Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Parenting dan Kecerdasan Emosional Anak
6 Juni 2022 15:20 WIB
Tulisan dari Muthia Permata tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang di explore oleh anak setelah ia dilahirkan. Oleh karenanya, keluarga memegang peranan penting dalam membentuk kepribadian anak. Dalam hal ini, orang tua memiliki pengaruh terbesar dalam pembentukan karakter anak.
ADVERTISEMENT
Seperti halnya yang diungkapkan oleh John Locke dalam konsep tabula rasa, yakni pandangan bahwa manusia terlahir seperti kertas putih yang kosong. Sehingga pola asuh yang diterapkan orang tua dan lingkungan akan membentuk kepribadian anak.
Pola asuh yang diterapkan sejak kecil sedikit banyak mempengaruhi perkembangan emosional anak yang nantinya akan berpengaruh ketika anak dewasa.
Salah satunya ialah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional atau yang umum dikenal masyarakat Indonesia sebagai EQ merupakan kemampuan untuk untuk membangun hubungan dengan orang lain, mengenali sekaligus mengelola emosi diri, serta berperan dalam mengenali emosi orang lain.
Mengenali emosi diri dan emosi yang dirasakan oleh orang lain penting dalam menciptakan komunikasi yang efektif. Selain itu, kecerdasan emosi juga berperan dalam mengelola perasaan untuk memotivasi diri serta merencanakan dan meraih tujuan hidup.
ADVERTISEMENT
Sehingga ketika dalam masa sulitpun, kecerdasan emosi yang membantu kita untuk tetap stay on track dalam menjalankan tugas yang harus dipenuhi.
Lalu pola asuh seperti apa yang efektif dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak? Terdapat berbagai macam variasi dalam pola asuh orang tua. Adapun menurut Baumrind (1967) pola asuh terbagi menjadi empat macam:
Authoritative
Pola pengasuhan tinggi tanggapan (responsiveness) dan tuntutan (demandingness). Ciri pola asuh authoritative: bersikap hangat namun tegas, memberi kesempatan terhadap anak untuk berkembang secara mandiri dan mampu mengarahkan diri dengan tetap bertanggung jawab atas perilakunya, memberi standar dan harapan yang konsisten terhadap kemampuan dan kebutuhan anak.
Indulgent
Pola pengasuhan tinggi tanggapan (responsiveness) dan minim tuntutan (demandingness). Ciri pola asuh indulgent: minim disiplin, sangat menerima anak, minim tuntutan terhadap anak, memberi kebebasan tanpa batasan.
ADVERTISEMENT
Authoritarian
Pola pengasuhan minim tanggapan (responsiveness) dan tinggi tuntutan (demandingness). Ciri pola asuh authoritarian: disiplin, orang tua lebih suka menghukum dan bersifat absolut, menuntut anak untuk menerima segala sesuatu tanpa pengertian, membatasi anak.
Neglectful
Pola pengasuhan dengan rendah tanggapan (responsiveness) dan tuntutan (demandingness). Ciri pola asuh neglectful: meluangkan sedikit waktu dan energi untuk anak, kurang mengenali anak, minim pengetahuan terhadap aktivitas dan pengalaman anak di sekolah, jarang bertentangan dan jarang mempertimbangkan pendapat anak dalam pemutusan masalah.
Diantara empat macam variasi pola asuh ini, Baumrind mengungkapkan bahwa pola asuh authoritative merupakan pola asuh yang paling ideal bagi perkembangan anak. Pola asuh ini bersifat demokratis dan memiliki porsi yang tepat antara kendali dan otonomi terhadap anak.
ADVERTISEMENT
Sehingga pola asuh authoritative mampu membentuk anak menjadi individu yang mandiri, bertanggung jawab, eksploratif, jujur, dan tidak munafik.
Selain pola asuh diatas, terdapat dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional. Yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu tersebut. Sedangkan, faktor eksternal datang dari berbagai kondisi.
Seperti halnya kondisi kesehatan, suasana rumah, pola didik orangtua, hubungan dengan anggota keluarga, hubungan dengan teman sebaya, hingga aspirasi atau harapan orang tua terhadap anak. Seperti halnya harapan orang tua yang kurang realistis terhadap anaknya seringkali menimbulkan perasaan malu, dan anak merasa bersalah apabila mendapat kritik.
Hal ini tentunya dapat menghambat perkembangan si anak. Oleh karena itu, untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak yang maksimal, menerapkan pola asuh authoritative yang tegas dan hangat serta menciptakan suasana rumah yang aman dan nyaman merupakan langkah efektif untuk mengembangkan kecerdasan emosi anak.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Larzelere, R. E., Morris, A. S. E., & Harrist, A. W. (2013). Authoritative parenting: Synthesizing nurturance and discipline for optimal child development. American Psychological Association.
Prawitasari, J. E. (1998). Kecerdasan emosi. Buletin Psikologi, 6(1), 21-31.
Fitriani, L. (2015). Peran pola asuh orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosi anak. Lentera, 17(1).