Konten dari Pengguna

Pro Kontra Berburu Takjil bagi Nonis di Bulan Ramadhan

Aisyah Nabila Al-Zuhriy
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas
30 Maret 2024 18:48 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aisyah Nabila Al-Zuhriy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Tiktok @luvley.ran_
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Tiktok @luvley.ran_
ADVERTISEMENT
Fenomena berburu takjil adalah fenomena yang biasa ditemui ketika memasuki bulan Ramadhan, bulan sucinya umat Islam. Takjil, yang dimaknai bersama sebagai makanan dan minuman untuk berbuka puasa memang menjadi salah satu yang ditunggu-tunggu kehadirannya yang mewarnai perjalanan satu bulan penuh berpuasa. Menu takjil juga beragam, seperti kolak, gorengan, minuman dingin, jajanan pasar, dan berbagai jenis makanan dan minuman lainnya yang tentunya menggugah selera. Akan tetapi, apa jadinya jika nonis alias non muslim ikut memeriahkan fenomena berburu takjil ini?
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini semenjak memasuki bulan Ramadhan, media sosial terutama Tiktok dan Instagram ramai dipenuhi konten seputar nonis yang turut berburu takjil. Cara-cara yang dilakukan nonis untuk berburu takjil juga dianggap semakin kreatif dan bervariasi. Mulai dari start berburu takjil pada jam 3 sore, waktu dimana umat muslim yang berpuasa sedang lemah lesu, memakai atribut agama islam seperti hijab dan baju koko, sampai menghafal ilmu dasar seputar agama Islam seperti rukun iman dan rukun islam agar bisa menjawab pertanyaan ketika ditanya penjual takjil.
Fenomena ini tentunya dipandang secara berbeda oleh beberapa pihak. Sebagian umat muslim memandang fenomena ini cukup lucu dan unik, mengingat bulan yang identik dengan umat muslim kini diramaikan dengan toleransi dari nonis. Kaum nonis seolah meramaikan bulan suci Ramadhan dengan ikut berkontribusi membantu menghabiskan dagangan penjual takjil yang notabenenya berasal dari masyarakat kelas menengah ke bawah. Bahkan, muncul slogan yang berbunyi "untukmu agamamu, takjilmu juga takjilku".
ADVERTISEMENT
Selain itu, fenomena ini juga dianggap "angin segar" selepas masa pemilihan umum presiden pada bulan Februari 2024 yang cukup panas dan memecah belah banyak pihak. Konten berburu takjil oleh nonis yang biasa dihiasi dengan sound "Ya Rabbi Bil Mustafa" ini sepertinya cukup ampuh menyatukan berbagai golongan masyarakat.
Namun, dibalik pandangan-pandangan positif tentang nonis yang berburu takjil, juga terdapat komentar yang sifatnya kontra dengan fenomena ini. Pada postingan tiktok @Ray Faldo, seorang pengguna dengan username @NoV membagikan pendapatnya yang berbunyi "beli takjil jam 5 udah tinggal sisa-sisa kriuknya doang". Beberapa komentar lain yang senada dengan ini menunjukkan pandangan yang sama tentang susahnya muslim mencari takjil setelah ramainya nonis yang ikut berburu takjil.
ADVERTISEMENT
Beberapa netizen akhirnya mencoba melerai perdebatan ini dengan menyebutkan bahwa tidak ada larangan bagi nonis untuk berburu takjil karna banyaknya dampak positif yang timbul seperti membantu melariskan dagangan penjual takjil dan meramaikan bulan suci Ramadhan. Akan tetapi, nonis tetap harus toleransi dengan tidak memakan takjil tersebut di tempat alias di depan orang-orang yang sedang berpuasa. Kalau menurut kalian bagaimana?