Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Hakiki Imajinasi: Peran Fiksi dalam Revolusi
30 Mei 2024 9:03 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Mutiah Rafifah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Bagaimana manusia modern menjadi spesies yang dominan di planet ini tidak hanya dipengaruhi oleh revolusi kognisi dan peran bahasa, melainkan juga sentuhan imajinasi di dalamnya. Menurut KBBI, imajinasi berarti daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Tahukah kamu, bahwa kemampuan untuk membicarakan sesuatu yang tidak nyata (fiksi) adalah salah satu fitur unik yang ada pada bahasa manusia. Berbeda dengan hewan yang hanya mengkomunikasikan hal-hal yang ada dan terjadi di sekitar mereka, kita bisa berbicara mengenai apa yang belum pernah kita lihat, kita sentuh, kita dengar, kita cium, atau pun yang belum pernah kita rasa.
Revolusi sendiri berasal dari bahasa Inggris, “revolution” yang berarti balingan, putaran, atau perubahan. Fiksi dalam konteks revolusi dapat berfungsi sebagai laboratorium mental dimana ide-ide baru dapat muncul dan tumbuh. Manusia berimajinasi untuk terbang, lantas menciptakan pesawat. Manusia berimajinasi untuk menjelajahi luar angkasa, lalu membuat roket. Manusia berimajinasi untuk menelusuri lautan dalam, kemudian merancang kapal selam. Manusia berimajinasi untuk berkomunikasi dengan orang lain yang jauh jaraknya secara praktis, selanjutnya mengembangkan telepon yang terus mengalami perubahan hingga menjadi smartphone yang kita gunakan saat ini. Perolehan-perolehan tersebut serta perolehan lainnya menunjukkan bahwa imajinasi membuka pintu untuk penemuan-penemuan baru. Imajinasi merupakan langkah pertama dalam proses inovasi.
ADVERTISEMENT
The Legend of Peugeot
Di dalam bukunya yang berjudul “Sapiens: A Brief History of Humankind”, Yuval Noah Harari menguraikan konsep imajinasi melalui Peugeot, sebuah merek mobil asal Perancis. Brand Peugeot sendiri dijelaskan sebagai sesuatu sejatinya ada, namun tidak terikat pada bagian tertentu dalam dunia fisik. Bahkan ketika misalnya, seluruh unit mobil Peugeot terbakar atau hancur, merek Peugeot akan tetap ada dan melekat dalam pemikiran dan kesadaran manusia. Dalam hal ini, Peugeot sendiri lebih merujuk kepada sebuah ide abstrak, daripada benda fisik (mobil sebenarnya).
Ide tentang Peugeot tersebut kemudian mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu yang kemudian secara kompleks dapat membentuk kehidupan banyak orang. Mulai dari konsumen yang ingin membeli mobil, pekerja produksi yang bekerja di pabrik, serta karyawan yang bekerja di perusahaan. Mereka bekerja sama atas satu ide, yaitu Peugeot. Hal ini mengungkapkan dengan jelas kekuatan imajinasi untuk menciptakan realitas non-fisik yang memiliki dampak besar di dalam kehidupan manusia.
ADVERTISEMENT
Imajinasi yang Menyatukan
Contoh lainnya tentang bagaimana sebuah ide abstrak dapat mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu secara kolektif hingga akhirnya melahirkan revolusi dapat kita lihat dengan adanya Sumpah Pemuda. Peristiwa Sumpah Pemuda sendiri merupakan momen bersejarah yang menjadi tonggak penting dalam pergerakan nasional Indonesia. Diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928, Sumpah Pemuda menyatukan masyarakat Indonesia dari berbagai latar belakang agama, etnis, dan budaya atas satu ide, yaitu bangsa Indonesia. Tidak lagi sebagai Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Celebes, Jong Ambon, atau pun sebagai Pemuda Kaum Betawi, melainkan sebagai putra dan putri Indonesia.
Sumpah Pemuda tak hanya sekadar kumpulan kata sederhana yang tak bermakna, melainkan gagasan, cita-cita dan harapan bangsa yang mempersatukan. Maknanya tak hilang walau dimakan usia. Berangkat dari sebuah imajinasi yang berani, tidak dapat disangkal bahwa Sumpah Pemuda menjadi pijakan awal lahirnya sebuah bangsa yang besar, bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, fiksi tidak hanya memungkinkan kita untuk membayangkan sesuatu, melainkan juga membentuk identitas kolektif, memperkuat nilai-nilai moral, dan memperluas wawasan tentang apa yang ingin dicapai. Hal yang sama juga bisa kita temukan dalam kepercayaan kepada Tuhan (agama), rasa kebangsaan, konsep uang, dan sebagainya. Ide-ide tersebut kemudian menggerakkan manusia untuk mempercayai orang lain yang juga mempercayai ide tersebut, membuat mereka bekerja sama, sehingga memungkinkan manusia untuk berkembang.
Referensi
Harari, Yuval Noah. (2014). Sapiens: A Brief History of Humankind. Dvir Publishing House Ltd. (Israel).
Imajinasi. 2016. Pada KBBI Daring. Diambil 25 Mei 2024, dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Imajinasi.
Sukaesih, D. P. K. E., Khairasyani, I., Listiani, S., Rachmadani, N. O., Sakiinah, A. N., Hanjani, S. S., ... & Santoso, G. (2023). Sumpah Pemuda Sebagai Persatuan Bangsa Untuk Membangun Negara Yang Berdikari. Jurnal Pendidikan Transformatif, 2(2), 360-370.
ADVERTISEMENT
Sumadi, S. (2022, Oct 31). Sumpah Pemuda: Sebuah Imajinasi yang Mempersatukan Bangsa. https://binus.ac.id/character-building/2022/10/sumpah-pemuda-sebuah-imajinasi-yang-mempersatukan-bangsa/