Konten dari Pengguna

Membongkar Mitos: Semiotika Umberto Eco dalam Jurnalisme Investigasi

Naba Salsa
Mahasiswa Fakultas ilmu komunikasi Universitas Pancasila
25 November 2024 15:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Naba Salsa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi seek for the truth | sumber : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi seek for the truth | sumber : freepik.com
ADVERTISEMENT
Di tengah derasnya arus informasi, jurnalisme investigasi hadir sebagai pilar penting untuk mengungkap fakta yang sering kali tersembunyi di balik narasi besar. Media, dengan segala kecanggihannya, tidak hanya bertugas menyampaikan berita tetapi juga membangun persepsi publik. Namun, apakah kita pernah benar-benar memikirkan bagaimana simbol, istilah, dan narasi tertentu bisa membentuk cara kita memahami sebuah kasus?
ADVERTISEMENT
Dalam dunia media, tanda dan simbol bukan sekadar elemen pendukung. Mereka adalah alat yang mampu menyampaikan pesan eksplisit sekaligus menyembunyikan makna tersembunyi. Di sinilah teori semiotika Umberto Eco menjadi relevan. Pendekatan ini membantu mengurai narasi media dengan menganalisis makna di balik tanda dan simbol yang digunakan.
Melalui artikel ini, kita akan membahas bagaimana semiotika Eco dapat diterapkan dalam jurnalisme investigasi, khususnya dalam kasus pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon. Kasus ini bukan hanya menarik perhatian karena kekejaman yang terjadi, tetapi juga karena berbagai kejanggalan dalam proses hukum. Dengan pendekatan semiotika, jurnalis dapat membantu publik membedakan fakta dari mitos, memberikan pemahaman yang lebih jernih terhadap realitas yang ada. Mari kita telaah bersama!
ADVERTISEMENT
Mengapa Jurnalisme Investigasi Penting?
Jurnalisme investigasi adalah alat untuk mengungkap fakta yang sering kali disembunyikan oleh pihak berkepentingan. Dalam kasus pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon, peran media investigatif sangat menonjol. Kasus ini bukan hanya tentang tragedi kekerasan, tetapi juga manipulasi bukti dan penyelidikan yang dianggap tidak transparan. Pemberitaan investigatif berhasil membongkar kejanggalan dalam proses hukum, mengungkap berbagai fakta tersembunyi (Pranawukir, et al, 2024)
Melalui pendekatan mendalam, jurnalis investigatif tidak hanya melaporkan peristiwa tetapi juga mengeksplorasi makna di balik narasi resmi.
Semiotika untuk Membaca Narasi
Semiotika Umberto Eco adalah alat analisis untuk memahami bagaimana tanda dan simbol membentuk narasi. Dalam pemberitaan media, tanda-tanda ini sering kali memiliki makna tersembunyi yang memengaruhi opini publik. Eco juga memperkenalkan konsep "teori dusta," yaitu bagaimana tanda dapat digunakan untuk menyesatkan atau memanipulasi makna​ (Pranawukir, et al, 2024)
ADVERTISEMENT
Dalam kasus Vina dan Eky, simbol-simbol seperti istilah "tidak ilmiah" atau penggunaan visual kekerasan memperkuat narasi bahwa proses hukum tidak kredibel. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, jurnalis dapat membongkar bias ini dan menyajikan fakta dengan lebih objektif.
Membongkar Mitos Media
Media memiliki kemampuan membentuk persepsi publik melalui narasi yang mereka sajikan. Dalam kasus Vina dan Eky, narasi yang bias dapat menciptakan mitos tentang apa yang sebenarnya terjadi. Misalnya, pemberitaan dengan istilah sensasional seperti "cacat hukum" dapat memengaruhi cara publik memahami kasus tersebut (Pranawakir, et al, 2024)
Pendekatan semiotika membantu jurnalis mengidentifikasi elemen-elemen manipulatif dalam narasi ini. Dengan membaca tanda-tanda secara kritis, jurnalis dapat memastikan bahwa informasi yang disajikan kepada publik tidak dipengaruhi oleh kepentingan tertentu.
ADVERTISEMENT
Tantangan Regulasi Media
Selain tantangan manipulasi narasi, jurnalisme investigasi di Indonesia juga menghadapi hambatan dari sisi regulasi. Revisi RUU Penyiaran, misalnya, memunculkan kekhawatiran tentang kebebasan pers. Beberapa pasal dianggap membatasi ruang gerak jurnalis untuk menyampaikan kritik terhadap pemerintah atau pihak berwenang​ (Wahyuanto, et al, 2024)
Regulasi yang terlalu ketat dapat menghalangi jurnalis untuk menyajikan laporan investigatif yang tajam. Namun, tanpa regulasi yang memadai, media berisiko menjadi tidak bertanggung jawab. Eco menunjukkan bahwa regulasi sering kali menggunakan tanda-tanda tertentu untuk menciptakan legitimasi, seperti frasa "demi menjaga ketertiban umum," yang bisa menjadi alat pembatasan kebebasan​
Belajar dari Kasus Vina dan Eky
Kasus pembunuhan Vina dan Eky menjadi studi penting tentang bagaimana media dapat memainkan peran investigatif yang kuat. Dengan menggunakan pendekatan semiotika, jurnalis berhasil mengungkap berbagai kejanggalan dalam proses hukum. Misalnya, penggunaan simbol "tidak ilmiah" dalam penyelidikan menunjukkan adanya keraguan terhadap kredibilitas proses hukum​
ADVERTISEMENT
Analisis semiotika membantu jurnalis memahami bagaimana tanda-tanda seperti istilah ini digunakan untuk membangun narasi tertentu. Dengan membongkar tanda-tanda tersebut, media dapat menghadirkan informasi yang lebih seimbang kepada publik (Pranawukir, et al, 2024).
Masa Depan Jurnalisme Investigasi
Di tengah semakin kompleksnya tantangan regulasi dan manipulasi informasi, pendekatan semiotika menjadi semakin relevan. Dalam era digital, di mana informasi bergerak cepat dan bias semakin sulit dihindari, kemampuan untuk membaca tanda dan simbol adalah keterampilan penting bagi jurnalis​ (Pranawukir, et al, 2024).
Namun, jurnalisme investigasi tidak dapat berkembang tanpa kebebasan pers yang terlindungi. Revisi RUU Penyiaran harus mempertimbangkan kepentingan semua pihak untuk memastikan regulasi yang adil. Dengan demikian, media tetap dapat menjalankan fungsi kritisnya sebagai pengawas demokrasi.
ADVERTISEMENT