Konten dari Pengguna

Perbedaan ESG dan CSR: Serupa tapi Tak Sama

Muwalliha Syahdani
Magister Ilmu Hubungan Internasional konsentrasi Digital Transformation and Competitiveness, Universitas Gadjah Mada.
15 Mei 2024 9:00 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muwalliha Syahdani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber gambar: Unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Sumber gambar: Unsplash
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
ESG adalah singkatan dari Environment, Sosial and Governance (Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola), sebuah konsep dan matriks investasi yang dikeluarkan oleh UN Global Compact pada tahun 2004. Penerapan pertimbangan lingkungan, sosial dan tata kelola (ESG) dalam investasi swasta berkembang dari praktik manajemen risiko menjadi pendorong inovasi dan peluang baru yang menciptakan nilai jangka panjang bagi dunia usaha dan masyarakat. Nilai-nilai ini ditujukan secara luas untuk mendukung keberlanjutan (sustainability) khususnya sektor privat dalam aktivitas mereka.
ADVERTISEMENT
ESG di abad ke-21 mulai mendapatkan tempat di mata para investor swasta yang mulai fokus pada nilai-nilai keberlanjutan. Dengan semakin banyak investor yang memperhatikan cara perusahaan memperlakukan lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan dalam keputusan investasi mereka, ESG telah menjadi fokus utama dalam dunia investasi. Ranking ESG (ESG Ranking) adalah salah satu alat yang digunakan untuk menilai kinerja ESG sebuah perusahaan (WordSmith, 2024). Ranking ESG menjadi salah satu indikator baik untuk penyusunan Laporan ESG (ESG Report), skor ini juga berpengaruh dalam daftar saham ESG (ESG Index).
Apa itu daftar saham ESG? Daftar saham ESG adalah sebuah mekanisme kapitalisasi perusahaan yang diukur berdasarkan kinerja mereka terhadap ESG. Perbedaan antara indeks saham reguler dan indeks saham ESG terletak pada cara perusahaan dipilih untuk masuk ke dalam indeks, karena kriteria ESG selain kriteria umum seperti kapitalisasi pasar dan likuiditas perdagangan saham perusahaan juga diperhitungkan. Artinya, indeks tidak memasukkan bisnis yang kurang berkelanjutan. Dengan bobot yang berbeda, indeks ESG terdiri dari perusahaan yang memenuhi kriteria keberlanjutan tertentu, dan mengecualikan daftar perusahaan dengan aktivitas dan produk yang kurang berkelanjutan (SixGroup, 2023).
ADVERTISEMENT
Ada beberapa contoh daftar saham ESG, seperti SPI ESG TR, sebuah indeks saham yang dikeluarkan oleh SIX, sebuah bursa saham yang melayani pasar Swiss dan Spanyol. Tidak hanya indeks yang dihitung berdasarkan ESG, namun SIX juga mengeluarkan daftar saham bagi keterwakilan perempuan, seperti SPI Gender Equality Index dimana perusahaan dinilai keterwakilan perempuannya yang berkisar antara 15 hingga 85 persen pada posisi dewan direksi dan 20 hingga 80 persen pada posisi manajemen eksekutif. Sementara untuk bursa saham Indonesia, tercatat, BEI (Bursa Efek Indonesia) bekerja sama dengan Morningstar Sustainalytics mengeluarkan daftar ESG dari 79 perusahaan yang bisa dilihat nilainya pada daftar indeks yang sama (idx.co.id, 2024).
Pada perkembangannya, ESG tidak hanya dimaknai sebagai sebuah matriks atau indek saham. Konsep ini terus berkembang menjadi sebuah faktor penilaian nilai-nilai keberlanjutan secara komprehensif, baik bagi perusahaan privat individu maupun dengan model kerja sama (multi-stakeholder participation). Nilai-nilai ESG meskipun terkesan privat, namun penerapannya sebenarnya bisa dilakukan oleh lembaga/instansi negara, untuk menerapkan nilai-nilai keberlanjutan berdasarkan 3 aspek tadi (Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola). Meskipun disesuaikan dengan sektor masing-masing instansi, setidaknya instansi seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK RI) sudah menerapkan 3 prinsip ESG tersebut.
ADVERTISEMENT
Sektor jasa keuangan mungkin selalu menjadi sektor terdepan dalam implementasi nilai-nilai berkelanjutan, karena memang sifatnya yang selalu fleksibel terhadap permintaan pasar. Selain di sektor keuangan, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia menjadi salah satu kementerian yang menerapkan nilai-nilai keberlanjutan dalam pelayanan publiknya. Kementerian Kehutanan mewujudkan nilai-nilai ESG ke dalam komponen kebijakannya, seperti: 1) Meningkatkan sektor kehutanan melalui berbagai indikator untuk mencapai laju deforestasi terendah dalam sejarah; 2) Pemanfaatan hutan melalui skema Usaha Multi Kehutanan; 3) Melaksanakan skema perhutanan sosial untuk membuat masyarakat memiliki akses ke pemanfaatan hutan; dan sebagainya (Hukumonline, 2024).
Namun, apa yang membedakan nilai-nilai keberlanjutan ini dengan skema CSR (Corporate Social Responsibility) yang selama ini lebih familiar di telinga masyarakat? CSR walaupun bisa saja mencakup nilai-nilai lingkungan dan sosial, namun penerapan CSR lebih bersifat keluar. Dalam arti, penerapan CSR adalah ketika suatu perusahan atau lembaga melakukan giving back berupa pengabdian atau pengabdian kepada masyarakat berdasarkan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai tersebut tidak terbatas pada lingkungan dan sosial (dimana CSR juga bisa menjadi penanda bahwa perusahaan tersebut menjalankan tata kelola/etika bisnis yang baik).
ADVERTISEMENT
Lain halnya dengan ESG yang lebih bersifat internalisasi karena menyangkut aktivitas perusahaan/lembaga. ESG bisa dipahami sebagai konsep atau paradigma bisnis alih-alih sekedar instrumen investasi. Perbedaan fokus eksternal dan internal tersebut berpengaruh juga kepada faktor pendanaan dari fungsi keduanya. CSR biasanya memiliki penganggaran tersendiri dari budget perusahaan (bisa 2.5% atau tergantung kebijakan perusahaan/lembaga) dan ESG lebih bersifat holistik karena langsung menyangkut operasional perusahaan. Perusahaan/lembaga bisa mendirikan lembaga filantropi khusus untuk menjalankan fungsi pengabdian itu tadi, seperti yang dilakukan oleh Microsoft lewat Microsoft Philantrophies.
Perusahaan di Indonesia seperti Pertamina menjadi contoh penerapan CSR dan ESG yang baik. Pertamina lewat sayap pengabdiannya yang disebut Pertamina Foundation banyak melakukan tindakan non-profit di berbagai sektor di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari program “Desa Energi Berdikari” dimana fokus utamanya adalah transisi energi. Di tahun 2023, Pertamina menargetkan program desa energi berdikari telahi menjangkau 66 desa. Desa-desa tersebut tersebar di provinsi-provinsi di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua (RRI, 2023). Pembangunan infrastruktur energi seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBio) yang menghasilkan total energi 31.070 watt menjadi bukti kontribusi Pertamina ke masyarakat.
ADVERTISEMENT
Selain pembangunan pembangkit listrik yang impresif tadi, Pertamina juga tercatat sebagai perusahaan minyak dan gas dunia dengan peringkat ESG nomor 1 di dunia. Skor yang dikeluarkan oleh Sustainalytics ini menjadi bukti keberhasilan Pertamina memitigasi tingkat risiko medium (medium-risk) dalam mengelola risiko terkait faktor-faktor ESG. Tiga faktor ESG tersebut dinilai berhasil diterapkan oleh Pertamina secara internal perusahan mereka. Dari lingkup Environment (Lingkungan), Pertamina dinilai berhasil mengurangi emisi dan limbah karbon, serta mampu mengelola keragaman hayati di pusat operasinya. Dari sisi Social (Sosial), Pertamina dinilai berhasil mengelola sumber daya manusia termasuk keterwakilan dan keselamatan kerja melalui fungsi K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja). Sementara di sisi Governance (Tata Keolal), Pertamina dinilai berhasil meminimalkan tata kelola perusahaan minim korupsi dan penyuapan (CNBC, 2023).
ADVERTISEMENT
Perbedaan signifikan antara ESG dan CSR bisa menjadi panduan bagi akademisi dan pembuat kebijakan untuk lebih memperhatikan dinamika tata kelola keberlanjutan yang berkembang. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kekeliruan interpretasi khususnya dari sisi lingkungan. Masifnya narasi tentang lingkungan dan perubahan iklim selayaknya tidak menutup perkembangan sisi sosial dan tata kelola khususnya di perusahaan/lembaga. Pengembagnan sosial dan tata kelola juga menjadi aspek yang penting baik dari sisi pemberdayaan atau representasi. Oleh sebab itu, penerapan paradigma ESG menjadi sangat krusial dari tata kelola perusahaan khususnya di abad 21 yang transformatif dan disruptif seperti sekarang.
Referensi
CNBC. 2023. Keren, Peringkat ESG Pertamina Jadi Nomor Satu Dunia. Diakses dari: https://www.cnbcindonesia.com/news/20231208145109-4-495699/keren-peringkat-esg-pertamina-jadi-nomor-satu-dunia
HukumOnline. 2024. Government Emphasizes Implementation of ESG Principles During Development of Environment and Forestry Sector. https://pro.hukumonline.com/a/lt65d3f36206a90/government-emphasizes-implementation-of-esg-principles-during-development-of-environment-and-forestry-sector
ADVERTISEMENT
IDX. 2024. Nilai ESG. Diakses dari: https://www.idx.co.id/id/perusahaan-tercatat/nilai-esg
RRI. 2023. Pertamina Terus Bangun Puluhan Desa Energi Berdikari https://www.rri.co.id/iptek/399149/pertamina-terus-bangun-puluhan-desa-energi-berdikari
SIX. 2023. What Actually Is an ESG Index?. Diakses dari: https://www.six-group.com/en/blog/whats-an-esg-index.html
WordSmith. 2024. Apa Itu ESG Score? Bagaimana Cara Menghitungnya?. Diakses dari: https://wordsmithgroup.com/id/apa-itu-esg-score