Konten dari Pengguna

Diplomasi Lingkungan : Peluang Eksistensi Indonesia di Mata Dunia

nabila zahra
First year student majoring International Relations at Brawijaya University with several academic achievements while being a student at 103 Senior High School East Jakarta. An enthusiastic learner new things and pursuing copywriting, has an interest
11 Desember 2023 14:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari nabila zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Pemeliharaan Lingkungan oleh Pemegang Kekuasaan Dunia. Sumber: https://pixabay.com/
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Pemeliharaan Lingkungan oleh Pemegang Kekuasaan Dunia. Sumber: https://pixabay.com/
ADVERTISEMENT
Perubahan iklim ialah salah satu tantangan global terbesar yang sangat memerlukan perhatian semua elemen atau aktor dunia, baik negara, organisasi internasional, dan organisasi internasional non pemerintah, Dampak yang dibawa dari perubahan iklim semakin beragam seiring berjalannya waktu, seperti kenaikan suhu global yang bahkan kita semua bisa rasakan saat ini, perubahan pola cuaca ekstrem dimana bagi Indonesia sendiri, curah hujan menjadi tidak menentu, serta naiknya permukaan laut yang sekarang kerap menjadi pembicaraan hangat atas dipindahkannya Ibukota Indonesia dari Jakarta ke Kalimantan dengan alasan bahwa Jakarta tidak lagi proporsional sebagai Ibukota suatu negara
ADVERTISEMENT
Setiap dampak itu dapat membawa pengaruh serius terhadap kehidupan manusia, keberlanjutan lingkungan, dan bahkan ekonomi global. Negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, merasakan efek perubahan iklim ini, seperti bencana alam yang semakin sering terjadi, perubahan musim, dan peningkatan intensitas fenomena cuaca ekstrem.
Indonesia, dengan keanekaragaman hayati dan ekosistemnya yang kaya, memangku tanggung jawab berat dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya alamnya. Diplomasi lingkungan hadir sebagai kunci dalam upaya bersama menghadapi perubahan iklim. Melalui diplomasi lingkungan, Indonesia dapat memainkan peran proaktif dalam forum internasional untuk mengadvokasi kebijakan-kebijakan yang mendukung pelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim.
Upaya diplomasi lingkungan juga memungkinkan Indonesia untuk menjalin kerja sama dengan negara-negara lain dalam pengembangan teknologi ramah lingkungan, pertukaran pengetahuan, dan dukungan finansial untuk inisiatif keberlanjutan. Tahun lalu, KLHK telah menyelenggarakan Briefing Diplomasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang dinilai sangat penting demi perjuangan posisi Indonesia di forum Internasional dalam bidang lingkungan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, diplomasi lingkungan dapat menaikkan citra positif Indonesia di mata dunia, menggambarkan negara ini sebagai pemimpin yang peduli terhadap tantangan lingkungan global. Berbagai kerja sama di bidang lingkungan hidup pun akan lebih mudah dilakukan Indonesia karena namanya telah harum di kancah global. Seperti dukungan yang diberikan oleh pemerintah Korea serta kerja sama di bidang lingkungan hidup yang sangat strategis. Korea memberikan program peningkatan kapasitas, program beasiswa bagi pegawai KLHK agar bisa menempuh pendidikan di Universitas di Korea dalam bidang kebijakan lingkungan, dan penelitian hutan tropis ASEAN.
Melalui kolaborasi dan diplomasi, Indonesia dapat memainkan peran sentral dalam perundingan-perundingan internasional untuk mencapai kesepakatan yang efektif dalam upaya mengatasi perubahan iklim. Dengan demikian, peduli terhadap perubahan iklim dan menerapkan diplomasi lingkungan bukan hanya merupakan tanggung jawab moral, tetapi juga investasi dalam keberlanjutan masa depan Indonesia dan dunia.
ADVERTISEMENT
Berbagai kenyataan global telah membawa kesadaran kita untuk lebih memberikan ruang pikiran terhadap kondisi lingkungan saat ini. Kita semua tahu bahwa bumi ini satu dan milik kita semua, itulah mengapa isu lingkungan mejadi hal krusial yang harus diprioritaskan bagi semua elemen dunia. Bencana alam yang terjadi di berbagai negara seharusnya sudah cukup sebagai pengingat betapa buruknya perubahan iklim yang terjadi.
Indonesia yang dikenal sebagai pemilik paru-paru dunia diharapkan bisa tampil sebagai agen konservasi dan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan agar tetap bisa menyumbang oksigen global yang saat ini sudah tercemar. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh negara lain yang bisa menjadi contoh atau langkah awal Indonesia bertindak.
Sebagai cerminan, Swedia memerankan aktor penting dalam menangani perubahan iklim serta promosi pembangunan berkelanjutan. Pemerintah Swedia yang punya ambisius tinggi terus menggalakkan uoaya nyata hingga usahanya semakin terlihat masyarakat dunia. Kian waktu, Swedia diakui menjadi pemimpin yang berhasil dalam gerakan lingkungan dengan penggunaan energi terbarukan. Mereka menyediakan energy yang bersih emisi dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga angin, berbagai investasi pun menggandrungi Swedia lantaran banyaknya perusahaan yang berminat untuk beroperasi di Swedia.
Ilustrasi Pembangkit Listrik Tenaga Angin di Swedia. Sumber: https://pixabay.com/
Indonesia yang notabenenya sebagai negara berkembang memang sudah pasti menghadapi berbagai persoalan yang lebih sulit, bahkan bukan hanya di bidang lingkungan, Indonesia masih merapikan dirinya sendiri di aspek ekonomi dan politiknya. Dalam penerapannya, mungkin langkah Indonesia tak akan semulus jejak Swedia.
ADVERTISEMENT
Namun, Indonesia secara garis besar telah memiliki potensi yang memang telah tersedia begitu banyaknya. Tinggal bagaimana Indonesia memanfaatkan segala keanekaragaman hayati dan pemberdayaan lingkungan yang lebih masif, tetapi tetap berkelanjutan. Nama Indonesia diharapkan bisa muncul sebagai salah satu pelopor yang melakukan diplomasi lingkungan dan membawa pengaruh besar terhadap dunia.
Tetap harus optimis, Indonesia sudah banyak terlibat dalam perjanjian Internasional yang menaungi bidang lingkungan hidup. Salah satu aspek yang sering dijadikan perhatian ialah mengenai sampah plastik dimana Indonesia dikenal sebagai penyumbang sampah plastik terbanyak kedua di dunia.kebanyakan dari sampah plastik itu dibuang ke lautan, yang mana lautan bersifat tak terbatas sehingga sampah yang dihasilkan bisa bergerak lintas batas negara sehingga menjadin masalah transnasional.
ADVERTISEMENT
Indonesia sebenarnya telah melakukan kampanye mengenai ancaman sampah plastik di tahun 2015 sejak pemerintahan Joko Widodo mengesahkan bidang kemaritiman menjadi fokus kebijakan luar negeri. Indonesia juga turut berkontribusi dalam konferensi Internasional bahkan dari sebelum diterbitkannya RAN penanganan sampah plastik di laut.
Kolaborasi public-swasta Internasional atau diketahui sebagai Global Plastic Partnership (GPAP) yang diikutsertakan oleh Indonesia ialah strategi pengumpulan dan pengelolaan sampah local dengan membangun model yang menghasilkan solusi seperti daur ulang, atau pengurangan kemasan berlebih. Kerja sama bilateral juga telah dijalin Indonesia bersama dengan Norwegia dan Jepang dalam penanganan sampah plastik laut dengan tujuan mempromosikan laut yang sehat dan bersih.
ASEAN juga menjadi salah satu media diplomasi lingkungan yang dimanfaatkan Indonesia. Terlebih dengan 4 dari 5 negara yang menghasilkan 50 persen sampah plastic dunia ialah negara Asia Tenggara, yaitu Vietnam, Filipina, Thailand, dan Indonesia. Volume limbah padat di Asia Tenggara juga meningkat pesat dalam kurun beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Semakin meningkatnya kesadaran masyarakat Indonesia tentang isu lingkungan, didukung dengan berita di media sosial yang mengangkat isu lingkungan, menambah pencapaian Indonesia yang telah menunjukkan komitmennya serta berkontribusi proaktif dalam penurunan emisi gas rumah kaca sesuai dengan kemampuan masing-masing negara. Selanjutnya, Indonesia juga menjadi tuan rumah COP (Conference of the Parties) yang merupakan awal mula kelahiran skema REDD+ Agreemen.
Kepentingan nasional Indonesia juga turut dilibatkan dalam kerja sama Indonesia dengan Norwegia, yaitu menjaga eksistensi hutan demi keberlangsungan lingkungan hidup yangberkelanjutan di masa mendatang. Indonesia dinilai strategis dalam penanganan isu lingkungan hidup, dibantu oleh Norwegia yang menyalurkan dananya untuk melakukan penurunan emisi. Citra dari kedua negara pun akan terukit dengan baik di mata dunia.
ADVERTISEMENT
Demi mencapai target yang telah disepakati kedua belah pihak, oleh Indonesia dan Norwegia, meski mengalami keterlambatan karena Indonesia belum mampu memenuhi syarat yang diajukan Norwegia, kerja sama tetap dilanjutkan karena kepentingan nasional yang ingin dicapai. Berbagai hambatan dihadapi dalam penerapan REDD+, namun dengan melibatkan NGO dan UNDP dalam pengelolaan dana, pengurangan emisi dari defortasi dan degradasi hutan pun terlaksana.
Nabilah Zahra Tiftazani
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya
Referensi :
Sari, Deasy Silvya. 2022. “Padjadjaran Journal of International Relations ( PADJIR ) Diplomasi Lingkungan Indonesia Melalui ASEAN Dalam Menanggulangi Marine Plastic Debris.” 4(2):201–14. doi: 10.24198/padjir.v4i2.40721.