Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Bahasa dan Sastra di Era Digital
1 November 2022 12:36 WIB
Tulisan dari Mutiara Sani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi bangsa Indonesia diikrarkan sejak Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Sebagai jati diri bangsa, serta sarana pengembangan dalam memperluas ilmu pengetahuan, seni, teknologi, dan bahasa di media massa, bahasa Indonesia bersemayam dalam diri masyarakat Indonesia sebagai media berkomunikasi.
ADVERTISEMENT
Jika bicara tentang bahasa Indonesia, namun bagaimana dengan bahasa daerah yang merupakan ragam budaya Indonesia?
Penggunaan bahasa daerah sendiri di Indonesia mengalami pergeseran akibat munculnya bahasa asing yang lebih digemari oleh masyarakat luas. Minat dalam mempelajari bahasa daerah sangat minim di era digital sekarang ini. Pembelajaran bahasa Indonesia yang sejak duduk di bangku SD sudah dimulai, kini hanya sebagai bayangan semata yang diacuhkan oleh masyarakat.
Banyak yang mengetahui bahasa Indonesia, tetapi tidak banyak orang yang paham penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun, berkembangnya teknologi informasi membuat bahasa dan sastra mencari eksistensinya untuk bisa dilihat oleh masyarakat luas.
Akses internet merupakan kebutuhan bagi masyarakat Indonesia, baik di bidang pendidikan, bisnis, seni budaya, bahasa dan sastra. Seseorang dianggap kurang berpendidikan atau kurang berwawasan jika tidak mampu mengoperasikan komputer atau menggunakan media elektronik dengan baik. Karena itulah muncul beberapa pembelajaran terkait dengan penggunaan media elektronik atau media sosial, khususnya pada penggunaan bahasa Indonesia yang baik di media massa.
ADVERTISEMENT
Dunia digital telah merubah dunia anak anak, tetapi dunia digital memuat banyak karya sastra yang juga banyak digemari oleh kalangan remaja. Dengan kehadiran internet di era digital, di mana bahasa Indonesia tidak lepas dengan ilmu sastra, dalam hal ini lahirlah genre sastra baru di mana individu-individu bebas memberikan luapan perasaannya dan pikiran-pikiran baik berupa karya maupun tanggapan tanggapan secara digital dengan istilah sastra digital.
Berbagai anggapan tentang sastra digital membuat masyarakat memiliki penilaian tersendiri, baik positif maupun negatif. Berbagai penulisan sastra seperti puisi juga sering muncul di era digital melalui media sosial seperti yang kita ketahui saat ini. Pada era digital ini semua orang menulis ungkapkan isi hati, perasaan, dan pikiran-pikirannya, dan dapat dengan mudah menerbitkan atau mengunggahnya di media digital.
ADVERTISEMENT
Secara tidak langsung, media digital turut berperan dalam perkembangan sastra Indonesia modern yang menghiasi dunia sastra. Yang dulunya karya sastra hanya ditemukan melalui media cetak, tetapi seiring dengan perkembangan zaman, teknologi juga semakin berkembang sehingga banyak karya sastra Indonesia modern yang dapat ditemukan melalui media elektronik.
Dari segi pembaca maupun penulis, perkembangan bahasa dan sastra di era digital memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif bagi pembaca adalah adanya kemudahan bagi pembaca untuk mengakses karya sastra melalui media daring tanpa harus mengeluarkan biaya untuk membeli buku-buku puisi, cerpen, maupun novel. Pembaca sudah dapat menikmati beragam karya sastra dengan menggunakan gawai, laptop, dan internet. Bagi pengarang, berkarya dan menghasilkan lebih banyak karya sastra tanpa harus membayar jasa penerbit adalah kesempatan di perkembangan saat ini. Dampak negatifnya terhadap perkembangan sastra Indonesia adalah adanya seleksi yang tidak ketat terhadap karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang, sehingga tidak memiliki kualitas yang baik dan layak untuk dipublikasi.
ADVERTISEMENT
Perkembangan internet di Indonesia, pada berbagai media menimbulkan berbagai varian, salah satunya adalah pemakaian bahasa Indonesia pada berbagai laman media sosial, seperti twitter, Instagram, facebook, dan media sosial lainnya. Maka dari itu bijaklah dalam menggunakan media sosial, khususnya lebih bijak dalam menggunakan bahasa, karena bahasa adalah perantara komunikasi yang bisa beralih sebagai sumber tragedi, jika disalahgunakan.