Solidaritas Eropa Terhadap Penanganan COVID-19 Hanya Dongeng Belaka

Mutiara Anggun
Fully engaged in progressing and transforming minds. Holds an M.A. in International Development and Cooperation and a B.Ec. in Economics and Development Studies
Konten dari Pengguna
20 Maret 2020 23:55 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mutiara Anggun tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bendera Uni Eropa (Sumber: Pixabay.com/Capri23auto)
zoom-in-whitePerbesar
Bendera Uni Eropa (Sumber: Pixabay.com/Capri23auto)
ADVERTISEMENT
Presiden Serbia, Aleksandar Vucic mengungkapkan kekecewaannya yang sangat dalam terhadap Uni Eropa. Uni Eropa secara mentah-mentah menolak permintaan Serbia untuk mengirimkan mereka alat-alat medis untuk penanganan COVID-19.
ADVERTISEMENT
Dalam konferensi pers yang digelar pada tanggal 15 Maret 2020, tampak wajah kemarahan Presiden Vucic atas kebijakan “egois” Uni Eropa tersebut. Presiden Vucic bahkan dengan pedas mengatakan bahwa solidaritas Eropa itu tidak ada dan bahwa itu hanyalah sebuah dongeng belaka.
Dengan penuh emosional, Presiden Vucic mengatakan bahwa pihaknya hanya dapat meminta bantuan Tiongkok untuk mengirimkan mereka peralatan dan tenaga medis. Presiden Vucic bahkan menyebut Tiongkok sebagai seorang sahabat dan saudara.
Presiden Serbia, Aleksandar Vucic dalam sebuah konferensi pers (Sumber: REUTERS/Marko Djurica)
Pihaknya mengakui bahwa di tengah keterbatasan alat dan tenaga medis di Serbia, sulit bagi mereka untuk mengatasi pandemi ini sendiri. Sampai hari ini (20/03/2020), kasus positif COVID-19 di Serbia tercatat ada 118 kasus. Kasus positif pertama di negara Balkan ini dilaporkan tanggal 6 Maret 2020.
ADVERTISEMENT
Serbia memang bukanlah anggota Uni Eropa dan masih dalam status pengajuan keanggotaan. Namun sangat disayangkan bahwa blok tersebut memutuskan untuk hanya menjaga pasokan medis bagi anggota bloknya sendiri. Keputusan tersebut disampaikan oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen.
Menariknya, di tengah “ketidaksolidaritasan” Uni Eropa terhadap negara di luar bloknya, Tiongkok sedang dengan cantik menangkap peluang sebagai “juru selamat”. Sebuah upaya soft power yang tengah dimainkan untuk memperbaiki citra negaranya setelah dituduh sebagai biang keladi dari pandemi ini.
Sebuah pabrik di Tiongkok tengah memproduksi masker (Sumber: REUTERS/Aly Song)
Seiring dengan menurunnya jumlah kasus baru COVID-19 di Tiongkok, negara ini bahkan telah memasok peralatan dan tenaga medis ke negara-negara lain di Eropa termasuk Italia dan Spanyol. Ini dilakukan meskipun Tiongkok sendiri masih harus berjuang melawan pandemi ini di negaranya. Sebuah tamparan bagi Uni Eropa yang tidak mampu memenuhi kebutuhan medis, bahkan untuk negara anggotanya sendiri.
ADVERTISEMENT
Italia dan Spanyol yang merupakan negara dengan kasus COVID-19 terbesar ke-2 dan ke-3 setelah Tiongkok, terbukti tak dapat mengandalkan Uni Eropa. Kedua pemerintah negara ini kemudian mengapresiasi solidaritas Tiongkok tersebut pada mereka.
Banyak pasien lansia COVID-19 di Italia yang harus dirawat di tempat tidur darurat (Sumber: REUTERS/Flavio Lo Scalzo)
Berdasarkan informasi terakhir, tim dan pasokan medis dari Tiongkok akan tiba di Serbia akhir pekan ini. Dengan peran Tiongkok tersebut yang semakin besar di Eropa, hal ini tidak mustahil dapat mempengaruhi kredibilitas Uni Eropa di mata negara-negara anggota dan non-anggotanya.