Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dampak Strict Parents dan Orang Tua Kolot terhadap Perkembangan Anak
1 Agustus 2024 15:16 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Mutia Rachma tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendekatan parenting memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan anak, memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan mereka, mulai dari kesehatan mental hingga keterampilan sosial. Di antara banyak gaya pengasuhan, dua tipe orang tua yang sering menjadi fokus perhatian adalah strict parents (orang tua yang ketat) dan orang tua kolot (punya pandangan kuno dan konservatif).
ADVERTISEMENT
Strict parents atau orang tua yang ketat, dikenal karena pendekatan mereka yang terstruktur dan disiplin tinggi. Mereka menetapkan aturan yang jelas dan mengharapkan kepatuhan yang ketat dari anak-anak mereka. Orang tua tipe ini sering kali menekankan pentingnya pencapaian akademik, disiplin, dan ketaatan tanpa banyak ruang untuk kompromi.
Di sisi lain, orang tua kolot berpegang pada nilai-nilai tradisional dan pandangan yang sering kali dianggap kuno atau konservatif. Mereka cenderung mempertahankan metode pengasuhan yang lebih tradisional dan mungkin kurang fleksibel terhadap perubahan atau inovasi dalam pendidikan dan pengembangan anak.
Selain itu juga, kurangnya memberi kebebasan sang anak dalam menelusuri dunia luar dan memberi keputusan untuk dirinya sendiri. Meskipun baik strict parents maupun orang tua kolot memiliki tujuan yang sama, yaitu membimbing dan melindungi anak-anak mereka, pendekatan yang mereka gunakan dapat memiliki dampak yang sangat berbeda pada perkembangan anak.
ADVERTISEMENT
Strict parents sering kali membatasi kebebasan anak untuk mengeksplorasi dunia luar, dengan menetapkan batasan ketat mengenai aktivitas dan pengalaman yang mereka dapat ikuti. Orang tua yang ketat mungkin mengontrol waktu luang anak dan memilih aktivitas yang dianggap sesuai menurut mereka, tanpa memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk mengeksplorasi minat dan keinginan mereka sendiri.
Contohnya seperti sang anak yang tidak diizinkan menghadiri pesta ulang tahun teman atau berkumpul dengan teman-teman mereka di luar sekolah hingga larut malam karena orang tua khawatir tentang pengaruh buruk dari lingkungan sosial tersebut.
Dampak Negatif dari Strict Parents
1. Kurangnya Pengalaman Sosial
Anak mungkin kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan membangun hubungan interpersonal yang penting. Misalnya, seorang anak yang tidak diizinkan berinteraksi dengan teman-teman di luar lingkungan rumah mungkin kesulitan dalam situasi sosial di masa depan. Terlebih dalam berinteraksi dengan orang lain yang tidak dikenal, sehingga sang anak jadi takut saat memasuki dunia baru.
ADVERTISEMENT
2. Keterbatasan Eksplorasi Minat
Ketidakmampuan untuk mengeksplorasi berbagai minat dan kegiatan dapat menghambat perkembangan bakat dan hobi anak. Seorang anak yang ingin mengejar minat dalam memilih jurusan dalam kuliah tidak memiliki kesempatan dalam memilih, dikarenakan sudah diarahkan sebelumnya. Sehingga sang anak tidak memiliki kesempatan untuk menemukan potensinya dalam bidang tersebut.
Orang tua kolot berpegang pada nilai-nilai tradisional dan pandangan yang sering kali dianggap kuno atau konservatif. Mereka cenderung mempertahankan metode pengasuhan yang lebih tradisional dan mungkin kurang fleksibel terhadap perubahan. Anak-anak sering kali merasa bahwa pendapat dan perasaan mereka tidak didengarkan atau dianggap penting oleh orang tua. Orang tua yang ketat mungkin memiliki pandangan yang sangat kuat tentang bagaimana anak harus bertindak atau membuat keputusan, dan cenderung tidak memberi ruang bagi anak untuk mengungkapkan pandangan mereka.
ADVERTISEMENT
Dampak Negatif dari Orang Tua Kolot
1. Rasa Tidak Dihargai
Anak-anak yang merasa pendapat dan perasaan mereka tidak dihargai mungkin mengalami penurunan rasa percaya diri dan masalah dalam komunikasi. Jika anak merasa bahwa apa yang mereka rasakan atau pikirkan tidak penting bagi orang tua mereka, ini dapat menyebabkan mereka merasa terasing dan kurang berharga. Misalnya, jika seorang anak berbagi perasaan atau ide mereka dan orang tua selalu mengabaikan atau meremehkan hal tersebut, anak bisa merasa bahwa suara mereka tidak didengar atau tidak penting. Akibatnya, anak mungkin menjadi enggan untuk berbicara atau mengekspresikan diri mereka di masa depan, yang dapat memengaruhi hubungan mereka dengan orang lain dan kemampuan mereka untuk berkomunikasi secara efektif.
2. Kurangnya Kemandirian
Ketika anak tidak diberi kesempatan untuk membuat keputusan sendiri, ini dapat menghambat perkembangan kemandirian mereka. Anak yang selalu bergantung pada keputusan orang tua untuk segala hal mungkin kesulitan untuk membuat keputusan secara mandiri ketika mereka dewasa. Misalnya, jika seorang anak selalu diarahkan dan tidak pernah diajari untuk mengevaluasi opsi atau bertanggung jawab atas pilihan mereka, mereka mungkin kurang siap untuk menghadapi situasi yang memerlukan keputusan penting atau memecahkan masalah secara mandiri.
ADVERTISEMENT
Kemandirian sangat penting untuk perkembangan kemampuan anak dalam berpikir kritis dan menghadapi tantangan hidup secara efektif. Tanpa kesempatan untuk berlatih membuat keputusan dan menghadapi konsekuensi dari keputusan tersebut, anak dapat kesulitan untuk beradaptasi dan bertindak secara mandiri ketika mereka menjadi dewasa.
Pendekatan pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua, baik yang ketat maupun kolot, memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak. Orang tua yang ketat cenderung membatasi kebebasan anak dan menetapkan aturan yang ketat, yang dapat mengakibatkan kurangnya pengalaman sosial dan keterbatasan dalam mengeksplorasi minat mereka. Hal ini dapat menghambat perkembangan keterampilan sosial anak dan menekan bakat serta minat mereka.
Di sisi lain, orang tua kolot yang berpegang pada nilai-nilai tradisional sering kali kurang mendukung pendapat dan perasaan anak, serta membatasi kesempatan anak untuk membuat keputusan sendiri. Dampak dari pendekatan ini termasuk rasa tidak dihargai yang dapat menurunkan rasa percaya diri anak dan menghambat kemampuan mereka dalam berkomunikasi. Selain itu, kurangnya kesempatan untuk membuat keputusan secara mandiri dapat menghambat perkembangan kemandirian anak, membuat mereka kesulitan untuk menghadapi tantangan dan membuat keputusan yang efektif di masa depan.
ADVERTISEMENT