Konten dari Pengguna

Sains Romansa: Bagaimana Otak Membentuk Cinta?

Mutia Martalina
Merupakan mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya 2024.
29 November 2024 19:49 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mutia Martalina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jatuh cinta merupakan hal yang tidak bisa dihindari oleh manusia. Banyak orang yang jatuh cinta dan tidak dapat menjelaskan mengapa ia jatuh cinta. Pada saat sedang jatuh cinta umumnya manusia akan dianggap tidak bisa berpikir dengan jernih. Bahkan tidak jarang kita mendengar hal-hal seperti “kalau jatuh cinta otaknya lagi ga bisa mikir”. Namun, apakah hal tersebut benar? Bukan kah otak manusia selalu bekerja baik mereka sedang jatuh cinta maupun tidak? Apa saja yang menyebabkan sterotipe seperti itu bisa berkembang di masyarakat umum? Mari kita bahas lebih lanjut mengenai mekanisme kerja otak saat sedang jatuh cinta.
ADVERTISEMENT
Saat sedang jatuh cinta biasanya tubuh kita juga memberikan reaksi yang tidak seperti biasanya. Contohnya pada saat di dekat orang yang kita sukai ataupun sebatas mendengar namanya jantuung kita akan berdegup lebih cepat, kita merasa gugup dan merasa senang. Hal ini disebabkan oleh reaksi hormon yang ada di didalam tubuh kita. Profesor ilmu psikologi di Univesrsity of Missouri-St. Louis dan ahli saraf lainnya menemukan bahwa otak mendapatkan lebih banyak oksigen pada saat jatuh cinta, itu adalah proksi untuk aliran darah dan aktivitas otak. Menurut penelitian Dr. Helen Fisher perasaan saat kita sedang jatuh cinta dibagi menjadi tiga berdasarkan hormon-hormon yang bekerja. Yakni, nafsu yang melibatkan hormon testosteron dan estrogen, daya tarik yang melibatkan dopamin, serotonin dan norepinefrin, dan keterikatan yang melibatkan oksitosin dan vasopresin. Lalu, yang menybabkan jatung kita berdegup kencang saat berada di dekat orang yang kita sukai ialah kerena hormon yang bekerja di otak, seperti beberapa hormon terkait akan meningkat disaat kita berada di dekat orang yang kita cintai.
ADVERTISEMENT
Dimulai dari nafsu yang berkaitan dengan hormon testosteron dan estrogen. Testosteron dapat meningkatkan libido dan sifat agresif yang membuat kita ingin mengejar orang yang kita cintai. Ada penelitian yang menunjukan bahwa lelaki jika jatuh cinta secara romantis tingkat testosteronnya lebih rendah. Estrogen juga memiliki efek yang sama dengan testosteron yakni meningkatkan nafsu. Bahkan ketika masa ovulasi nafsu pada wanita akan meningkat karena hormon estrogen pada tubuh mereka meningkat.
Selanjutnya di kelompok daya tarik ada hormon dopamine atau biasa disebut dengan reward hormone. Hormon ini dikeluarkan saat kita melakukan hal yang nikmat menurut diri kita seperti menghabiskan waktu berdua bersama orang yang kita cintai. Bagian otak yang bekerja saat kita sedang jatuh cinta sama dengan saat pecandu obat-obatan memakai kokain atau di saat seseorang yang mengonsumsi makanan manis dalam jumlah yang cukup banyak. Bisa dibilang saat jatuh cinta, kita sedang kecanduan terhadap seseorang. Selain itu hormon yang terlibat adalah norepinefrin dan serotonin, norepinefrin menyababkan kita merasa sangat bersemangat dan europhia bahkan menurunkan nafsu makan dan insomnia. Itulah yang menyebabkan ketika jatuh cinta orang akan sulit untuk tidur dan makan. Selanjutnya, hormon serotonin juga turun saat orang sedang jatuh cinta
ADVERTISEMENT
Kategori terakhir adalah keterikatan, dengan hormon yang berkaittan adalah oksitosin dan vasoprensin. Oksitosin disebut juga sebagai cuddle hormone. Seperti dopamin, oksitosin dikeluarkan oleh hipotalamus dalam jumlah yang cukup banyak setelah berhubungan seksual, menyusui dan melahirkan. Meskipun kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang tidak semua dapat dinikmati, tetapi semuanya memiliki kesamaan yaitu semuanya merupakan kegiatan yang menjadi awal mula untuk membangun suatu ikatan.
Dilansir dari Harvard Medical School, ketika sedang jatuh cinta otak kita akan menjadi lebih aktif dibagian tertentu, yaitu di area yang kaya akan dopamin sehingga perasaan kita akan menjadi lebih bahagia, hormon kortisol yang ada dalam tubuh kita juga akan meningkat dan kadar neurotransmiter serotonin menjadi habis, ketika serotonin didalam tubuh kita menurun maka tingkat stres kita juga akan ikut turun. Selanjutnya, tingkat dopamin yang tinggi pada saat kita sedang jatuh cinta akan menonaktifkan jalur saraf yang bertanggung jawab akan emosi negatif, sehingga penilian kritis terhadap orang lain akan mati, hal inilah yang menyebabkan mengapa saat jatuh cinta kita tidak bisa melihat sisi negatif dari orang yang kita cintai, maka dari itu banyak yang mengatakan otak manusia tidak bekerja saat sedang jatuh cinta, sebenarnya bukan tidak bekerja, melainkan karena hormon yang bereaksi menjadikan seseorang kesulitan untuk memandang kritis orang yang mereka cintai.
ADVERTISEMENT
Selain itu saat jatuh cinta perubahan pada tubuh kita juga berlangsung. Perubahan yang dapat dirasakan adalah turunnya tekanan darah atau hipertensi sehingga dapat menurunkan stres. Pada saat bersama orang yang kita cintai kita akan merasa jauh lebih bahagia dan merasakan rasa aman saat bersama dengan mereka.
Jadi sudah terjawab bukan mengapa orang yang sedang jatuh cinta dikatakan tidak bisa berpikir realistis. Itu semua dikarenakan oleh reaksi hormon yang ada pada saat kita sedang jatuh cinta sehingga menyebabkan kita tidak bisa menilai orang yang kita cintai secara kritis. Namun disisi lain jatuh cinta memberikan banyak efek yang cukup baik untuk tubuh kita, seperti meredakan stres dan hipertensi. Maka dari itu kita harus bijak dalam hal mencintai dan mengelola tindakan kita saat sedang jatuh cinta.
ADVERTISEMENT
Referensi
Jenihansen, R. (2022, desember 30). Sains Jatuh Cinta: Apa yang Terjadi pada Otak Saat Kita Jatuh Cinta?
Lukyani, L. (2022, desember 30). Apa yang Terjadi pada Otak saat Kita Jatuh Cinta?
Ningtyas, A. W. (2024, februari 7). Apa yang Terjadi pada Otak Ketika Jatuh Cinta?
sumber: freepik.com