Konten dari Pengguna

Cinta Lokasi vs Profesionalitas: Bisakah Keduanya Selaras di UKM Teater?

NABILA AYUSHETA SAKTIKADEWI
Mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang
23 April 2025 15:24 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Kiriman Pengguna
Cinta Lokasi vs Profesionalitas: Bisakah Keduanya Selaras di UKM Teater?
Cinta lokasi di UKM teater bisa menjadi tantangan profesionalitas. Artikel ini mengulas dinamika hubungan personal dalam organisasi serta dampaknya terhadap kinerja tim.
NABILA AYUSHETA SAKTIKADEWI
Tulisan dari NABILA AYUSHETA SAKTIKADEWI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Teater. Foto: Nabila Ayu
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Teater. Foto: Nabila Ayu
ADVERTISEMENT
Kehidupan sebagai mahasiswa tentunya perlu diiringi dengan pengalaman selain berkuliah, salah satunya dengan mengikuti UKM semi organisasi yaitu teater agar tidak hanya menjadi mahasiswa ‘kupu-kupu’ dan juga sedikit bumbu romance agar merasa memiliki penyemangat dalam menjalani hari-hari yang penuh rintangan. Awal pertemuan tentu ada perkenalan yang melibatkan seluruh anggota baru, tetapi perkenalan tersebut hanyalah sebatas mengetahui nama, asal daerah, dan asal departemen satu sama lain. Awalnya masih menjaga image dan bersikap profesional dalam menggarap tugas masing-masing. Namun, ketika mulai memasuki event yang jadwalnya sangat padat apalagi teater adalah seni adu peran, pasti terjadi pertemuan yang sangat intens yang menghadirkan chemistry mendalam dan dari situlah tingkat profesionalitas sebagai anggota diuji. Mengapa demikian? Pertemuan intens tersebut memungkinkan adanya seseorang yang mulai memunculkan gelagat aneh tidak seperti biasanya. Mulai dari timbulnya frekuensi yang sama, rasa kenyamanan, atau menemukan sisi lain yang terlihat “waw” dari seseorang tersebut, bahkan merasa seperti ada yang kurang jika orang yang membuat penasaran itu tidak ada di sekitarnya. Dengan adanya tanda-tanda yang bermunculan, profesional terasa sulit bagi yang merasakan cinta lokasi.
ADVERTISEMENT
Realita tidak semanis ekspektasi, cinta lokasi yang tidak dibarengi dengan komunikasi sehat dan kontrol emosi bisa menjadi bumerang. Profesionalitas yang seiring berjalannya waktu tertimbun oleh terbawanya perasaan akan semakin sulit dikendalikan, hubungan yang tadinya membawa semangat bisa berubah menjadi sumber konflik personal dan kolektif. Dalam beberapa kasus, anggota yang menjalin hubungan justru menarik diri dari tanggung jawab, terjadinya konflik sepele hingga yang tak terduga, munculnya rasa cemburu, iri, khawatir berlebih akan menimbulkan ketegangan di dalamnya, prioritas atau fokus terhadap UKM yang tergantikan juga bisa menjadi salah satu penghambat jalannya program kerja UKM dan hal tersebut membuat anggota yang lain merasa terganggu atau tidak nyaman sehingga memengaruhi kinerja tim, dan bahkan menimbulkan kubu-kubu yang memecah kekompakan organisasi. Dari hal tersebut sudah dapat dipastikan bahwa keretakan anggota sangat bisa terjadi, misalnya suasana pertemanan tidak sehangat dulu, canggung, saling menghindar, bahkan puncaknya rela mengundurkan diri. Tak jarang pula, hubungan yang kandas membuat suasana UKM menjadi canggung, sehingga keduanya tidak lagi bisa bekerja sama secara optimal.
ADVERTISEMENT
UKM sebagai wadah pengembangan diri seharusnya menjadi tempat tumbuh, bukan tempat tumbang karena urusan hati. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu yang mengalami cinta lokasi untuk sadar diri dan mampu memisahkan antara urusan pribadi dan kepentingan organisasi. Jika hubungan asmara yang dijalani mulai mengganggu profesionalitas, maka dibutuhkan keberanian untuk berdiskusi, menyusun batasan yang sehat, atau bahkan mengambil jarak sementara demi menjaga stabilitas tim. Di sisi lain, pengurus UKM atau senior pun memiliki peran penting dalam membina lingkungan organisasi yang suportif namun tetap profesional. Adanya kebijakan internal atau etika organisasi mengenai hubungan antaranggota bisa menjadi pedoman agar setiap orang tahu batasan dan tanggung jawabnya. Ini bukan berarti membatasi perasaan, tapi menjaga ruang organisasi agar tetap aman dan kondusif bagi semua. Setiap anggota UKM juga perlu memiliki kesadaran bahwa organisasi bukan hanya milik individu, tetapi milik bersama. Maka, apapun keputusan yang diambil, baik dalam menjalani hubungan personal maupun menjalankan tugas organisasi, harus dilandasi oleh komitmen untuk tidak merugikan pihak lain. Mengedepankan komunikasi yang terbuka, empati, dan kedewasaan adalah kunci agar cinta lokasi tidak menjadi konflik lokasi.
ADVERTISEMENT
Keseimbangan antara perasaan personal dengan kinerja dan profesionalitas dalam berorganisasi di UKM teater ternyata juga masih bisa ditemukan pada beberapa individu. Tak jarang bahwa ada yang bisa tumbuh dengan pemikiran dewasa bersama, berhasil membawa pengaruh positif, keuntungan, hingga mencetak prestasi dan membawa nama baik UKM teater. Ada juga yang berakhir manis, yaitu hingga naik ke pelaminan dan menjadi alumni yang suportif. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga yang harus berakhir tragis karena tidak adanya kecocokan satu sama lain, sehingga berakhir canggung, saling menghindari, dan asing.
Sebagai penutup, pengalaman cinta lokasi dalam organisasi seperti UKM teater memang tidak bisa dihindari sepenuhnya. Namun, bagaimana individu menyikapinya yang akan menentukan apakah hubungan tersebut akan menjadi batu loncatan atau batu sandungan. Selama hubungan dibangun atas dasar saling pengertian, keterbukaan, dan profesionalisme, cinta dan tanggung jawab bisa berjalan beriringan, dan ketika itu berhasil dilakukan, maka UKM tidak hanya menjadi tempat berkarya, tetapi juga tempat bertumbuh secara pribadi maupun emosional.
ADVERTISEMENT