Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Strategi Pemasaran di Balik Popularitas Labubu
22 September 2024 9:24 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Nabilah Zahra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Labubu menjadi barang yang akhir-akhir ini banyak dicari oleh masyarakat Indonesia dari segala umur. Tidak hanya generasi muda saja, bahkan para orang tua juga ikut mencari boneka ini yang dikenal lucu dan menggunakannya sebagai aksesoris tas, pajangan di rumah, atau bahkan sebagai koleksi berharga.
ADVERTISEMENT
Popularitas boneka Labubu ini dimulai ketika bintang K-Pop, Lisa Blackpink mengunggah fotonya bersama boneka ini di Instagram. Sebagai seorang Idol yang memiliki jumlah pengikut yang sangat besar, produk ini menjadi viral dan banyak dicari oleh publik. Namun, uniknya boneka ini tidak hanya dicari oleh fans k-pop saja, namun sebagian besar masyarakat Indonesia lainnya. Dampak dari hal ini, harga boneka Labubu yang awalnya relatif terjangkau mengalami lonjakan harga secara sangat signifikan disebabkan oleh permintaan yang tinggi dan mulai sulitnya mencari produk ini dipasaran.
Meningkatnya jumlah pengguna media sosial dan influencer yang memamerkan boneka Labubu di media sosial mengakibatkannya semakin banyak dibicarakan oleh publik dan memunculkan FOMO. FOMO atau fear of missing out merupakan kondisi kecemasan akan kehilangan momen berharga suatu individu atau kelompok untuk ikut serta dalam aktivitas atau peristiwa menarik yang terjadi di tempat lain, yang umumya merupakan media sosial. Di mana situs media sosial memang telah menjadi faktor yang berkontribusi besar terhadap sensasi FOMO karena penyebaran informasi yang sangat mudah.
ADVERTISEMENT
Pada kasus ini, FOMO memainkan peran utama dalam menciptakan tren dan pembicaraan di media sosial, serta meningkatkan kelangkaan boneka ini dipasaran. Masyarakat bahkan rela mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk menjadi bagian dalam tren ini. Apalagi dengan adanya kecenderungan emotional buying di mana konsumen membeli produk berdasarkan dorongan emosional, bukan tentang kebutuhan. Salah satu emosi yang hadir adalah perasaan menjadi dekat dengan Lisa Blackpink, trendy, dan merasa eksklusif, memungkinkan masyarakat membelinya secara spontan bahkan hingga rela ikut antrian panjang untuk mendapatkan boneka ini.
Uniknya, tren yang diikuti kelangkaan boneka Labubu ini juga menjadi sebuah strategi pemasaran yang dimanfaatkan oleh PopMart sebagai official shop yang memproduksi dan mendistribusikan Labubu. Dengan meluncurkan produk dalam beberapa fase dan membatasi jumlah pembelian, PopMart semakin berhasil meningkatkan ketertarikan massa untuk mendapatkan produk tersebut. Teknik ini dikenal sebagai scarcity marketing, yaitu situasi di mana kelangkaan produk secara strategis dapat meningkatkan daya tarik dan nilai produk di mata konsumen.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Prop Mart juga mendapatkan keuntungan berupa publikasi media gratis dari konsumennya di berbagai media sosial dan semakin meningkatkan popularitas brand serta produk mereka. Para pembeli dengan sukarela memamerkan proses unboxing boneka yang mereka dapatkan, memamerkan kumpulan koleksi boneka Labubu yang dimiliki, dan menunjukan boneka tersebut sebagai bagian dari fashion item mereka yang akhirnya berfungsi sebagai iklan gratis dan memperluas jangkauan produk di pasar.
Fenomena ini juga dimanfaatkan oleh berbagai brand di Indonesia dalam melakukan promosi produk dan meningkatkan daya tarik konsumen. Salah satu contohnya adalah acara Wondherland by USS Her yang menghadirkan booth untuk pembelian Labubu dengan promo menarik dan terbatas. Kehadiran Labubu di acara tersebut menarik lebih banyak perhatian dari berbagai kalangan dan menjadikannya sorotan di media sosial, sehingga berdampak pada jumlah pengunjung yang hadir.
ADVERTISEMENT
Boneka Labubu menjadi contoh sempurna bagaimana media sosial dan selebriti memiliki kekuatan yang sangat besar dalam pembentukan tren dan keputusan pembelian konsumen. Dengan dukungan FOMO, emotional buying, dan pemanfaatan strategi pemasaran yang cerdas, produk ini semakin banyak digemari oleh masyarakat luas di Indonesia. Tidak hanya menjadi fenomena yang layak untuk diteliti, tren ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bagian dari promosi brand dan event lokal di Indonesia.