Jurnalisme di Era Disinformasi

Mutya Sunduz Arizki
Mahasiswi UIN Jakarta// Jurnalistik.
Konten dari Pengguna
5 Februari 2024 8:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Mutya Sunduz Arizki tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber : Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jurnalisme bertugas menyampaikan informasi yang akurat, relevan, dan bermanfaat bagi publik. Namun, di era digital jurnalisme menghadapi tantangan besar dari fenomena disinformasi, yaitu informasi yang sengaja dibuat atau disebarkan untuk menyesatkan, memanipulasi, atau merugikan pihak tertentu.
ADVERTISEMENT
Disinformasi dapat berdampak negatif bagi masyarakat, seperti menimbulkan kebingungan, ketakutan, kebencian, atau bahkan kekerasan. Disinformasi juga dapat merusak kepercayaan publik terhadap media dan jurnalis, yang dapat mengancam eksistensi dan fungsi jurnalisme itu sendiri.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika, jumlah total konten hoaks, disinformasi, dan misinformasi pada periode Januari hingga Mei 2023 cenderung meningkat jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2022. Hal ini menunjukkan bahwa disinformasi masih menjadi masalah serius yang harus diatasi oleh jurnalisme.
Salah satu cara untuk melawan disinformasi adalah dengan melakukan jurnalisme data, yaitu jurnalisme yang mengandalkan kekuatan data dan didukung teknologi terkini. Jurnalisme data dapat membantu jurnalis untuk memverifikasi informasi yang beredar di media sosial, memvalidasi informasi yang beredar, mengecek klaim dan pernyataan dari para tokoh, serta mengungkap fakta-fakta yang tersembunyi atau sulit diakses, sehingga dapat menghasilkan karya yang berdasarkan fakta, bukti, dan analisis.
ADVERTISEMENT
Jurnalisme data dapat menjadi senjata ampuh untuk melawan disinformasi dan mempertahankan integritas jurnalisme. Namun, jurnalisme data juga memiliki tantangan tersendiri, seperti keterbatasan sumber data, keterampilan, dan sumber daya, serta risiko kesalahan, bias, atau manipulasi data.
Oleh karena itu, jurnalis yang ingin melakukan jurnalisme data harus memiliki kompetensi dan etika yang tinggi, serta berkolaborasi dengan berbagai pihak, seperti akademisi, lembaga riset, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas data. Jurnalis juga harus selalu memastikan bahwa data yang digunakan adalah valid, reliabel, dan relevan, serta menyajikannya dengan cara yang jelas, mudah dipahami, dan bertanggung jawab.
Namun, jurnalisme data bukanlah tujuan akhir, melainkan alat untuk mencapai tujuan jurnalisme, yaitu melayani kepentingan publik dengan informasi yang berkualitas. Di era disinformasi, jurnalisme data dapat menjadi peluang bagi jurnalisme untuk meningkatkan kinerja, kredibilitas, dan kepercayaan publik, serta memberikan kontribusi positif bagi demokrasi dan kesejahteraan masyarakat.
ADVERTISEMENT