Konten dari Pengguna

Unsur Strukturalisme dalam Novel Pemenang DKJ 2014

Mutiara Sani
Mahasiswi jurusan Sastra Indonesia Universitas Pamulang
10 Mei 2022 21:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mutiara Sani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Gambar pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Gambar pribadi
ADVERTISEMENT
Analisis berbahasa pada sebuah novel bisa terbilang mudah tapi sulit. Kenapa? karena yang tidak memahami tidak akan tahu bagaimana menganalisis suatu bacaan agar hasil analisis berbahasa tersebut bisa tercapai dengan baik.
ADVERTISEMENT
Di konten kali ini aku mau menganalisis sebuah novel pemenang sayembara menulis novel DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) tahun 2014 karya Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie yang berjudul Di Tanah Lada. Mungkin sebagian dari teman-teman semua sudah pernah membaca novelnya. Alasan aku ingin menganalisis novel ini, karena aku tertarik dengan tema yang diangkat dalam novel ini. Aku merasa sebenarnya banyak anak-anak di luar sana yang mengalami kejadian serupa dengan tokoh utama dalam novel ini, dan mungkin novel ini bisa jadi salah satu perwakilan atas perasaan yang tak terucap.
Langsung saja kita ke analisis novelnya.
Pertama-tama, aku mau membahas tentang tema. Tema yang diangkat dalam novel ini adalah kekerasan anak dalam rumah tangga. Nah, boldline penekanannya aja udah "kekerasan". Tidak ada satu pun manusia yang senang akan kekerasan. Bisa dibayangkan perasaan seorang anak yang seharusnya mendapatkan kasih sayang, ternyata harus merasakan hal pahit sejak dini.
ADVERTISEMENT
Kedua, yaitu alur. Alur dalam novel ini menggunakan alur maju. Kenapa maju? karena setiap peristiwa yang terjadi dalam novel ini bergerak terus ke depan.
Ketiga, tokoh. Tokoh utama dalam novel ini adalah seorang anak berusia enam tahun bernama Salva atau sering disebut Ava. Ini dia, Ava, seorang anak yang menjadi tokoh utama dalam novel ini. Ada juga beberapa tokoh tambahan lainnya, yaitu Mama Ava, Papa Ava, Kakek Kia, Kak Suri, dan Mas Alri.
Keempat, konflik. Konflik yang dialami oleh tokoh yaitu konflik bathin. Jelas mengandung unsur bathin, karena terlihat jelas bahwa sosok Ava mengalami kondisi bathin yang sangat memperihatinkan. Mengalami tekanan setiap harinya, dan membuat kondisi mentalnya menjadi buruk.
ADVERTISEMENT
Kelima, sudut pandang. Sudut pandang yang digunakan adalah ‘aku’ sebagai tokoh utama yang dinamai Salva, atau kita sebut aja Ava, karena panggilannya dalam novel tersebut adalah Ava.
Keenam, gaya bahasa. Gaya bahasa dalam novel ini lebih dominan menggunakan gaya bahasa repetisi, aliterasi, dan asonansi.
Ketujuh, latar. Dalam novel ini kita bisa mengambil tiga jenis latar yang berbeda, yaitu latar tempat dimana dalam novel ini bertempat di Jakarta, latar waktu yang terjadi pada tahun 2013, dan latar sosial yaitu masyarakat rusun yang berwatak keras.
Seluruh unsur yang tercakup dalam novel ini saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain dan secara keseluruhan menjadi perwakilan dari sejuta anak di dunia yang mengalami kekerasan usia dini dalam kehidupan rumah tangga.
ADVERTISEMENT
Dilihat dari sisi psikologisnya, novel ini menunjukkan bahwa Ava mengalami keadaan traumatik yang cukup serius dalam keluarganya. Ketidakterpenuhinya kebutuhan dasar Ava pada usianya yang terbilang dini ini dirasa mempengaruhi keadaan fisiologis dan psikologisnya. Ava tidak bisa merasakan rasa aman, rasa kasih sayang, rasa kepedulian, dan perasaan-perasaan lainnya yang membuat ia merasa sangat terpuruk setiap harinya.
Perkembangan kajian novel di Indonesia saat ini juga terbilang berkembang pesat, dengan kehadiran novel digital sebagai alternatif lain untuk penggemar membaca yang kesulitan dalam membaca novel cetak, membuat mereka juga kesulitan menentukan unsur strukturalismenya, karena terkendala dengan beberapa ketidakmampuan dalam mempunyai novel cetak tersebut.