Konten dari Pengguna

The Architecture of Love: Antara Cinta, Luka, dan Seni

Nabila Amalia Putri
Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Sebelas Maret
20 Oktober 2024 12:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabila Amalia Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Poster film The Architecture of Love. Sumber: Koleksi foto pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Poster film The Architecture of Love. Sumber: Koleksi foto pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pada akhir April 2024, industri perfilman Indonesia meriliskan film yang bercerita tentang romansa, seni, dan perjalanan emosional dari dua karakter yang terjebak bayang-bayang masa lalu. Novel karya Ika Natassa kembali diadaptasi menjadi film bergenre drama romansa dengan judul yang sama “The Architecture of Love”. Sudah tidak diragukan lagi, film garapan penuh rasa dari sutradara Teddy Soeriatmadja. Film ini bukan hanya menggambarkan fall in love, tetapi juga memahami luka masa lalu.
ADVERTISEMENT
Film ini menceritakan bagaimana arti cinta dan luka yang dibalut dengan kisah Raia, diperankan oleh Putri Marino dan River diperankan oleh Nicholas Saputra, yang dibumbui dengan sentuhan seni arsitektur. Berawal dari Raia yang mengalami writer’s block setelah bercerai dengan Alam (Arifin Putra) tepat dihari bahagia Raia karena premier film pertamanya. Raia memutuskan untuk lari ke New York, tinggal bersama sahabatnya Erin (Jihan Almira) dan berusaha untuk menyembuhkan lukanya. Erin pun memperkenalkan Raia kepada Aga (Jerome Kurnia) dan Diaz (Omar Daniel).
Bukan menjadi hal yang mudah bagi Raia memunculkan inspirasi untuk tulisannya di Kota sesibuk New York. Hingga disebuah pesta, Raia bertemu dengan River seorang arsitek yang dingin dan misterius, menjadi awal inspirasinya. Menciptakan pertemuan-pertemuan selanjutnya, menyusuri setiap sudut kota dan gedung-gedung. Bukan hanya melihat pemandangan Kota New York saja, melainkan bisa menemukan banyak inspirasi dari setiap gedung yang punya cerita unik. Hingga perlahan ketertarikan mulai tumbuh satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Erina mencoba membantu Raia untuk sembuh dari luka masa lalunya, menjodohkan Raia dengan Aga (adik dari Riven). Aga yang tertarik pada Raia mencoba mendekati dengan berbagai cara dilakukan. Konflik yang semakin complicated, ketika Riven dan Aga menyadari bahwa mereka mencintai wanita yang sama. Riven ragu untuk mengartikan perasaan yang sebenarnya kepada Raia karena masih bergulat dengan masa lalunya. Film ini menghadirkan plotwist tak terduga yang cukup mengejutkan.
Bangkit dari luka masa lalu memang bukanlah hal yang mudah. Raia yang kehilangan inspirasi menulisnya, sedangkan Riven trauma dengan luka hatinya, membuat mereka belajar untuk sembuh dari luka masa lalu di tengah hiruk pikuk Kota New York. Meskipun memiliki kepribadian yang berbeda antara Erin dan Raia. Erin yang selalu punya cara buat melihat sesuatu dari sudut pandang yang beda, sedangkan Raia yang sering kali stuck di pemikiran yang itu-itu aja. Karakter Erin menjadi pelengkap yang bikin cerita tidak monoton.
ADVERTISEMENT
Chemistry yang dibangun oleh Putri Marino dan Nicholas Saputra mampu membuat penonton gemas dan larut dalam cerita. Karakter Raia digambarkan dengan sangat baik dengan sosok Riven pendiam dan misterius yang menyimpan banyak rahasia dalam dirinya menjadi pelengkap dalam cerita. Dikemas dalam durasi 110 menit ini mampu menggambarkan dua karakter utama yang perlahan memulihkan luka masa lalunya, menyatukan dunia seni dan cinta dengan pas. The Architecture of Love menyuguhkan perjalanan emosional yang relatable dengan karakter-karakter yang terasa sangat nyata dan hidup.
Kota New York sebagai latar cerita menjadi saksi perjalanan mereka menemukan kedamaian dan gedung menjadi bumbu pelengkap mereka memulai perjalanan. Lewat karakter Riven, latar Kota New York bukan hanya memperlihatkan keindahan kotanya, juga mendeskripsikan history dan keistimewaan dari beberapa gedung-gedung di New York. Stravision Plus, Karuna Pictures, dan Legacy Pictures sebagai rumah produksi mampu menghasilkan sinematografi visual yang menarik, terutama saat menampilkan indahnya Kota New York menambah daya tarik film ini. Soundtrack yang pas mendukung suasana setiap adegan. Lagu-lagu dari penyanyi popular seperti Ardhito Pramono, Raissa Anggiani, dan Pepita mampu menguatkan suasana emosional dari alur cerita.
ADVERTISEMENT
Kilas balik yang muncul dalam cerita menunjukkan film ini menggunakan alur campuran. Memahami luka di masa lalu membentuk setiap karakter dan hubungan mereka di masa lalu menjelaskan konflik di masa kini. Memadukan genre romansa dan drama psikologis dengan apik. Mengulas konflik secara perlahan membangun emosi penonton terhadap karakter masing-masing. Plotwist tak terduga yang muncul juga menjadi pelengkap alur. Adapun beberapa dialog-dialog yang puitis, menciptakan suasana romantis dan unik. Menceritakan kisah cinta yang berbeda dari drama romantis lainnya, membuat film ini menjadi menarik.
Mengingat lika-liku drama yang terjadi antara Raia dan Riven dengan segala tingkah laku Riven ‘datang lalu hilang’ ‘setiap gedung punya cerita’ mewarnai cerita. Sayangnya, beberapa konflik-konflik yang muncul di awal cerita terlalu cepat terpecahkan, sehingga kurangnya eksplorasi yang mendalam, membuat penonton kurang merasakan gregetnya dan emosi yang dialami para aktor.
ADVERTISEMENT
Setelah 33 hari tayang di bioskop tembus lebih dari satu juta penonton. The Architecture of Love layak ditonton, khususnya untuk kalian yang suka drama romansa yang kompleks dengan dibalut perpaduan elemen seni yang indah. Sangat disayangkan, ada beberapa catatan kecil, tapi secara kesulurahan film ini sukses memberikan kesan yang berharga, bahwa luka masa lalu bukanlah sesuatu yang bisa kita hindari, tapi sesuatu yang harus kita hadapi. Lalu, apakah mereka bangkit dari luka masa lalu atau justru saling melukai?.