Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Konten dari Pengguna
Pemetaan Dampak Penurunan Tanah di Jeruksari: Mengatasi tantangan Lingkungan
8 Agustus 2024 17:36 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Nabila Azzahro Widodo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 31 Juli 2024, di Balai Desa Jeruksari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, dilaksanakan program kerja yang berfokus pada pemetaan dampak lingkungan dari bencana penurunan tanah. Program ini diinisiasi oleh Nabila A. Widodo salah satu anggota TIM II KKN Universitas Diponegoro Desa Jeruksari, dengan kelompok sasaran utama adalah para pemuda Jeruksari. Dihadiri oleh total 15 pemuda, program ini bertujuan untuk memberikan wawasan mendalam mengenai permasalahan yang sering dihadapi masyarakat setempat terkait banjir rob.
Fenomena banjir rob yang kerap melanda wilayah utara Jawa, termasuk Pekalongan, disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu faktor adalah adanya land subsidence atau penurunan tanah menjadi faktor yang paling berpengaruh. Menurut data yang ada, penurunan tanah di pesisir Pekalongan mencapai 10-14 cm per tahun, setara dengan kota-kota besar lain di pesisir Jawa seperti Jakarta dan Semarang. Hal ini diperparah oleh kenaikan muka air laut akibat pemanasan global, yang semakin meningkatkan risiko banjir rob di wilayah ini.
ADVERTISEMENT
Pelaksanaan program ini bukan tanpa tantangan. Materi mengenai penurunan tanah dan dampaknya tergolong kompleks, sehingga pemilihan kelompok sasaran pada para pemuda dianggap lebih tepat. Diharapkan, para pemuda dapat menyerap informasi baru mengenai land subsidence dan turut berkontribusi dalam upaya mitigasi di masa depan.
Program pemetaan dampak lingkungan ini mencakup beberapa aspek penting. Peserta diajak untuk memahami penyebab dan dampak penurunan tanah serta banjir rob, mulai dari malfungsi drainase, penurunan bangunan, abrasi pantai, hingga intrusi air laut dan tenggelamnya hutan mangrove. Dengan menggunakan peta dan data visual, para pemuda diberikan gambaran nyata mengenai situasi yang dihadapi Jeruksari saat ini.
Menurut Bapak Wijayanto, salah satu anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Jeruksari, penurunan tanah ini menjadi isu yang sering digaungkan oleh pemerintah dan berbagai organisasi non-pemerintah (NGO) di Pekalongan. "Penurunan tanah merupakan hal yang sedang sering digembor-gemborkan oleh pemerintah maupun NGO lainnya di Pekalongan. Oleh karena itu, pemilihan topik mengenai penurunan tanah ini sangat penting dan menarik," ujarnya.
Dengan pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik, diharapkan generasi muda Jeruksari dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk melindungi lingkungan mereka dan berkontribusi dalam upaya mitigasi bencana di masa depan. Semoga inisiatif ini dapat menginspirasi daerah-daerah lain untuk melakukan langkah serupa demi keberlanjutan dan kesejahteraan bersama.
ADVERTISEMENT