Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Makanan Tinggi Gula dan Lemak: Menyelami Mekanisme Otak di Balik Rasa Ketagihan
5 Desember 2024 13:28 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Nabila Lutfunnisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Makanan tinggi gula dan lemak telah menjadi bagian tak terpisahkan dari gaya hidup modern. Beragam produk makanan olahan, camilan manis, dan minuman ringan sering kali menjadi pilihan utama bagi banyak orang. Namun, konsumsi berlebih jenis makanan ini dapat memengaruhi kesehatan, mulai dari obesitas hingga penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung. Di balik popularitas makanan ini, ada satu faktor menarik yang jarang disadari: kemampuan mereka untuk memicu rasa ketagihan. Apa yang sebenarnya terjadi di otak saat kita mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak? Mengapa kita sering merasa sulit untuk berhenti makan meskipun tahu makanan tersebut kurang sehat? Artikel ini akan membahas lebih dalam bagaimana gula dan lemak berinteraksi dengan otak hingga menimbulkan keinginan yang sulit dikontrol.
ADVERTISEMENT
Peran Gula dan Lemak dalam Tubuh dan Otak
Gula dan lemak adalah dua komponen penting dalam makanan yang berperan sebagai sumber energi bagi tubuh. Gula, dalam bentuk glukosa, adalah bahan bakar utama untuk otak. Lemak, di sisi lain, merupakan cadangan energi jangka panjang yang juga diperlukan untuk fungsi vital, seperti produksi hormon dan pelindung sel saraf.
Namun, makanan olahan modern sering kali mengandung gula dan lemak dalam jumlah yang jauh lebih tinggi daripada yang dibutuhkan tubuh. Ketika kita mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak, otak merespons dengan cara yang kuat dan sering kali berlebihan.
Saat gula atau lemak masuk ke tubuh, otak melepaskan dopamin, neurotransmitter yang bertanggung jawab atas sensasi senang dan puas. Dopamin berperan dalam sistem penghargaan otak, sebuah mekanisme evolusioner yang dirancang untuk memperkuat perilaku yang mendukung kelangsungan hidup, seperti makan. Sayangnya, makanan modern yang kaya gula dan lemak dapat "membajak" sistem ini, menciptakan pola perilaku yang mirip dengan kecanduan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Makanan Tinggi Gula dan Lemak Memengaruhi Otak?
1. Pelepasan Dopamin yang Berlebihan
Makanan tinggi gula dan lemak merangsang sistem penghargaan (reward system) di otak dengan cara melepaskan dopamin dalam jumlah besar, menciptakan sensasi bahagia dan kepuasan ketika kita melakukan sesuatu yang menyenangkan; namun, efek ini tidak berlangsung lama, sehingga ketika dopamin memudar, otak mulai menginginkan lebih banyak makanan tersebut untuk mendapatkan sensasi yang sama.
2. Toleransi Dopamin
Dengan konsumsi berulang, sistem penghargaan otak menjadi kurang responsif terhadap dopamin. Ini disebut toleransi, di mana otak membutuhkan lebih banyak gula dan lemak untuk mencapai tingkat kepuasan yang sama. Pola ini mirip dengan mekanisme toleransi pada kecanduan zat seperti alkohol atau narkoba.
ADVERTISEMENT
3. Gangguan Korteks Prefrontal
Korteks prefrontal, bagian otak yang mengatur kontrol impuls dan pengambilan keputusan, dapat terganggu akibat konsumsi gula dan lemak berlebih. Ketika otak menjadi "terlatih" untuk mencari makanan manis dan berlemak, kemampuan kita untuk menolak godaan melemah, membuat kita sulit berhenti mengonsumsinya meskipun sudah merasa kenyang.
4. Ketidakseimbangan Hormon Pengatur Nafsu Makan
Ketika lemak digabungkan dengan gula, kombinasi ini menciptakan apa yang disebut sebagai hyperpalatable foods—makanan dengan rasa yang sangat memanjakan lidah sehingga sulit dihentikan. Konsumsi makanan tinggi gula dan lemak juga memengaruhi hormon seperti leptin dan insulin yang mengatur rasa kenyang dan gula darah, menyebabkan resistensi leptin, di mana otak tidak merespons sinyal kenyang dengan baik, sering terjadi akibat pola makan yang tidak sehat, sehingga kita terus merasa lapar meskipun tubuh sebenarnya sudah mendapatkan cukup kalori.
ADVERTISEMENT
Apakah Makanan Tinggi Gula dan Lemak Membuat Kita Kecanduan?
Meskipun mekanisme di balik konsumsi gula dan lemak menunjukkan kesamaan dengan kecanduan zat seperti narkoba, para ilmuwan masih memperdebatkan apakah makanan dapat menyebabkan kecanduan sejati. Ada beberapa poin penting yang perlu dipertimbangkan:
Tidak seperti narkoba, berhenti makan makanan manis dan berlemak tidak menyebabkan gejala fisik putus zat yang parah. Namun, rasa ingin yang tak terkendali (craving), kehilangan kendali, dan rasa bersalah setelah makan terlalu banyak sering terlihat pada orang yang memiliki hubungan bermasalah dengan makanan.
Ketersediaan makanan olahan yang melimpah, pemasaran yang agresif, dan kebiasaan sosial memperkuat pola konsumsi makanan ini. Lingkungan memainkan peran besar dalam memperkuat perilaku makan yang tidak sehat.
ADVERTISEMENT
Dampak Jangka Panjang pada Otak dan Tubuh
Konsumsi berlebihan makanan tinggi gula dan lemak tidak hanya berdampak pada berat badan tetapi juga pada kesehatan otak dan tubuh secara keseluruhan:
Penurunan sensitivitas terhadap dopamin dapat memengaruhi suasana hati dan motivasi, meningkatkan risiko depresi.
Konsumsi makanan tinggi kalori tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik dapat menyebabkan obesitas dan dapat memicu peradangan kronis, yang berkontribusi pada kerusakan jaringan otak, penyakit neurodegeneratif, meningkatkan risiko penyakit seperti diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung.
Pola makan yang buruk dapat mengganggu metabolisme, dimana dapat menyebabkan resistensi insulin, kondisi di mana tubuh tidak dapat memanfaatkan gula darah secara efisien. Ini adalah langkah awal menuju diabetes.
ADVERTISEMENT
Cara Mengatasi Ketagihan Makanan Tinggi Gula dan Lemak
Mengelola konsumsi makanan tinggi gula dan lemak adalah langkah penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Berikut beberapa strategi yang dapat membantu:
1. Kurangi Konsumsi Secara Bertahap
Menghilangkan gula dan lemak secara tiba-tiba dapat menyebabkan gejala seperti putus zat. Kurangi konsumsi secara perlahan untuk membantu tubuh beradaptasi.
2. Pilih Alternatif yang Lebih Sehat
Coba gantikan camilan manis dengan buah segar atau kacang-kacangan yang lebih bernutrisi. Untuk makanan berlemak, pilih lemak sehat seperti alpukat atau ikan.
3. Fokus pada Makanan Seimbang
Pola makan kaya serat, protein, dan karbohidrat kompleks membantu menjaga kadar gula darah stabil dan mengurangi rasa lapar berlebih.
4. Latihan Mindful Eating
ADVERTISEMENT
Latih diri untuk makan dengan penuh kesadaran. Fokus pada rasa, tekstur, dan proses mengunyah makanan Anda, sehingga Anda lebih sadar akan jumlah yang dikonsumsi. Makan dengan penuh kesadaran membantu mengontrol porsi makan dan mengurangi perilaku makan emosional.
Makanan tinggi gula dan lemak memiliki daya tarik yang kuat, baik secara fisik maupun psikologis, karena efeknya pada otak yang memberikan rasa senang dan nyaman. Namun, jika tidak dikelola dengan bijak, pola makan ini dapat berdampak buruk pada kesehatan jangka panjang.
Memahami mekanisme otak di balik rasa ketagihan ini memberi kita wawasan untuk mengambil kendali atas pilihan makanan kita. Dengan mengutamakan pola makan sehat dan mengurangi konsumsi gula dan lemak berlebih, kita dapat menikmati hidup yang lebih seimbang dan penuh energi.
ADVERTISEMENT
Referensi:
dr. Adeline Jaclyn. (2020, June 17). Dampak Buruk Makanan Berlemak bagi Kesehatan Otak dan Tubuh. Retrieved from Klikdokter.com website: https://www.klikdokter.com/gaya-hidup/diet-nutrisi/dampak-buruk-makanan-berlemak-bagi-kesehatan-otak-dan-tubuh
Guy-Evans, O. (2023, September 14). Brain Reward System. Retrieved from Simply Psychology website: https://www.simplypsychology.org/brain-reward-system.html
How sugar and fat affect your brain. (2022, December 28). Retrieved from Magazine website: https://www.nationalgeographic.com/magazine/article/how-sugar-and-fat-affect-your-brain
Redaksi Halodoc. (2018, March 13). Selama ini lemak selalu dijadikan kambing hitam dari banyaknya masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh makanan. Retrieved December 4, 2024, from halodoc website: https://www.halodoc.com/artikel/pengaruh-konsumsi-gula-berlebih-bagi-otak
Rupp, R. (2015, November 2). Why We Crave Sweets and Fats. Retrieved December 4, 2024, from Culture website: https://www.nationalgeographic.com/culture/article/why-we-crave-sweets-and-fats
Wiss, D. (2023, November 10). Sugar Addiction and The Effects On Brain Health. Retrieved from Nutrition In Recovery website: https://www.nutritioninrecovery.com/food-addiction/sugar-addiction-brain-health/
ADVERTISEMENT