Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dampak Pembelajaran Daring bagi Siswa Sekolah Dasar di Desa Cisereh
19 Desember 2022 16:39 WIB
Tulisan dari Mutia Rachma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2020 tepatnya bulan maret ditemukan dua orang yang terinfeksi virus covid-19. Kemudian, jumlah kasus yang terinfeksi virus ini makin meningkat hingga ribuan orang. Hal itu membuat pemerintah untuk memberlakukan lockdown. Lockdown merupakan perintah pemerintah untuk masyarakat agar tidak keluar rumah dan bertemu orang lain guna mencegah penyebaran virus ini. Hal ini membuat pembelajaran menjadi terpengaruh. Akibatnya, pemerintah memberlakukan sistem pembelajaran secara daring atau online.
Pembelajaran secara daring tentunya memerlukan internet dan smartphone. Hal itu untuk siswa sekolah dasar yang berada di Jakarta tentunya sudah disediakan oleh orang tuanya dan sudah memahami untuk menggunakan teknologi. Meskipun memiliki kendala yang dialami hanya sedikit dibandingkan dengan siswa yang berada pada di desa cisereh. Padahal desa ini terdapat di Kabupaten Tangerang yang tidak terlalu jauh dari ibukota Jakarta namun banyak sekali siswa sekolah dasar yang sulit mengikuti pembelajaran daring karena kurangnya fasilitas yang memadai.
ADVERTISEMENT
Siswa yang tidak memiliki smartphone karena keterbatasan ekonomi
Menurut Laurillard (2007), dikutip pernyataan bahwa menggunakan smartphone dalam pendidikan, membuat teknologi ini memiliki peran yang sentral untuk dapat digunakan sebagai sarana penyampai informasi kepada siswa melalui teknologi perangkat mobile. Dengan adanya virus corona ini smartphone merupakan barang eletronik yang wajib dimiliki oleh semua kalangan terutama yang sedang menempuh pendidikan untuk dapat mengakses materi yang dilakukan secara online. Namun untuk orang tua siswa sekolah dasar di desa cisereh yang tidak memiliki smartphone tentunya akan merasa kesusahan dan berusaha mencari solusinya.
Bagaimana dapat mengikuti pembelajaran secara daring, jika tidak memiliki smartphone?. Tentunya akan merasa kesulitan untuk mengikuti pembelajaran daring. Hal itu akan menghambat proses pembelajaran di rumah yang dapat dikatakan tidak efektif.
ADVERTISEMENT
Dengan itu, seharusnya pemerintah memberikan bantuan di desa-desa yang lebih membutuhkan untuk menunjang pendidikan. Hal itu, dapat berupa smartphone.
Peran penting orang tua sebagai pengganti guru di rumah
Pada saat pandemi ini orang tua memiliki peran penting untuk membantu anaknya pada saat mengikuti pembelajaran daring. Hal ini diperkuat oleh pernyataan yang diutarakan oleh Darmadi (2015), bahwa “Garda terdepan yang menjadi pengawal dari sebuah anak di dalam pendidikan ketika anak berada di rumah adalah orang tua”. Tanpa adanya orang tua, anak tidak akan mempunyai keinginan untuk belajar. Anak sekolah dasar tentunya hanya ingin bermain. Tentunya kalian pernah merasakan saat menjadi anak sekolah dasar bukan?. Oleh karena itu, selama pandemi anak-anak sekolah dasar lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman-temannya. Hal itu mengakibatkan, seorang siswa sekolah dasar yang sampai saat ini belum dapat membaca secara lancar, padahal sudah menginjak kelas empat SD. Hal itu terjadi akibat orang tua yang memanjakan anak dengan cara mengerjakan tugas anaknya dan membiarkannya bermain bersama teman-temannya. Oleh karena itu, pada pembelajaran daring ini, membuat anak menjadi malas belajar.
ADVERTISEMENT
Seharusnya orang tua lebih mendidik anaknya dengan baik dan sabar. Dengan cara mendisiplinkan waktu anak untuk belajar dengan bermain. Orang tua dapat menjadwalkan waktu belajar sesudah pembelajaran daring selama 30 menit untuk mengajarkan membaca atau mengulang materi yang sudah diberikan oleh guru.
Kurangnya orang tua memahami penggunaan smartphone (gagap teknologi)
Banyaknya orang tua yang masih belum mengerti penggunaan smartphone. Alasannya karena tidak memiliki smartphone sebelumnya. Seharusnya, orang tua terlebih dahulu lebih memahami dengan teknologi yang kemudian diajarkan pada anaknya. Seperti yang kita tahu, anak sekolah dasar yang berada di desa tentunya gagap teknologi. Gagap teknologi merupakan ketinggalan pengetahuan tentang teknologi pada saat ini. Sehingga, guru dan orang tua sepakat memilih membuat grup pada aplikasi Whatsapp sebagai media pembelajaran. Tentunya orang tua lebih mudah memahami jika hanya aplikasi tersebut yang digunakan sebagai media pembelajarnya.
ADVERTISEMENT
Cara pembelajarannya yaitu guru memberikan materi pembelajaran dapat berupa dokumen, foto, video atau pesan suara. Selain itu, guru juga memberikan tugas-tugas kepada murid yang kemudian hasil tugasnya akan dikirimkan pada grup kelas masing-masing berupa foto atau video. Kemudian, mengenai absensi yang dilakukan dengan cara mengirim foto siswa pada grup kelas. Hal itu sangat mudah dilakukan untuk orang tua yang masih gagap teknologi.
Adanya pandemi ini membuat proses pembelajaran yang sebelumnya dilakukan secara langsung menjadi di rumah secara daring. Hal itu tentunya akan mengalami beberapa kendala selama pembelajaran. Terutama mengenai fasilitas yang menunjang pembelajaran. Hal itu terjadi karena kurangnya perhatian dan bantuan pemerintah dalam mengatasi pembelajaran daring. Walaupun pemerintah sudah memberikan bantuan berupa paket internet untuk semua pelajar.
ADVERTISEMENT
Dengan itu, pemerintah seharusnya lebih peduli dengan keadaan masyarakat yang berada di pedesaan, terutama dalam hal pendidikan karena pendidikan di Indonesia dapat lebih maju jika fasilitas untuk menunjang pendidikan sudah merata.
Selain itu, peran orang tua yang sangat penting untuk membimbing anak pada saat di rumah. Tanpa adanya bantuan orang tua, anak tidak dapat mengikuti pembelajaran daring. Orang tua tentunya dapat menjadi seorang guru di rumah untuk anak.