Bahasa Gaul di Era Milenial

Nabila Fatmasari
Saya adalah seorang Mahasiswi jurusan sastra indonesi di Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
24 Desember 2022 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabila Fatmasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Unsplash - Photo by akson on unsplash
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Unsplash - Photo by akson on unsplash
ADVERTISEMENT
Sebagai warga negara Indonesia yang baik tentunya kita harus menanamkan rasa cinta terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Sebab dengan perkembangan zaman membuat munculnya penggunaan bahasa, yang disebut dengan bahasa gaul.
ADVERTISEMENT
Bahasa gaul sendiri pun tidak lepas dari sisi positif dan negatif, tentu di antara keduanya saling bertolak belakang bagi para penuturnya. Nah, dari sisi negatif kemunculan bahasa gaul membuat ancaman bagi bahasa Indonesia yang baku.
Apalagi untuk kalangan remaja, mereka sangat senang menggunakan bahasa gaul daripada bahasa Indonesia yang baik. Dengan beralasan untuk mempererat hubungan dan mengikuti trend. Dari situlah awal mula munculnya bahasa gaul yang sudah berkembang pesat di kalangan anak muda.
Bahasa gaul digunakan dan tidak memberi batasan ketika berkomunikasi dengan masyarakat. Kaidah bahasanya dapat dibedakan antara pengajaran dan penggunanya. Salah satunya dari sisi pengujaran, terbagi ke dalam beberapa hal seperti, idiolek, dialek, dan sosiolek.
Dalam perkembangan bahasa menganalisis secara detail, karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia. Dalam hal ini berkaitan dengan fonologi bahasa. Memodifikasinya dilakukan dengan sesuka hati dengan mengikuti suatu referensi semua dapat disajikan dalam bentuk kata atau teks. Oleh karena itu, seseorang dapat juga menyebut budaya populer sebagai bahasa gaul yang berkembang melalui perkembangan budaya.
ADVERTISEMENT
Orang yang menggunakan bahasa gaul dalam kehidupan sehari-hari cenderung kreatif dan inovatif. Ini karena memungkinkan kita untuk melacak evolusi bahasa dari waktu ke waktu. Bahasa gaul ini juga sering diartikan sebagai bahasa alay atau anak layangan. Di mana bahasa tersebut muncul diperkuat pila oleh pengguna smartphone berikut media sosial di dalamnya.
Namun kenyataannya bahasa alay ini juga dianggap kasar mulai dari perkataan, penulisan, penggabungan angka dan nomor untuk dijadikan satu kata yang bermakna.
Sehingga terkadang orang awam pun kesulitan memahami arti bahasanya. Hal Ini juga menunjukkan bagaimana pembicara berperilaku dalam kehidupan sehari-hari, bahasa juga dapat dipandang sebagai refleksi dari dirinya sendiri.
Sebagai warga negara Indonesia yang mencintai bahasanya, kita harus selalu berusaha menjaga bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT