaman.
ADVERTISEMENT
Terakhir, perlu diingat bahwa pola pikir memang lebih mudah terbentuk saat manusia masih pada fase anak-anaknya, namun pola pikir dapat berubah dengan niat dan pelatihan diri. Sehingga, tidak ada kata terlambat bagi seseorang yang ingin menerapkan perubahan pola pikir.
“People with growth mindset know that it takes time for potential to flower,” -Dr. Carol S. Dweck