Peran Pustakawan di Era Informasi

Mutri Batul Aini
Mutri Batul Aini, Pustakawan Muda ASN di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Ia menempuh Pendidikan S1 Ilmu Perpustakaan dan Informasi UI, S2 Kepemimpinan Teknologi Informasi (CIO) ITB
Konten dari Pengguna
23 September 2022 14:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mutri Batul Aini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perpustakaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Sumber: Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)
zoom-in-whitePerbesar
Perpustakaan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Sumber: Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perpustakaan sebagai lembaga yang mengelola sumber-sumber pengetahuan saat ini sedang bersaing dengan kemajuan teknologi. Bahan bacaan saat ini tidak hanya bisa diakses dari perpustakaan tetapi juga lebih mudah diakses dari smart phone di genggaman. Perilaku pencari informasi pun bergeser dari mencari buku di rak-rak perpustakaan menjadi berselancar melalui search engine atau lebih dikenal dengan istilah googling.
ADVERTISEMENT
Gedung-gedung perpustakaan sepi pengunjung, buku-buku tetap rapi dalam susunannya, dan geliat literasi menurun berganti dengan euforia media sosial. Akankah pergeseran fenomena ini menyingkirkan profesi pustakawan sebagaimana profesi lain yang mulai tergeser dengan kehadiran mesin, robot, dan teknologi?
Tentunya kita masih ingat beberapa tahun lalu, ketika masuk gerbang tol maka kita harus menyiapkan uang pas karena ada petugas gate toll yang sudah menunggu pembayaran. Sekarang hal itu tidak kita temui lagi karena gerbang tol sudah dibuat otomatis menggunakan pembayaran kartu tap e-toll. Petugas teller kini mulai berkurang semanjak adanya mobile banking dimana nasabah bisa langsung bertransaksi melalui handphone-nya. Bahkan di negara maju, profesi kasir, sopir, petugas pom bensin dan banyak lainnya sudah mulai digantikan dengan mesin dan robot.
ADVERTISEMENT
Namun pustakawan tidak seharusnya berkecil hati karena masih banyak peluang bagi profesi pustakawan untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Manusia sekarang boleh mengandalkan google untuk berselancar mencari informasi. Tetapi apakah semua informasi yang ditawarkan google relevan? Di sinilah pustakwan dapat mengambil peran.
Pustakawan Harus Mengambil Peran
Di tengah gempuran arus informasi yang deras, perubahan yang cepat, konten di berbagai media yang makin beragam, pustakawan harus mampu mengambil posisi. Dunia saat ini menjejali manusia dengan banyak informasi hingga informasi yang masuk ke otak manusia adalah bukan yang mereka butuhkan. Banyak waktu yang dihabiskan untuk scrolling di smartphone mengakibatkan masyarakat banyak yang terkena serangan infoglut atau kekenyangan informasi.
Pustakawan harus mengambil peran karena jika tidak mampu memberikan layanan, maka orang tidak melihat dan kelamaan akan dianggap tidak perlu. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh seorang pustakawan di tempat kerjanya. Setidaknya ada tiga hal yang dapat dilakukan pustakawan untuk terus maju menghadapi tantangan.
ADVERTISEMENT
Pertama, pustakawan harus cerdas mengelola koleksi perpustakaan. Pustakawan di perpustakaan khusus misalnya dapat menunjukkan peran dalam pengelolaan konten lokal organisasi induknya. Proses akuisisi koleksi dari seluruh unit kerja hingga pengolahannya menjadi tugas pustakawan. Kemudian pustakawan juga perlu membuat profiling pegawai di organisasi induknya karena dari sana akan diketahui minat dan kepakaran seseorang. Pustakawan kemudian dapat membuat paket-paket informasi berisi sumber referensi tematik yang dibutuhkan SDM organisasi sesuai bidang kerjanya. Layanan ini disebut juga Selected Dissemination of Information, dimana informasi diberikan kepada orang-orang tertentu sesuai dengan minat dan bidang kerjanya.
Kedua, membangun jejaring dengan perpustakaan lain. Saat ini telah banyak jenis perpustakaan, yaitu Perpustakaan Umum Daerah, Perpustakaan Lembaga Hukum, Perpustakaan Sekolah, Perpustakaan Perguruan Tinggi, Perpustakaan Khusus dan sebagainya. Pustakawan pun kini membuat komunitas sesuai dengan jenis perpustakaan tempatnya berkarya. Dari sini pustakawan harus menemukan komunitasnya untuk berjejaring. Tidak ada satu perpustakaan pun yang mampu memenuhi semua kebutuhan penggunanya, maka berjejaring adalah salah satu solusinya. Jika pengguna tidak menemukan referensi yang dicari di perpustakaan kita, maka bisa dibantu dengan jaringan yang kita miliki untuk memenuhi kebutuhannya.
ADVERTISEMENT
Ketiga, meningkatkan kompetensi diri. Meskipun peningkatan kapasitas SDM biasanya menjadi tanggung jawab institusi tempat kita bernaung, namun perlu kesadaran dan upaya dari diri sendiri untuk secara mandiri membuat program peningkatan kompetensi diri. Pustakawan dapat membuat program membaca buku misalnya sepekan satu buku untuk menambah wawasan dan keilmuan. Ikut serta dalam kelas menulis, dan mencoba membuat tulisan sesuai minat pun akan menjadi ide yang bermanfaat. Mengikuti webinar-webinar terkait isu-isu kepustakawanan juga harus dilakukan. Saat ini sangat banyak webinar bertebaran dan sangat mudah untuk diikuti.
Ternyata banyak yang dapat kita lakukan ya. Semua tergantung niat dari dalam diri untuk terus berperan dan berkembang. Meskipun saya bukan penganut teori darwinisme, namun konsep "Survival Of the Fittest" dalam hal ini memang relevan. Siapa yang mampu beradaptasi dengan zaman, maka dialah yang akan terus bertahan. Semangat para Pustakawan Indonesia!
ADVERTISEMENT