Konten dari Pengguna

Mengenal Black Armada dan Dukungan Australia terhadap Kemerdekaan Indonesia

Febrina Hanifani
Mahasiswa Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang
3 April 2022 10:23 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Febrina Hanifani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Black Armada. Photo by : Febrina Hanifani
zoom-in-whitePerbesar
Black Armada. Photo by : Febrina Hanifani
ADVERTISEMENT
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 memiliki dampak lanjutan yang panjang. Ada dampak baik dan dampak buruk yang kemudian datang menghiasi kehidupan pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kita mulai terlebih dahulu dari dampak buruknya dimana Belanda sebagai negara yang pernah bertahun-tahun menjajah Indonesia ternyata masih belum ingin melepaskan bekas tanah jajahannya itu. Mereka masih merasa bahwa secara hukum internasional, Indonesia masih menjadi hak dari Pemerintah Belanda. Belanda kemudian mencoba masuk lagi ke Indonesia dengan berbagai cara.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara paling awal adalah dengan adanya peristiwa Black Armada. Peristiwa ini terjadi di Australia. Dengan adanya peristiwa tersebut, kita dapat mengetahui bahwa ternyata ada banyak negara yang mendukung Kemerdekaan Indonesia dimana salah satunya adalah Australia. Rangkaian dari peristiwa Black Armada diawali dengan adanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Kabar Proklamasi ini sampai ke Australia melalui gelombang pendek radio dari Batavia Radio. Pemuda Indonesia yang pertama mendengar kabar ini adalah Tukliwon, salah satu pelaut di kapal milik Belanda.
Tukliwon kemudian menyebarkan berita proklamasi ini kepada anggota Seamen’s Union of Australia yang berjanji akan mendukungnya. Beberapa hari kemudian, Tukliwon dan beberapa pelaut Indonesia diminta untuk membawa kapal Belanda berlayar ke Jawa, namun mereka menolaknya. Sebagai bentuk dukungannya, Seamen’s Union of Australia memerintahkan para anggotanya untuk melakukan embargo terhadap seluruh kapal Belanda yang akan berlayar ke Indonesia dengan kekuatan militer lengkap yang akan digunakan untuk melawan Pemerintah Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pemboikotan terhadap kapal-kapal Belanda yang akan berlayar ke Indonesia dengan kekuatan militer lengkap hampir mencapai puncaknya pada 24 September 1945. Peristiwa ini terjadi di Brisbane dan Sydney yang kemudian menyebar sampai ke Melbourne dan Freemantle. Para pekerja di pelabuhan yang terlibat dalam aksi pemboikotan ini antara lain juru masak, teknisi kapal, tukang cat kapal, tukang kayu, dan pekerja pelabuhan lainnya. Mereka secara bahu-membahu berusaha agar kapal Belanda tidak dapat berlayar ke Jawa. Para pekerja ini tidak mau mengangkut barang ke kapal, menyiapkan bahan bakar, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan kebutuhan kapal untuk berlayar.
Dengan adanya aksi pemboikotan ini, hampir 400 kapal Belanda yang sedang berlabuh di Australia tidak dapat berlayar ke Indonesia. Dukungan terhadap Kemerdekaan Indonesia ternyata tidak hanya datang dari para pelaut Australia saja melainkan dari para pelaut Cina dan India. Dukungan dari negara-negara ini dapat kita lihat dari film berjudul Indonesia Calling yang dibuat oleh Joris Ivens, seorang pembuat film dokumenter Belanda yang lebih mendukung Kemerdekaan Indonesia daripada rekolonisasi Belanda terhadap Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dalam film Indonesia Calling kita dapat melihat keberanian dari para pelaut India yang menghalangi pelayaran kapal Belanda dari Sydney ke Indonesia dengan cara mematikan mesin kapal dan memaksanya untuk kembali ke Pelabuhan Sydney. Satu-satunya dorongan untuk melakukan aksi heroik ini adalah rasa solidaritasnya terhadap Indonesia, sesama negara Asia yang sedang berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kolonialisme. Peristiwa pemboikotan terhadap kapal-kapal Belanda yang akan berlayar ke Indonesia dari Australia ini dikenal dengan Black Bans, sedangkan kapal-kapal yang di boikot inilah yang disebut dengan Black Armada.
Boycott The Dutch. Everything Dutch is Black!