Konten dari Pengguna

Aku Tidak Pergi, tetapi Belum Pulang

mutiara tarawiyah
seorang mahasiswa universitas pamulang dengan jurusan sastra indonesia
30 Juni 2023 8:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari mutiara tarawiyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi traveling sendirian ke pantai. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi traveling sendirian ke pantai. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Setiap perjalanan hidup memiliki titik-titik penting yang menjadi tonggak dalam perjalanan kita menuju kedewasaan. Salah satu titik tersebut adalah ketika kita mulai menjelajahi dunia di luar lingkungan keluarga dan berpisah dengan mereka untuk mengejar impian dan tujuan hidup kita sendiri.
ADVERTISEMENT
Namun, ada kalanya kita merasa terjebak dalam keadaan di mana kita tidak benar-benar pergi, tetapi belum pulang juga. Ini adalah momen ketika kita berada dalam transisi, mencari jati diri dan tempat yang benar-benar kita panggil sebagai rumah.
Kata-kata yang menggambarkan perasaan ini mungkin terdengar sedikit aneh dan ambigu pada awalnya: "Aku tidak pergi, tetapi belum pulang saja." Apa artinya sebenarnya? Secara harfiah, frasa ini terdengar bertentangan. Namun, bila kita melihat lebih dalam, kita akan menemukan betapa kompleksnya perasaan dan situasi yang ingin disampaikan oleh kalimat ini.
"Aku tidak pergi, tetapi belum pulang saja" merupakan kalimat yang sarat dengan makna psikologis dan emosional. Ungkapan ini menggambarkan kondisi antara ada dan tiada, di mana seseorang merasakan ketidaknyamanan dalam situasi yang ada di hadapannya. Ini bisa berarti bahwa seseorang secara fisik masih berada di tempat yang sama, tetapi secara emosional, mereka tidak terlibat sepenuhnya.
Ilustrasi foto seseorang yang tidak tahu harus kemana, Sumber foto : pexels.com
Ungkapan ini juga dapat menggambarkan situasi di mana seseorang secara fisik berada di tempat yang berbeda, tetapi pikiran dan hati mereka masih terikat pada tempat atau orang yang ditinggalkannya. Mereka mungkin berpikir tentang rumah, keluarga, atau orang yang mereka cintai, dan merasa bahwa mereka belum benar-benar pulang meskipun secara fisik mereka tidak berada di sana.
ADVERTISEMENT
Saat kita memasuki fase transisi dalam hidup kita, kita meninggalkan tempat yang akrab dan nyaman yang kita sebut rumah. Kita mungkin pergi ke kota baru untuk mengejar pendidikan, karier, atau tujuan hidup lainnya. Di sana, kita akan berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda, bertemu dengan orang-orang baru, dan menghadapi tantangan baru yang belum pernah kita alami sebelumnya.
Meskipun kita pergi, tetapi di hati kita masih terasa keterikatan dengan tempat yang kita tinggalkan. Mungkin itu adalah ikatan dengan keluarga, teman-teman, kenangan, atau bahkan nilai-nilai dan identitas yang kita anggap penting.
Ilustrasi foto seseorang yang kehilangan arah, Sumber foto : pexels.com
Di sisi lain, meskipun kita telah pergi dan mengejar impian kita, kita juga merasa belum pulang. Rasanya ada sesuatu yang belum lengkap, seperti kehilangan suatu bagian yang penting dalam diri kita.
ADVERTISEMENT
Kita mungkin merasa seperti orang asing di lingkungan baru yang kita hadapi. Atau mungkin merasa sulit menemukan tempat yang benar-benar kita sebut sebagai rumah. Kehidupan baru ini mungkin menawarkan peluang dan kegembiraan, tetapi juga memunculkan rasa rindu akan tempat yang telah kita tinggalkan.
Perasaan "aku tidak pergi, tetapi belum pulang saja" adalah perasaan inkonsistensi, ketidakpastian, dan penyesuaian diri. Kita sedang mencoba menemukan keseimbangan antara memulai petualangan baru dan memelihara ikatan dengan tempat-tempat yang kita anggap penting dalam hidup kita.
Ini adalah momen ketika kita perlu beradaptasi dengan lingkungan baru, membangun hubungan baru, dan menemukan diri kita sendiri di tengah perubahan.
Namun, meskipun perasaan ini dapat menimbulkan kebingungan dan ketidaknyamanan, kita juga harus mengakui bahwa itu adalah bagian alami dari pertumbuhan dan perjalanan hidup. Melalui proses ini, kita akan belajar tentang ketahanan, penemuan diri, dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.
ADVERTISEMENT
Kita akan menemukan bahwa meskipun kita tidak berada di tempat yang sama seperti sebelumnya, kita masih dapat membangun tempat baru yang dapat kita sebut sebagai rumah, di mana kita merasa diterima dan dicintai.
Seiring berjalannya waktu, kita akan menemukan makna sejati dari frasa "aku tidak pergi, tetapi belum pulang saja." Kita akan menemukan tempat di mana kita dapat tumbuh dan berkembang, di mana kita dapat menciptakan ikatan baru dan membangun kehidupan yang memenuhi tujuan dan impian kita.
Perasaan inkonsistensi dan ketidakpastian akan menjadi pijakan yang memperkuat kita. Dan, kita akan menghargai kedua tempat itu dengan cara yang berbeda, namun bermakna.
Ilustrasi foto seseorang yang hendak pulang, Sumber foto : pexels.com
Jadi, jika saat ini kita merasa seperti "aku tidak pergi, tetapi belum pulang saja," jangan takut. Kita sedang dalam perjalanan untuk menemukan tempat yang benar-benar kita sebut sebagai rumah.
ADVERTISEMENT
Teruslah menjelajahi dunia dengan semangat dan keberanian, dan ingatlah bahwa perjalanan ini adalah bagian yang penting dari pertumbuhan dan perjalanan hidup kita dan jangan lupa untuk pulang.