Perubahan Perekonomian Indonesia Melalui Hilirisasi Tambang

Nabila Tri Nur Alif
Mahasiswa Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
15 Oktober 2022 21:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nabila Tri Nur Alif tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Milik Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Milik Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di Indonesia, hilirisasi telah diumumkan sejak tahun 2010 lalu. Hilirisasi merupakan suatu strategi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang kita miliki. Dengan adanya hilirisasi, di masa yang akan datang, komoditas yang diekspor bukan lagi berupa bahan baku, tetapi berupa barang setengah jadi atau barang jadi. Tujuan dari hilirisasi ini pun untuk meningkatkan nilai jual komoditas, memperkuat struktur industri, menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan, serta meningkatkan peluang usaha di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Seperti yang kita ketahui, kekayaan sumber daya alam Indonesia telah diakui oleh dunia lewat berbagai kandungan mineral berharga. Sesuai amanat undang-undang, kekayaan alam diperuntukkan bagi kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, hilirisasi menjadi ambisi pemerintah agar nilai tambah produk meningkat dan industri domestik kian kuat yang pada akhirnya membawa Indonesia menjadi negara maju.
Pemerintah mendorong aktivitas industrialisasi secara konsisten di pertambangan lewat skema hilirisasi. Hilirisasi menjadi kebijakan negara berkembang bertransformasi negara maju. Lewat hilirisasi, Indonesia bisa menggencarkan industri berkelanjutan yang memiliki imbas besar pada pertumbuhan ekonomi.
Menteri Investasi, Bahlil Lahadalia, mengatakan bahwa pada tahun 2017 ekspor nikel di Indonesia tercatat hanya sebesar USD 3,3 miliar. Lalu pada tahun 2021, ekspor dari komunitas hilirisasi nikel meningkat sebesar USD 20,9 miliar. Dan di tahun 2022, Indonesia ditargetkan bisa mencapai USD 30 miliar.
ADVERTISEMENT
PT Freeport Indonesia menjadi perusahaan tambang terkemuka yang sukses menjadi pionir dalam hilirisasi produk pertambangan. Smelter Freeport Indonesia yang dibangun sejak tahun 1996 telah menunjukkan keseriusan perusahaan dalam hilirisasi produk dari hasil tambang mereka.
Berdasarkan data kementerian investasi, hilirisasi industri terbukti berkontribusi besar dalam pertambahan nilai produk. Salah satu contohnya adalah bijih nikel yang telah dilarang ekspornya sejak 1 Januari 2020. Peningkatan nilai ekspor dari hasil produk pengolahan nikel pun meningkat tajam. Konsep pengolahan inilah yang juga diterapkan pada penambangan tembaga di Freeport Indonesia. Hasilnya bisnis Freeport telah memberikan manfaat ekonomi besar, salah satunya penerimaan negara, mulai dari pajak, dividen hingga penerimaan negara bukan pajak.
Saat ini PT Freeport Indonesia telah memiliki rencana penambangan jangka panjang dengan potensi manfaat langsung bagi pemerintah yaitu sebesar USD 80 miliar hingga tahun 2041.
ADVERTISEMENT