Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Mengenal Tirto Adi Suryo sebagai Bapak Pers Nasional Indonesia
24 Maret 2022 18:43 WIB
Tulisan dari Mutiara Yuliana Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di era perkembangan zaman seperti sekarang ini, mungkin tidak banyak yang mengenal nama Raden Mas Djokomono Tirto Adi Suryo. Mari kita mengenal lebih jauh tentang sosok tersebut. Beliau adalah pionir persuratkabaran Indonesia di masa pergerakan nasional. Pramoedya Ananta Toer yang merupakan seorang sejarawan menyebut Tirto sebagai "Sang Pemula". Mengapa disebut Sang Pemula? Karena beliau yang memulai awal pergerakan kebangsaan dalam bidang persuratkabaran. Tirto Adi Suryo adalah orang Bumiputra yang lahir di Blora pada tahun 1880 dengan nama Djokomono. Raden Mas Tirto Adi Suryo, atau biasa dipanggil Tirto Adi Suryo merupakan sosok yang dikenal sebagai Bapak Pers Nasional Indonesia.
ADVERTISEMENT
Beliau merupakan keturunan ningrat dan seorang purta bupati yang bernama Raden Ngabehi Muhammad Chan Tirtodipuro dan merupakan cucu dari Raden Mas Tumenggung Tirtonoto. Sebagai seorang putra keturunan ningrat, Tirto Adi Suryo enggan untuk melanjutkan sekolah di bidang pemerintahan. Beliau lebih memilih untuk melanjutkan sekolah dokter di Stovia Batavia. Walaupun pada akhirnya beliau hanya belajar di Sekolah Kedokteran Hindia STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) selama kurang lebih 4 tahun. Alasannya karena beliau lebih banyak bergelut di bidang jurnalistik dan memilih untuk menjadi penulis di berbagai media massa.
Sepak terjang Tirto Adi Suryo di bidang jurnalistik berawal ketika beliau mulai mengurus surat kabar yang beliau buat sendiri yaitu "Sunda Berita" pada tahun 1901. Surat kabar Sunda Berita merupakan surat kabar pertama yang ternyata dikelola langsung oleh masyarakat pribumi atau masyarakat Bumiputra. Tirto adalah salah satu masyarakat Bumiputra yang menerbitkan surat kabar pertama. Beliau merupakan satu-satunya orang yang sadar akan pentingnya pers dalam membela kepentingan sosial dan politik. Selain itu, beliau juga menerangkan bahwa perkembangan persuratkabaran sangat penting bagi pergerakan nasional di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Peran Tirto Adi Suryo dalam Perkembangan Pers Nasional
Peran seorang Tirto Adi Suryo dalam dunia jurnalistik tidak dapat diragukan lagi. Karir pertamanya dalam bidang jurnalistik yaitu saat beliau memimpin sekaligus mengurus "Sunda Berita" yang merupakan surat kabarnya sendiri (1903-1905). Beliau kemudian mendirikan surat kabar mingguan “Medan priyayi” pada tahun (1909-1912), dan ditahun yang sama Tirto Adi Suryo bersama haji Mohammad Arsjad dan Pangeran Oesman juga mendirikan perusahaan penerbitan pertama di Indonesia, yaitu N. V Javaanshe boekhandelen Drukkerij “Medan Priyayi". Pada saat itu, Medan Priyayi sangat digemari oleh masyarakat Indonesia karena menyediakan satu tempat khusus untuk penyuluhan hukum secara gratis. Di dalam Medan Priyayi juga banyak memuat kisah-kisah sejarah yang salah satunya mengisahkan tentang Perang Jawa yang di dalamnya menokohkan Pangeran Diponegoro yang pada masanya menjadi sebuah propaganda.
ADVERTISEMENT
Peran Tirto Adi Suryo tidak sampai disitu saja teman-teman... Beliau juga menerbitkan “Putri Hindia” sebagai majalah perempuan pertama di Indonesia pada tahun 1908. Dari majalah tersebut kita dapat mengenal dan memahami gagasan Tirto Adi Suryo bahwa dari majalah "Putri Hindia" tidak hanya mendorong perwujudan dari cita-cita patriarkis atau kaum laki-laki saja. Akan tetapi, ada juga kepentingan dari kaum Ibu atau kaum perempuan hebat yang harus digagas dan direalisasikan. Tirto Adi Suryo memiliki peranan yang sangat besar dalam perembangan Pers di Indonesia. Mengapa demikian? Karena Pers yang diperkenalkan oleh Tirto Adi Suryo merupakan Pers masyarakat Bumiputra. Artinya Pers yang dikelola secara langsung oleh orang-orang Bumiputra atau orang-orang Pribumi. Sedangkan Pers sebelumnya adalah Pers yang dikelola dan dimiliki oleh orang-orang kulit putih untuk mendukung kepentingan pemerintah kolonial.
ADVERTISEMENT
Akhir Perjuangan Tirto Adi Suryo dalam Perkembangan Pers di Indonesia
Sebagai sosok perintis perkembangan Pers Tirto Adi Suryo pernah di buang dan di asingkan ke tempat terpelosok selama berbulan-bulan lamanya karena pemberitaan di surat kabar Medan Priyayi yang sering dianggap menyinggung kolonial Belanda. Beliau pernah di buang dan di asingkan ke Lampung dan ke Maluku. Namun, jiwa kegigihan dan semangatnya dalam memperjuangkan pergerakan Indonesia tidak pernah berhenti dan tidak pernah padam begitu saja.
Hingga pada akhirnya, setelah berjuang menegakan pers di Indonesia, Raden Mas Djokomono Tirto Adi Suryo tutup usia di Makassar pada tanggal 7 Desember 1918. Dan parahnya, pada saat beliau tutup usia tidak ada satupun surat kabar di Indonesia yang memuat berita tentang kematiannya. Padahal Tirto Adi Suryo pernah mengatakan bahwa tugas dari persuratkabaran harus memajukan dan memahami hak-hak dan martabat rakyat terutama bagi masyarakat pribumi atau Bumiputera.
ADVERTISEMENT
Sebagai penulis berita, perumus gagasan, pengarang karya-karya non-fiksi, sebagai sosok yang pertama kali memperkenalkan pentingnya pers di Indonesia, serta atas perjuangannya dalam membangun dunia pers Indonesia pada akhirnya tahun 1973 Dewan Pers RI menetapkan Tirtoadisuryo sebagai Bapak Pers Nasional. Bahkan sekarang nama Tirto sudah menjadi salah satu nama media yang sangat berpengaruh dan sangat meinsteam di Indonesia yaitu Tirto.id.