Konten dari Pengguna

Melirik Budaya Indonesia dengan Etnofotografi

Nabiila Putri caesari
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta yang menyukai film, fotografi, ekonomi dan musik.
21 Juni 2022 15:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabiila Putri caesari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Fotografer Etnografi Don Hasman. Sumber foto: Instagram.com/donhasman
zoom-in-whitePerbesar
Fotografer Etnografi Don Hasman. Sumber foto: Instagram.com/donhasman
ADVERTISEMENT
Bagi fotografer, memotret bukan hanya sekadar mengambil gambar, melainkan, mempelajari objek gambar dari kehidupan secara langsung, terutama fotografer tentang budaya. Biasa disebut etnofotografi, gambaran kebudayaan yang diberikan dengan jelas kepada pembaca melalui fotografi sebagai citra visual.
ADVERTISEMENT
Etnografi dalam KBBI berarti deskripsi kebudayaan suku-suku bangsa. Budaya di suatu daerah yang masih tidak banyak diketahui oleh banyak orang, misalnya suku Baduy. suku Baduy mempertahankan kearifan lokalnya dengan memegang teguh budaya dan adat yang diwariskan oleh nenek moyangnya.
Etnografi itu bisa dibilang paling sulit karena membutuhkan waktu pengerjaan yang sangat panjang, dan karenanya membutuhkan waktu tenaga, ketelatenan, dan kesabaran. Fotografer legendaris seperti Don Hasman melakukan pendekatan suku Baduy dalam visual fotografi. Beliau menjalin hubungan kepada penduduk setempat dalam waktu delapan tahun dan lebih 500 pertemuan.
“Waktu terlama saya perlu waktu 8 tahun, kelompok suku Baduy Dalam, saya sudah mendatangi lebih dari 500 kali, mereka sama seperti saudara,” katanya saat diwawancarai pada Talkshow Sarah Sechan.
ADVERTISEMENT
Lalu, bagaimana cara mengeksplorasi suku tersebut? Khususnya melalui teknologi visual fotografi. Di satu sisi, kedatangan teknologi baru ini dipandang sebagai pengaruh buruk bagi budaya masyarakat setempat, dan di sisi lain demi perjuangan dan jaminan hak-hak masyarakat adat.
Memang untuk menangkap gambar melalui lensa hal yang tidak biasa bagi penduduk setempat. Etnofotografi memungkinkan hubungan dengan orang-orang dan ini secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi proses dalam pengambilan gambar.
Etnofotografi memberikan gambaran yang jelas kepada masyarakat tentang keberadaan penduduk suku Baduy dengan kehidupannya di dalam. Mulai dari keunikan dari suku, berinteraksi warga setempat, dan ingin belajar dari mereka.
Dengan demikian, masyarakat adat semakin perlu untuk menceritakan kembali sejarah, antara masa lalu, sekarang dan terutama masa depan planet ini, menggunakan visual fotografi sebagai alat untuk membentuknya dari keragaman.
ADVERTISEMENT
Pendekatan pertama sebagai fotografi, dengan observasi ke penduduk setempat, tanpa langsung menembak tombol rana. Sebagai fotografer, penerapan sopan santun kepada orang-orang yang terlibat sangat penting untuk mengurangi keengganan awal, dari penolakan terhadap kehadiran fotografer.
“Yang penting kalau tentang etnografi itu, paling sulit. Bagaimana menembus ruang privasi mereka sehingga kita bisa diterima,” ucap Don Hasman.
Ketika kunjungan rutin membangkitkan rasa saling percaya, meskipun relatif, dapat dibangun. Tepat pada saat inilah pemotretan dimulai. Mengambil foto tanpa memberikan indikasi apa pun pada saat rana dilepaskan. Agar bidikan harus sealami mungkin biasanya disebut foto candid, kamera harus menyatu dengan fotografer dan kehadirannya harus dilupakan oleh objeknya.
Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa suku Baduy Dalam seperti dunia sebelum masehi, semua kehidupan di dalamnya. Mulai dari kesehariannya, menolak teknologi masuk, dan didiami penduduk asli suku Baduy Dalam.
ADVERTISEMENT
“Kalau Anda berkunjung di Baduy Dalam, mesin waktunya itu mundur 2000 tahun, kehidupannya seperti sebelum masehi, apa yang Anda lihat apa yang Anda saksikan itu peristiwa 2000 tahun tetap sama. Suku yang paling jujur sedunia,” jelasnya Don Hasman dengan senyuman lebar.
Melukis gambar melalui lensa dari seperdetikan menghentikan waktu. Namun, Don Hasman bercerita dalam Talkshow Sarah Sechan, saat membuat buku yang berjudul Urang Kanekes: Baduy People yang bercerita tentang keseharian, budaya, adat sampai dengan kerajinan khas kain tenun Baduy. Beliau juga tidak diperbolehkan memotret suku Baduy Dalam hanya memotret suku Baduy Luar, tetapi jika hanya membawa kamera dan peralatannya itu diperkenankan.
(Nabiila Putri Caesari/Politeknik Negeri Jakarta)