Konten dari Pengguna

Lipstick Effect: Perempuan Paling Terpengaruh?

Mutia Ramadhani
Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta
22 Februari 2025 16:58 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mutia Ramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Lipstik (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/lipstik-lipgloss-lip-gloss-bibir-791761/)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Lipstik (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/lipstik-lipgloss-lip-gloss-bibir-791761/)
ADVERTISEMENT
Pernah enggak sih kalian membeli barang-barang di tengah ekonomi yang sulit karena menganggapnya hanya hal kecil dan murah? Perilaku ini bisa disebut dengan Lipstick Effect. Barang-barang seperti kosmetik, mainan koleksi, skincare, tiket konser, hingga gantungan kunci lucu biasanya menjadi yang paling banyak dibeli dalam fenomena ini, khususnya oleh perempuan. Selain untuk kebutuhan fisik, hal ini juga untuk memenuhi kepuasan emosional semata. Jangan heran jika di tengah banyaknya berita penurunan ekonomi, berita ludesnya tiket konser, boneka mahal, dan larisnya kosmetik terkenal, ikut muncul ke permukaan. Hal ini menggambarkan bahwa manusia ingin tetap memanjakan diri mereka dengan sesuatu agar membuat mereka melupakan masalah keuangan sejenak. Apa itu Lipstick Effect? Dilansir dari Investopedia, Lipstick Effect terjadi ketika konsumen masih menghabiskan uang untuk kesenangan kecil selama resesi, kemerosotan ekonomi, atau ketika mereka secara pribadi memiliki sedikit uang tunai. Mereka tidak memiliki cukup uang untuk membeli barang-barang mewah yang mahal ; namun, banyak yang masih memiliki uang tunai untuk membeli barang-barang mewah kecil.
ADVERTISEMENT
April Benson, seorang psikolog klinis di New York City, percaya bahwa lipstik adalah simbol utama fenomena ini. Walaupun mencakup berbagai produk, fenomena ini disebut sebagai Lipstick Effect karena lipstik dapat langsung mengubah drastis penampilan seseorang, dan dianggap sebagai bagian esensial dari tampilan yang diinginkan dan menarik. Kapan awal mulanya? Dilansir dari laman Forbes, Lipstick Effect pertama kali dikemukakan oleh Profesor ekonomi dan sosiologi Juliet Schor dalam bukunya tahun 1998 "The Overspent American". Ia menemukan bahwa ketika uang terbatas, wanita cenderung membeli lipstik merek mewah yang digunakan di tempat umum, seperti toilet, dan setelah makan malam di restoran, sambil mengabaikan produk kecantikan mahal yang digunakan di rumah, seperti pembersih wajah dan riasan mata.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, Leonard Lauder yang merupakan pimpinan Estee Lauder—Brand kosmetik terkenal—Pada tahun 2001, memberikan bukti anekdotal tentang efek lipstik ketika ia melaporkan bahwa perusahaannya mengalami lonjakan penjualan lipstik setelah serangan teroris 9/11. Ia menegaskan pesan tersebut setelah resesi tahun 2008 dengan melaporkan sekali lagi kenaikan penjualan lipstik perusahaan. Apakah benar perempuan yang paling banyak terkena efeknya?
Salah satu penelitian mengatakan bahwa resesi ekonomi mendorong perempuan untuk lebih berusaha dalam menarik pria yang dianggap berkualitas, khususnya yang stabil secara finansial, dan semakin sulit ditemukan saat ekonomi memburuk. Dari sinilah perempuan mencari bagaimana caranya menarik pasangan yang mereka inginkan. Pria sendiri cenderung melihat daya tarik fisik dalam memilih pasangan. Maka dari itu, cara paling umum dan efektif yang digunakan perempuan untuk menarik atau mempertahankan pasangan adalah dengan meningkatkan penampilan fisik mereka. Hal ini bisa dilihat dari bagaimana perempuan menghabiskan waktu dan uang mereka. Dibandingkan pria, perempuan lebih banyak meluangkan waktu untuk mempercantik diri dan mengalokasikan lebih banyak anggaran untuk produk atau layanan yang meningkatkan penampilan. Penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran perempuan untuk produk kecantikan bisa menjadi indikator dari resesi ekonomi. Kesimpulan Sejatinya, perempuan memang menyukai hal-hal yang berbau lucu dan unik untuk kepuasan dirinya sendiri atau sekadar ingin memperlihatkan status sosialnya. Perempuan cenderung berusaha memenuhi kebutuhan emosional mereka, terutama dengan membeli produk kecantikan dan hiburan untuk meningkatkan daya tarik. Ketika ekonomi sulit, mereka mungkin mengurangi pengeluaran untuk barang mewah yang mahal. Namun, mereka tetap membeli produk kecil seperti lipstik atau skincare sebagai bentuk self-care atau kepuasan diri. Perlu diingat, bahwa bukan berarti laki-laki sama sekali tidak terpengaruh. Hanya saja, pola konsumsi mereka dalam merespons resesi cenderung berbeda, misalnya dengan membeli barang yang lebih berkaitan dengan produktivitas atau hiburan tetapi ini juga bisa bervariasi tergantung faktor sosial, budaya, dan ekonomi di suatu masyarakat.
ADVERTISEMENT
Sumber:
Danziger. P. N. (2022, June 1). Forbes. https://www.forbes.com/sites/pamdanziger/2022/06/01/with-inflation-rising-the-lipstick-effect-kicks-in-and-lipstick-sales-rise/
Hayes. A. (2010, September 20). Investopedia. Lipstick effect: Definition, theory, and value as economic indicator. https://www.investopedia.com/terms/l/lipstick-effect.asp
Hill, S. E., Rodeheffer, C. D., Griskevicius, V., Durante, K., & White, A. E. (2012, May 28). Boosting Beauty in an Economic Decline: Mating, Spending, and the Lipstick Effect. Journal of Personality and Social Psychology. Advance online publication. doi: 10.1037/a0028657