Konten dari Pengguna

Pengaruh Konsep Diri terhadap Kualitas Hidup Seseorang: Perspektif Komunikasi

Mutia Jummidayani Putri
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas
3 September 2024 7:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mutia Jummidayani Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/photos/child-tower-building-blocks-blocks-1864718/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/photos/child-tower-building-blocks-blocks-1864718/
ADVERTISEMENT
Perasaan ragu terhadap diri sendiri sudah menjadi hal yang biasa terjadi, namun ternyata, jika perasaan ini dibiarkan terus-menerus akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi diri sendiri. Perasaan ragu dan merasa rendah akan diri sendiri sebenarnya merupakan bentuk konsep diri yang kita yakini.
ADVERTISEMENT
Anita Taylor, et al (1977) mendefinisikan bahwa konsep diri ialah “all you think and feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold about yourself”. Disisi lain, Charles Horton Cooley mengatakan bahwa ini disebut sebagai looking glass self, seolah-olah kita meletakkan cermin didepan diri kita. Kita membayangkan bagaimana kita dilihat orang lain, bagaimana penilaian orang lain terhadap kita, serta perasaan yang kita rasakan seperti malu, kecewa atau senang.
Pada hakikatnya, konsep diri merupakan keyakinan yang kita tanam pada diri sendiri tentang bagaimana kita sebenarnya. Contohnya, ketika kamu meyakini bahwa dirimu adalah orang yang menarik, kamu akan berusaha untuk berpenampilan rapi, bersih, dan wangi setiap saat. Sebaliknya, apabila kamu merasa kamu orang yang tidak berdaya, kamu cenderung enggan berusaha dan pasrah terhadap keadaan. Itulah mengapa kita perlu senantiasa menanamkan keyakinan positif kepada diri sendiri, yakni sebagai stimulasi atau dorongan agar kita melakukan hal baik untuk meningkatkan kualitas hidup.
ADVERTISEMENT
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh dosen Ilmu Komunikasi Universitas Andalas, Dr. Elva Ronaning Roem, M. Si, “konsep diri yang positif cenderung menciptakan kepribadian yang percaya diri, optimis, dan proaktif. Sebaliknya, konsep diri yang negatif dapat mengarah pada kepribadian yang pesimis, rendah diri, dan pasif. Contohnya seperti, seseorang dengan konsep diri yang kuat dan positif mungkin lebih berani mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru, sementara seseorang dengan konsep diri negatif mungkin takut gagal dan cenderung menghindari tantangan”. Tutur beliau.
Konsep diri yang tertanam dalam diri kita dapat dipengaruhi oleh keberadaan orang lain. Seperti yang dikatakan oleh Gabriel Marcel melalui tulisannya, “The fact is that we can understand ourselves by starting from the other, or from other, and only by starting from them”. Pendapatnya ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Harry Stack Sullivan (1953) bahwa jika kita diterima, dihargai dan disenangi oleh orang lain, kita akan cenderung merasa menghormati diri sendiri. Akan berbeda jika kita berada dalam kondisi tidak disukai atau bahkan dicaci, kita akan mengutuk diri sendiri dan merasa rendah diri.
ADVERTISEMENT
Menurut Elva Ronaning Roem, terdapat beberapa faktor yang memengaruhi konsep diri seseorang. “Faktor pertama ialah lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah faktor pertama yang memengaruhi konsep diri. Pola asuh, dukungan, dan interaksi dengan keluarga membentuk dasar pemikiran seseorang tentang dirinya sendiri,” ucapnya.
Tak hanya keluarga, Elva Ronaning Roem juga menjelaskan bahwa ternyata, pengalaman serta interaksi yang dialami juga menentukan bagaimana seseorang memandang dirinya. “Pengalaman hidup, baik positif atau negatif, membentuk pandangan seseorang terhadap diri sendiri. Lalu, interaksi sosial seperti, seorang mahasiswa yang dipuji oleh dosennya akan merasa lebih percaya diri.
Kemudian faktor media dan budaya. Media massa dan budaya yang ada disekitar juga memberikan pengaruh besar seperti, melalui standar kecantikan dan kesuksesan. Contohnya, gambaran tubuh ideal yang ada di media dapat membuat seseorang merasa tidak puas dengan penampilannya sendiri, jika tak sesuai dengan standar tersebut,” jelas beliau.
ADVERTISEMENT
Melalui perspektif komunikasi, Elva Ronaning Roem juga mengatakan bahwa keyakinan yang negatif terhadap diri dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup seseorang. “…seseorang yang berkeyakinan negatif juga mungkin merasa tidak layak mendapatkan cinta atau persahabatan, yang bisa mengakibatkan isolasi sosial. Tak hanya itu, keyakinan negatif terhadap diri sendiri mampu menurunkan motivasi dan kinerja seseorang yang dapat menghambat pencapaian dan karir seseorang”.
Seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Andalas, Wahyuni Dwi Putri, juga setuju bahwa keyakinan diri yang positif sangat berpengaruh baginya dalam menjalani aktivitas sehari-hari. “Menurutku berpengaruh ya, ga hanya untuk diri sendiri, tapi ke pandangan orang lain juga. Kita ngejalanin hidup itu berdasarkan keyakinan yang kita tanam, kalau konsep yang kita tanam ke diri sendiri itu negatif, otomatis kita juga bakal berbuat hal yang demikian”. Ucap Dwi.
ADVERTISEMENT
Terbukti bahwa konsep yang kita tanamkan kepada diri sendiri memiliki dampak yang besar untuk kualitas hidup kita sekarang dan kedepannya. Intinya, konsep diri seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang tentunya memiliki dampak kepada diri seseorang. Perlu untuk menanamkan dan menjaga keyakinan positif kepada diri sendiri, karena keyakinan yang negatif hanya akan merugikan kualitas hidup diri sendiri, baik dari segi kesehatan, hubungan, maupun prestasi dan karir.