Mencari Rupiah dari Siaran Langsung

Nabiila Putri caesari
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta yang menyukai film, fotografi, ekonomi dan musik.
Konten dari Pengguna
30 Mei 2022 14:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabiila Putri caesari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seseorang sedang melakukan siaran langsung. Sumber foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Seseorang sedang melakukan siaran langsung. Sumber foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bayangkan, pada era digital sekarang, seseorang dengan mudahnya bisa menghasilkan uang hanya dengan mengarahkan dirinya sendiri ke kamera dan mengobrol dengan orang-orang yang menontonnya. Sering kali kita melihat iklan yang ada di YouTube mempromosikan aplikasi bernama Nimo TV maupun Bigo Live. Aplikasi tersebut sering digunakan oleh ribuan orang untuk melakukan siaran langsung.
ADVERTISEMENT
Amelia Putri, atau biasa disapa Amel, perempuan kelahiran 10 April 2002 sebagai mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Ia memulai kegiatannya dengan merias wajah dan memancarkan kecantikannya di depan alat perekam dengan menghabiskan waktunya berjam-jam di tempat duduk.
Sudah menjadi mahasiswa selama setahun lebih sejak keberadaan pandemi 2020, kegiatannya yang di rumah saja membuatnya tidak mendapatkan uang jajan dari orang tua. Selintas ia berpikir, bagaimana cara menghasilkan uang, tetapi hanya dilakukan di rumah.
Pada bulan Oktober 2021, ia mendapatkan tawaran oleh temannya, bahwa terdapat pekerjaan yang hanya berbicara di depan kamera dapat menghasilkan uang. Tergoda akan hal itu, Amel mencoba untuk mendaftarkan dirinya di agensi temannya.
Untuk persyaratan masuknya, peserta diharuskan untuk membuat video perkenalan dan selfie. Ketentuan lainnya yaitu wajib memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan minimal berusia 18 tahun.
ADVERTISEMENT
Saat pengumuman tiba, ternyata ia berhasil masuk di agensi tersebut. Amel sempat terkejut ketika pertama kali membuka aplikasi. Ia harus beradaptasi dengan ribuan orang yang melakukan siaran langsung dengan wajah yang dilapisi berbagai filter effect kartun atau simbol yang berkedip-kedip.
Awalnya puluhan orang mulai mengunjungi siarannya. Ia memulai siaran langsungnya dengan menyapa penonton, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan, dan kolaborasi dengan pengguna lainnya. Terkadang ia juga diberikan hadiah virtual yang nantinya bisa ditukarkan dalam bentuk uang tunai.
Gaji pertama pun keluar, ia mendapatkan uang sebesar Rp 500.000. Hatinya ingin meledak menerima hasil jerih payah selama sebulan penuh. Pandemi yang menekannya di dalam rumah dan tidak bisa mendapatkan uang jajan, akhirnya dijatuhi rezeki pekerjaan sampingan secara tiba-tiba. Uangnya dipakai untuk membayar Wi-Fi dan jajan.
ADVERTISEMENT
“Gue inget banget pertama kali gaji keluar itu senangnya minta ampun, langsung gue pakai untuk bayar Wi-Fi tuh 350 ribu, sisanya 150 ribu buat jajan,” ucapnya dengan wajah kegirangan.
Kesibukan yang ia lakukan setelah kelas—sore atau malam hari—menghasilkan pundi-pundi rupiah. Tidak lupa juga untuk selalu menyiapkan peralatan seperti tripod, ring light, dan ponsel.
Seperti pekerja kantoran pada umumnya, agensi mewajibkan untuk merias wajah dan memakai baju bagus serta rapi agar menarik jumlah penonton yang banyak. Pembahasan yang dibawa oleh Amel berbeda-beda setiap harinya, kerap kali ia curhat pada penonton.
Pekerjaan yang dilakukannya tergantung target. Jika dalam sebulan mendapatkan ratusan, maka bisa saja ia sanggup untuk menembus jutaan rupiah. Makin nyaman dengan pekerjaannya, ia mulai mencoba berbagai aplikasi live streaming lainnya, seperti Yaya Live, Elelive, Helwa Live, Lucky Live, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Kala itu, Amel sempat mendapatkan Rp 3.000.000 dalam sebulan di dua aplikasi yang berbeda, sudah termasuk hitungan penarikan diamond dari spender (pengirim hadiah). Ia juga menghasilkan berbagai macam jenis hadiah virtual yang bisa diubah ke uang.
Dilihat dari angka memang lumayan besar. Namun, di balik perjuangannya pasti ada hambatan yang selalu menghampirinya. Ia harus bertahan duduk berjam-jam di depan kamera, risiko mendapatkan penonton nakal, gangguan sinyal, baterai habis, dan lainnya.
Waktu berjalan, Amel perlahan menguasai di bidangnya. Menurutnya, selain mendapatkan penghasilan, ia juga mendapatkan relasi, pengalaman, dan cerita menarik dari para penonton. Pastinya senang menjalani pekerjaan tanpa menguras banyak tenaga dan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
(Nabiila Putri Caesari/Politeknik Negeri Jakarta)
ADVERTISEMENT