Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kebiasaan Bermain Video Gim di Kalangan Mahasiswa: Apa Saja yang Didapat?
26 April 2025 18:10 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Muzhaffar Hibatullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Di tengah kesibukan kuliah dan tumpukan tugas, tidak sedikit mahasiswa mencari cara untuk melepas penat. Salah satu pilihan mereka adalah bermain video game. Perkembangan teknologi yang semakin canggih membuat game bisa dimainkan kapan saja dan di mana saja. Bagi sebagian besar mahasiswa, video game bukan sekadar hiburan, namun sudah menjadi salah satu gaya hidup.
ADVERTISEMENT
Selain mudah untuk diakses lewat gawai maupun komputer, video game menawarkan dunia virtual yang membuat pemain bisa larut dalam cerita yang seru, visual yang memukau serta tantangan-tantangan yang menyenangkan dan menghibur. Mahasiswa pun bisa merasa rileks, bahkan bersemangat, ketika harus menyelesaikan misi, mengalahkan musuh, atau sekadar bermain game secara online bersama teman.
Fenomena ini tak hanya terlihat di keseharian, tapi juga tercermin lewat survei anonim terhadap 34 mahasiswa. Survei ini mengungkap kebiasaan serta preferensi mereka dalam bermain game, yang menunjukkan bagaimana game telah menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari mereka.
Frekuensi Bermain yang Beragam
Sebanyak 10 responden (38,2%) bermain hampir setiap hari, 15 responden (44,1%) mengaku hanya beberapa kali seminggu, 4 responden (11,8) jarang bermain, dan hanya 2 responden (5,9%) nyaris tidak pernah bermain game.
Mayoritas pria mengaku bermain setiap hari. Sementara itu, sebagian besar wanita memilih bermain beberapa kali seminggu. Ini membuktikan bahwa video game punya daya tarik luas, tidak hanya untuk kalangan pria, tapi juga untuk perempuan dan mereka yang memilih tidak menyebutkan identitas gendernya.
ADVERTISEMENT
“Lebih dari itu, kadang main game bisa bikin dapet knowledge atau buat belajar bahasa juga,” ungkap mahasiswi anonim.
Stereotip lama bahwa game hanya untuk laki-laki sudah tidak relevan lagi. Kini, siapa pun bisa menikmati bermain video game, termasuk mahasiswi dari berbagai latar belakang.
Gaya Bermain: Sendiri atau Bersama?
Ketika ditanya soal gaya bermain, mayoritas responden (55,9%) lebih suka bermain sendiri, berbanding terbalik dengan sisanya yang memilih bermain online bersama teman.
Bermain video game sendiri memberikan kebebasan dan kenyamanan tanpa gangguan dari orang lain. Tidak ada tekanan maupun keharusan mengikuti tempo atau gaya bermain orang lain. Banyak yang merasa ini adalah bentuk self-care dari tekanan kampus.
“Bagi saya, bermain game bukan hanya sebatas sarana relaksasi/hiburan semata, melainkan media untuk melepas penat, stres, dan sedih. Berbagai emosi tersebut bisa disalurkan melalui game. Ketimbang menyalurkan emosi kepada orang lain, lebih baik bermain game saja agar kita bisa mengontrol emosi-emosi tersebut serta mendapatkan sisi hiburannya juga,” tutur seorang mahasiswa anonim.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk sebagian mahasiswa lainnya, bermain video game bersama teman secara online justru jadi salah satu cara untuk menjaga hubungan sosial. Meski sibuk kuliah, video game menjadi ruang bagi mereka untuk tetap menjaga kebersamaan dan bergembira bersama tanpa ada halangan jarak.
Alasan Bermain yang Beragam
Kenapa mahasiswa bermain game? Dari survei yang diperoleh, sekitar 41,2% responden menjawab untuk hiburan dan sarana mengisi waktu luang. Lalu 35,3% responden lain bermain video game untuk melepas stres, sisa responden lainnya ada yang belajar keterampilan (14,7%) dan karena sudah menjadi hobi pribadi (6%).
Yang tidak kalah menarik, beberapa mahasiswa justru memandang video game sebagai sarana pembelajaran yang bermanfaat. Ada yang belajar bahasa asing, ada juga yang melatih kemampuan motorik lewat game rhythm.
ADVERTISEMENT
“Beberapa game melatih kecepatan reaksi, seperti game rhythm. Ini bisa digunakan untuk melatih kecepatan dan keuletan jari seperti saat diimplementasikan ke dalam game lain yang membutuhkan reaksi cepat, atau di dunia nyata yang membutuhkan gerakan jari cepat seperti saat berkendara dan mengetik," ucap mahasiswa anonim.
Menariknya lagi, beberapa mahasiswa yang mengaku bermain video game untuk melepas stres ternyata sejalan dengan salah satu penelitian ilmiah. Penelitian yang dilakukan oleh Veeral Desai, Arnav Gupta, dan tim lainnya (2021) dengan melibatkan 80 mahasiswa dari Universitas Midwestern, Amerika mengungkapkan bahwa bermain video game selama 20 menit dapat menurunkan kadar stres hampir setara dengan meditasi dengan durasi yang sama. Hal ini memperkuat anggapan video game dapat menjadi alat relaksasi yang efektif bagi mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Lebih dari Sekadar Hiburan
Bisa disimpulkan bagi mahasiswa, video game bukan hanya sebatas hiburan semata. Di balik keseruan bermain video game, ternyata menyimpan manfaat yang lebih dalam. Bagi mahasiswa, video game dapat menjadi sarana pelarian sehat dari tekanan tugas dan rutinitas kuliah yang padat. Lebih dari itu, video game membantu menjaga kesehatan mental sekaligus memberikan ruang bagi mereka untuk mengasah keterampilan baru, mulai dari mengenal bahasa yang asing hingga mengasah kemampuan ketangkasan. Asal mampu menyeimbangkan aktivitas tersebut dengan tanggung jawab akademik, bermain video game bisa menjadi salah satu kegiatan positif yang relevan dan praktis dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa.
Muzhaffar Hibatullah, Mahasiswa Universitas Negeri Semarang, Fakultas Bahasa dan Seni, Jurusan Sastra Inggris
ADVERTISEMENT