Student Hidjo: Bahasa sebagai Penanda Kelas Sosial Seseorang

NABIILAH CHAERMY
Mahasiswa yang tengah menempuh pendidikan S1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
25 April 2022 12:29 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari NABIILAH CHAERMY tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
cr. photo by penulis
zoom-in-whitePerbesar
cr. photo by penulis

Novel Student Hidjo

ADVERTISEMENT
Merupakan salah satu karya sastra cerita Mas Marco Kartodikromo. Seorang penulis yang dikenal sebagai penulis bacaan liar karena tulisan-tulisannya diterbitkan di luar Balai Pustaka. Balai Pustaka sendiri merupakan sebuah penerbit resmi pemerintah Belanda pada saat itu. Mas Marco Kartodikromo lahir pada tahun 1890 di Cepu, Blora dan meninggal di Boven Digul, Papua pada 18 Maret 1932. Mas Marco sendiri berasal dari keluarga priyai rendahan atau bangsawan berpangkat rendah. Dalam hidupnya Mas Marco telah banyak menciptakan karya-karyanya, dua karya miliknya yang terkenal yaitu berjudul Student Hidjo (1919) dan Rasa Merdeka atau Hikayat Sudjanmo (1924).
ADVERTISEMENT
Novel Student Hidjo merupakan sebuah novel yang pertama kali ditulis dalam bentuk cerita bersambung di Harian Sinar Hindia pada tahun 1918, kemudian terbit menjadi sebuah buku pada tahun 1919. Novel ini berisikan gambaran tentang awal mula terciptanya para intelektual pribumi yang lahir dari kalangan borjuis kecil serta berani dalam mengkontraskan kehidupan di Belanda dengan Hindia-Belanda. Selain itu, dalam novel ini juga memberikan gambaran kepada pembaca tentang kelas sosial. Dimana kelas sosial ini pula yang menjadi salah satu alasan tokoh utama Hidjo harus melanjutkan pendidikannya di luar negri. Kelas sosial yang diciptakan oleh pemerintah Belanda dalam menggolongkan masyarakat terbagi atas tiga, yaitu:
Pertama, golongan priyai yaitu seseorang yang mendukung pemerintahan atau government. Kedua, golongan pedagang, yaitu diisi oleh orang-orang kaya yang memiliki harta banyak seperti ayahnya Hidjo. Ketiga, golongan petani atau wong cilik, yaitu golongan yang tidak memiliki lahan dan hanya bertugas menggarap tanah. Golongan petani dapat disebut sebagai golangan kelas sosial paling rendah diantara yang lain. Selain itu, penggolongan kelas sosial juga dapat dilihat dari penggunaan bahasa yang digunakan seseorang.
ADVERTISEMENT
Bahasa berfungsi untuk mengekspresikan perasaan, emosi dan keinginan serta bahasa juga merupakan tradisi budaya yang tercipta karena interaksi dari berbagai hal. Bahasa dapat dikaatan sebagai identitas suatu bangsa. Maka dari itu tidak heran jika dikatakan dalam novel Student Hidjo terdapat penanda status sosial seseorang berdasarkan bahasa yang digunakan atau bahasa yang mereka kuasai. Pada novel ini tidak terdapat bahasa Jawa dalam penceritaan ataupun dialog yang diucapkan tokoh yang orang Jawa. Bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah bahasa Melayu dan Belanda.
Dalam novel Student Hidjo penggunaan bahasa Belanda cenderung banyak digunakan dalam percakapan para tokoh. Berikut merupakan beberapa kutipan dalam novel Student Hidjo yang memperlihatkan penggunaan bahasa sebagai penanda kelas sosial.
ADVERTISEMENT
Dalam kutipan diatas tergambar dengan jelas bagaimana Hidjo dan Biroe menggunakan bahasa Belanda dalam percakapannya. Seperti kata ‘Heerlijk’ yang merupakan kata dari Bahasa Belanda yang berarti ‘bagus’, kemudian kalimat Biroe yang sepenuhnya berbahasa Belanda ‘ik ben klaar’ yang berarti ‘saya sudah selesai’.
ADVERTISEMENT
Kutipan diatas memperlihatkan percakapan antara Hidjo, Ibunya Betje dan Betje dengan menggunakan bahasa Belanda. Kalimat ‘Been je gek Bet’ memiliki arti ‘Kau gila Bet’ yang diucapkan oleh Ibunya Betje. Kemudian, Hidjo menjawab ‘Nee, Mevrouw!’ yang berarti ‘tidak nyonya!’ dan kata ‘bruin’ yang berarti ‘merah tua’.
Dalam kutipan percakapan antara R.A. Woengoe dengan R.M. Wardojo terlihat penggunaan bahasa didalamnya. Kalimat tanya yang diungkapkan Wardojo ‘Ben je klaar Zus?’ dalam bahasa Indonesia ‘sudah selesai, Dik?’ kemudian dijawab oleh Woengoe ‘Ya, ik been klaar’ yang dalam bahasa Indonesianya ‘Ya, saya sudah selesai’ yang kemudian disusul dengan kata ‘Ga binnen!’ yang berarti ‘kami sudah selesai’. Selain itu, penggunaan sapaan, jabatan seseorang menggunakan bahasa Belanda. Seperti Regent Djarak yang berarti Bupati Djarak, Government yang berarti pegawai pemerintahan dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Dari pemaparan beberapa kutipan penggunaan bahasa Belanda dalam novel Student Hidjo dapat memberikan kesimpulan bahwa penggunaan bahasa terutama bahasa Belanda pada zaman itu dapat memperlihatkan status sosial seseorang. Hal ini terjadi karena dalam kenyataanya orang-orang yang melakukan percakapan menggunakan bahasa Belanda adalah orang-orang yang memiliki latar yang sama yaitu terdidik dan rata-rata lulusan HBS. Maka dapat dikatakan, bahwa yang berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda hanya orang-orang pribumi yang berstatus sosial tinggi ataupun memiliki pendidikan yang tinggi.
Selain karena latar belakang yang cenderung sama, penggunaan bahasa dapat dijadikan penanda status sosial karena orang Belanda yang pada saat itu berada di Hindia tidak menghiraukan orang-orang yang tidak berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda. Hal ini terjadi karena orang Belanda menganggap bahwa bahasa lain selain bahasa Belanda tidak berada di tingkatan yang sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa mereka menganggap rendah bahasa lain, seperti salah satunya bahasa Jawa yang digunakan pribumi.
ADVERTISEMENT
Melalui pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahasa dapat menjadi penanda status sosial seseorang karena yang dapat menggunakan bahasa Belanda pada zaman itu hanyalah segelintir golongan saja, seperti golongan priyai, dan pedagang. Sedangkan selebihnya menggunakan bahasa Melayu atau bahasa Jawa kromo inggil. Sehingga pada saat itu dapat terlihat jelas status sosial seseorang hanya melalui bahasa yang mereka gunakan.
Selain dalam novelnya identitas seseorang terlihat dari bahasa yang mereka gunakan juga terlihat dari penyampaian cerita yang digunakan Mas Marco dalam novel ini. Mas Marco yang merupakan orang Jawa, tidak menggunakan bahasa Jawa dalam menceritakan kisah Student Hidjo, melainkan menggunakan bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Pemilihan bahasa yang digunakan Mas Marco menampilkan identitas dirinya sebagai mantan jurnalis dan intelektual muda pada zaman itu.
ADVERTISEMENT
[.]
DAFTAR PUSTAKA
Bandini, Galuh Sakti. Bahasa dan Identitas dalam Student Hidjo: Tinjauan Sosiologi Sastra. Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya. Vol 8. No. 1. Tahun 2021.
Ensiklopedia Sastra Indonesia, Mas Marco Kartodikromo. http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Mas_Marco_Kartodikromo diakses pada 24 April 2022 pukul 19.05 WIB.
Kartodikromo, Mas Marco. Student Hidjo. Penerbit Narasi, Yogyakarta. Tahun 2010.